IBTimes.ID – Rahma.ID bersama Universitas Prof. Dr. Hamka (Uhamka) menggelar Pelatihan Menulis Esai Berprespektif Perlindungan Anak dan Adil Gender. Pelatihan tersebut dihelat selama 2 hari, yakni sejak tanggal 25 Desember 2021 s.d. 26 Desember 2021 secara daring.
Rahma.ID merupakan media alternatif bercirikan perlindungan anak dan adil gender. Selama kurang lebih satu tahun terakhir, Rahma.ID terus menyebarkan narasi dan isu tentang anak, perempuan, parenting, dan keluarga.
Senada dengan visi yang diusung, yaitu mencerahkan pemikiran, menggerakkan nurani, membentuk perempuan Islam yang progresif dan berdaya.
Keberlangsungan ikhtiar Rahma.ID tidak lepas dari peran kontributor yang secara sustainable memberikan gagasan-gagasan freshnya kepada redaksi Rahma.ID. Bersama dengan 1.130 kontributor, Rahma.ID berusaha untuk terus menggaungkan suara-suara akar rumput tentang isu anak dan perempuan; dengan tujuan agar misi baik ini, dapat diterima oleh khalayak ramai, khususnya masyarakat media sosial.
Pimpinan Redaksi Rahma.ID, Fauziah Mona Atalina berharap agar penulis memiliki pandangan dan pemahaman akan nilai anak dan pandangan adil gender. Pandangan tersebut, imbuhnya, sangat penting dalam kehidupan.
“Pelatihan semacam ini akan secara berkala diadakan di Rahma.ID untuk meningkatkan kapasitas para kontributor. Semoga lancar pelatihan ini, peserta dapat mengambul sebanyak-banyaknya ilmu yang para narasumber berikan,” ungkap Mona.
Pelatihan tersebut diisi oleh Rita Pranawati, M.A., Dr. Sri Mustika, dan Abdul Khohar, S.Sos., M.Ikom. Rita merupakan dosen FISIP UHAMKA sekaligus Pembina Rahma.ID. Sri Mustika adalah salah satu dosen FISIP UHAMKA yang juga merupakan jurnalis senior. Sementara Abdul Khohar merupakan sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi UHAMKA.
Dalam pelatihan menulis tersebut, Rita menegaskan bahwa penulisan esai terkait isu anak perlu memperhatikan prinsip perlindungan anak dan pemenuhan hak anak. Selain itu, ia juga berpesan agar ketika seorang penulis berbicara tentang kekerasan terhadap anak dan perempuan, sebaiknya menulis secara holistik dan struktural. Seringkali, menurutnya, tulisan hanya memberikan solusi tunggal.
Berbeda dengan Rita, Sri Mustika menjelaskan berbagai sumber ide agar tulisan berbobot baik yang dituliskan dengan cara eksposisi, argumentasi, deksripsi, maupun narasi. Ia menegaskan adanya kalimat-kalimat yang bias gender dan menilai perempuan semata dari fisiknya walaupun tulisan tersebut tidak terkait dengan peristiwanya. Contohnya adalah peristiwa perkosaan namun yang membahas tentang cara berpakaian dari korban.
Kegiatan pada hari kedua pelatihan adalah review terhadap tulisan para peserta. Reviewer dari tim UHAMKA dan Rahma.id memberikan masukan baik konten, sistematika, penguatan gagasan dan ide, serta tata cara penulisan.
Reporter: Yusuf