Perspektif

Cita-cita Masyarakat Islam

4 Mins read

Rekonstruksi Cita-cita Islamic Society Konsep ini menjadi hal utama yang diperjuangkan oleh orang-orang yang memiliki kepedulian akan keberlanjutan masyarakat Islam. Oleh karena itu, berbagai upaya diperjuangkan.

Baik melalui jalur hukum untuk mendapatkan pengakuan secara legitimasi, serta sampai pada hal anarkis; seperti mengupayakan pengerahan massa untuk menuntut untuk diberlakukannya kehidupan yang bernafaskan Islam.

Karena mereka itu adalah orang-orang yang sudah memiliki keyakinan kuat tentang keberagamaannya. Sehingga bagi mereka tidak ada jalan lain apabila berkompromi malah mendatangkan penghianatan secara halus.

Mengenal Definisi Islamic Society

Sebagai awal, tentu kita harus memulai dengan mendefinisikan, apa itu Islamic Society?

Islam adalah sebuah agama yang diimani dan menjadi keyakinan manusia, dengan mengakui bahwa ajarannya monoteisme; serta Muhammad sebagai nabi dan rasul pembawa ajaran risalah kebenaran.

Kebenaran Islam adalah kebenaran yang memuat perintah dan larangan, di mana wahyu sebagai kitab yang memuat informasi-informasi (berkaitan dengan apa saja yang boleh dan tidak untuk dikerjakan) tentang masa lalu (sebagai pelajaran) dan masa yang akan datang (bahan pemetaan langkah kedepan).

Selanjutnya tentang masyarakat, yakni sekumpulan orang yang mendiami suatu wilayah. Baik secara biologis, atau karena hal-hal tertentu yang mengharuskan mereka berkumpul dan hidup bersama. Sebut saja karena program migrasi pemerintah atau karena bencana alam.

Kehidupanya diwarnai oleh corak keberagaman yang begitu kompleks. Keberagaman itu lahir bisa dipengaruhi oleh ideologi, tauhid (keyakinan), maupun kultur budayanya. Menjadi sebuah keharusan untuk memiliki konsep kehidupan yang jelas sebagai sistem tata pengatur keberagaman tersebut. Guna mengantisipasi berbagai hal yang tak diinginkan.

Singkatnya, Islamic Society (masyarakat Islam) adalah sekelompok masyarakat yang mendasarkan nilai-nilai keislaman pada setiap penjejakan kehidupannya. Nilai-nilai tersebut dipegang secara utuh dalam jiwa anggota masyarakatnya.

Baca Juga  Pemilu 2024 dan Kepentingan Rakyat

Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah sebagai landasan tertinggi dalam mereka bersosialisasi. Mendapati satu sama lain dalam perbedaan tidak pernah membuatnya menjauh dari semangat cinta kasih, sebagaimana firman Tuhan mengajarkan. Mencintai sesama sebagaimana mencintai diri sendiri, itulah jargon kebangganya masyarakat Islam.

Menjelaskan tentang ciri, tidak mungkin melepaskan diri dari berbagai motif ataupun kecenderungan. Mengenai apa saja yang termuat dalam hidup ber-masyarakat secara Islami.

Ciri-ciri Masyarakat Islam

Lebih lanjut tentang ciri, yaitu berbagai unsur sebagai petunjuk identitas ke-islaman seseorang dalam bersosial. Dengan demikian, mengenai apa saja corak dan ciri masyarakat islam, setidaknya dalam pandangan penulis harus memenuhi beberapa hal dibawah ini:

Pertama, Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup. Islam memiliki pedoman dasar sebagai fondasi dalam melangkah. Dalam Islam, pedoman tersebut familiar dikenal dengan istilah wahyu.

Wahyu sendiri adalah kumpulan firman Tuhan (Allah SWT) yang dikaruniakan kepada manusia. Jibril sebagai perantara, dan Muhammad menjadi penerima sekaligus yang menyampaikannya kepada seluruh umat manusia di muka Bumi.

Ibaratkan dalam suatu negara, rakyat harus tetap tunduk pada peraturan yang dibuat oleh pihak terkait sebagai pengendali sosial. Hal serupa diyakini oleh masyarakat Islam. Mereka tidak akan berpijak ke lain hal selain mendasarkan segalanya pada firman Tuhan yang ada.

Kedua, Cinta kasih adalah corak hidup. Saling mencintai adalah ciri khas umat Islam. Menjadikannya dikenal sebagai agama yang ramah tamah, penganut cinta kasih, saling membagi antar sesama, dan mencintai antar sesama umat beragama, maupun dengan saudara-saudara yang berbeda keyakinan.

Bahkan Islam menegaskan, tidak akan dikatakan beriman seseorang apabila belum mampu mengaktualkan imannya pada realitas kehidupan. Iman yang dimaksud adalah membuat orang lain di sekitarnya merasa nyaman karena kehadiranya ditengah mereka. Walaupun, sekarang Islam dibenci karena dianggap menjadi dalang terorisme dan radikalime.

Baca Juga  Isra' Mi'raj: Peristiwa Dahsyat di Luar Nalar Manusia

Ketiga, Amar ma’ruf nahi munkar menjadi ruh kehidupan. Lagi-lagi iman tidak hanya berputar pada persoalan meyakini keberadaan Tuhan semata.

Akan tetapi, jauh lebih universal agar iman tidak berhenti pada wilayah teoritis (wacana). Namun harus lebih realistis, yaitu merealisasikannya pada kehidupan.

Amar ma’ruf nahi munkar dalam terminologi Islam ialah senantiasa berusaha untuk saling menyeru pada kebajikan, sembari mengupayakan agar kemungkaran tidak merajalela membunuh karakter generasi Islam.

Pada kenyataannya, terkadang umat banyak yang indah dalam ucapan, namun kosong realisasi.

Cita-cita Islamic Society

Bercita-cita tentang Islamic Society adalah mengupayakan diterapkannya nilai-nilai keislaman dalam lika-liku kehidupan.

Menemukan realitas jaman yang begitu kompleks dengan problema kehidupan, menjadikan Islam sebagai salah satu agama yang mampu memberikan peluang terbesar pada keberlangsungan hidup kelak di kehidupan akhirat.

Sistem liberalisme mencoba untuk menolak segala hal yang dilindungi oleh agama. Hidup yang sangat bebas tanpa terikat oleh nilai moral hanya akan menurunkan kualitas kemanusiaan seseorang. Dari kemuliaan, menjadi sangat terhina sekali.

Setiap orang menjadikan kebebasan sebagai alasan untuk tidak saling mengingatkan tentang hal baik dan buruk. Bukan hal asing lagi kita temukan, ketika seseorang diberikan pemahaman tentang kesalahannya, ia lagi-lagi berbicara tentang apa hak untuk melarang semua itu.

Dari sini bisa kita pahami, kebenaran amat susah disampaikan karena kurangnya pemahaman tentang rasa sosial. Lagi-lagi ini berbicara tentang tanggung jawab sosial yang mengharuskan untuk berdakwah, walaupun duri jalan amat pedih bila mengenai kaki.

Konsep masyarakat Islam tidaklah layak disebut sebagai agama teoritis, mengandalkan pada wacana kering akan aktualisasi. Ber-Islam berarti menanamkan kepedulian pada diri sendiri dan orang lain akan kebaikan harus diperjuangkan dengan semangat perlawanan penuh.

Baca Juga  Tahlilan itu Bagian dari Tradisi, bukan Syariat Islam

Islam tidak mengajarkan sikap individualitas. Karena cinta tidak berbicara soal bahagia semata, tetapi juga sikap memahami hidup penuh problema perlu dibebaskan. Masyarakat Islam tidak boleh menjadi cita-cita semata. Sudah cukup banyak pendahulu kita yang berusaha mewujudkannya.

Membentuk Masyarakat Muslim Pelopor Peradaban

Perlu dipertegas, membentuk masyarakat Islam tidak perlu (dalam hemat penulis tidak terlalu penting) terburu-buru mengubah bentuk maupun sistem negara.

Senantiasa melaksanakan apa yang menjadi kewajiban sebagai seorang muslim, maka dapat dipastikan. Bahwa siapapun yang masuk untuk bergabung dan hidup bersama dalam ruang lingkup masyarakat Islam, akan membentuk kepribadian dirinya menjadi sangat cinta terhadap Islam.

Tentu tidak asing, ada banyak tuduhan buruk yang mencorengkan nama Islam. Hal demikian bukan menjadi alasan untuk kita mundur.

Demonstrasi masyarakat muslim dengan mengkampanyekan perdamaian lewat fastabiqul khairat malah menjadi alternatif terbaik, guna mengukuhkan keberadaan muslim ditengah masyarakat baik skala regional maupun nasional atau bahkan mendunia.

***

Mungkin tulisan singkat ini tidak sepenuhnya mengupas tuntas tema yang diangkat. Setidaknya, kita semua harus menampilkan kembali wajah masyarakat muslim sebagaimana yang diajarkan oleh kitab suci. Sehingga tidak tampak seperti kumpulan puisi indah yang namun tak pernah dibacakan.

Masyarakat muslim sudah seharusnya menjadi pelopor peradaban. Artinya, usaha untuk menciptakan masyarakat madani ataupun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, harus terus diperjuangkan serta digalakkan dengan semangat persatuan dan kesatuan umat.

Bukanlah cinta kalau tak mengingatkan, bukanlah sayang bila tak punya kepedulian, serta tidaklah ber-Islam jika tak berbuat kebaikan.

Editor: Zahra

Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds