Perspektif

Corona Berakhir di Musim Panas? Hati-hati Memahami Pendapat Ibnu Hadjar!

3 Mins read

Hari ini, usia penyebaran Virus Corona hampir genap lima bulan sejak pertama kali dikonfirmasi secara resmi pada Desember 2019 di salah satu kota di China bernama Wuhan. Virus ini telah menjangkiti lebih dari 180 negara/wilayah di dunia. Saat ini mulai muncul pertanyaan kapan corona berakhir?

Dalam update data terbaru Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pertanggal 14 April 2020, tercatat kasus positif di seluruh dunia sudah menyentuh angka 1.924.878 orang, sedangkan korban jiwa sudah menyentuh angka 119.818 orang (Johns Hopkins, 14 April 2020). Sampai hari ini virus ini belum ditemukan obatnya.

Virus ini telah merubah sendi dan tatanan kehidupan manusia, mulai dari tatanan sosial, budaya, politik, ekonomi hingga beragama.

Corona Berakhir di Musim Panas?

Dalam hal agama, virus ini telah banyak menyita perhatian ulama memalui MUI. Seperti dikeluarkannya fatwa tentang ditiadakannya salat jumat dan berjamaah di masjid yang menuai pro dan kontra di tengah-tengah kaum muslimin. Sehingga secara garis besar ada dua sikap yang diambil oleh kaum muslimin, yaitu ada yang tetap salat jumat dan jamaah di masjid dan ada yang salat di rumah.

Tokoh-tokoh agama juga tidak ketinggalan mengeluarkan pendapatnya secara individu menyikapi merebaknya virus ini. Seperti pendapat Amien Rais dan Ustaz Abdul Shomad (UAS) yang menyatakan bahwa virus corona adalah tantara Allah. Sedangkan Quraish Shihab mengatakan bahwa virus Corona adalah bukan tantara Allah, melainkan seta-setan yang harus diperangi.

Pendapat-pendapat ulama atau tokoh agamawan ini tentu akan berdampak kepada sikap umat Islam yang mengikuti dan meyakininya dalam menyikapi virus Corona ini. Namun artikel ini tidak akan berbicara dua perbedaan pendapat tersebut.

Baca Juga  Lockdown Lokal, Upaya Kolektif Menekan Penyebaran Virus Corona

Artikel ini akan berbicara mengenai pendapat Ibnu Hadjar Al-Asqalani dalam kitab Badzl Al-Ma’un fi Fashl Al-Tha’un tentang berakhirnya sebuah wabah yang kemudian dikaitkan dengan berakhirnya virus Corona yang tengah mewabah saat ini.

Pendapat Ibnu Hadjar Al-Asqalani tersebut kemudian banyak dikutip oleh tokoh agamawan. Termasuk di dalamnya da’i-da’i kondang dalam ceramahnya yang banyak beredar di dunia maya seperti Youtube, IG, FB dan lainnya. Beberapa artikel baik cetak maupun online juga banyak yang menerbitkan pendapat Ibnu Hadjar Al-Asqalani tersebut terkait waktu corona berakhir.

Pendapat Ibnu Hadjar

Mari kita lihat, bagaimana sebenarnya pendapat Ibnu Hadjar Al-Asqalani dalam kitab Badzl Al-Ma’un fi Fashl Al-Tha’un tentang berakhirnya suatu wabah? Berikut kutipannya:

“Wabah yang terjadi di berbagai negeri kaum muslimin disepanjang sejarah biasanya terjadi pada pertengahan musim bunga setelah keluar dari musim dingin dan akan berakhir pada awal musim panas”.

Memang benar bahwa virus Corona di Indonesia diperkirakan mulai merebak pada pertengahan musim hujan. Bahkan sebagian masyarakat di pulau Jawa Tengah memanen padinya di sawah pada tanaman yang pertama tiap tahunnya.

Namun demikian, jika pernyataan Ibnu Hadjar Al-Asqalani tentang akhir dari sebuah wabah tersebut benar pada awal musim panas, maka akhir dari virus Corona yang terjadi di Indonesia diperkirakan bisa terjadi sekitar pertengahan atau akhir Juni 2020.

Tentu hal tersebut adalah waktu yang lama jika kita hanya menunggu hilangnya Corona secara alami dengan menunggu datangnya musim panas. Harus berapa korban lagi yang berjatuhan dalam waktu menunggu tersebut?

Pernyataan Ibnu Hadjar Al-Asqalani ini mungkin berdasarkan penelitian atau pengamatan beliau pada masanya. Sehingga pernyataan Ibnu Hadjar Al-Asqalani harus dipahami sesuai dengan konteksnya. Karena pendapat Ibnu Hadjar Al-Asqalani bisa tidak tepat jika ditarik pada zaman sekarang di mana ilmu pengetahuan dan teknologi telah maju sedemikian pesat.

Baca Juga  Puasa: Gerakan Politik dan Perlawanan

Selain itu, Ibnu Hadjar Al-Asqalani dalam kitabnya tersebut menyebutnya dengan kata “biasanya”. Sehingga hal tersebut merupakan perkiraan Ibnu Hadjar Al-Asqalani yang bisa benar atau sebaliknya juga bisa tidak tepat.

Perlunya Pemahaman Kontekstual

Namun demikian, yang perlu digaris bawahi adalah pendapat Ibnu Hadjar Al-Asqalani jangan dipahami secara tekstual semata. Pendapat Ibnu Hadjar Al-Asqalani harus pahami secara kontekstual.

Mengapa demikian? Karena mengingat bahwa pada masa Ibnu Hadjar Al-Asqalani perkembangan ilmu dan kecanggihan teknologi belum semaju pada zaman sekarang.  Pada konteks sekarang, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, seharusnya virus Corona bisa lebih cepat dihentikan dan tentu tidak harus menunggu musim panas datang.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi seharusnya bisa menentukan berakhirnya virus ini. Berhenti atau tidaknya penyebaran virus Corona sangat ditentukan oleh sikap ilmuan dan penguasa dalam mengambil kebijakan dalam menangani virus ini. Jika kebijakan yang diambil berdasarkan kajian mendalam yang berpijak pada ilmu pengetahuan, maka pendapat Ibnu Hadjar Al-Asqalani sangat mungkin terbantahkan.  

Kesalahan besar, bahkan sangat berbahaya jika hanya berpijak pada sejarah dan pendapat ulama terdahulu dengan menghilangkan konteksnya. Juga kesalahan besar jika kemudian keluar sebuah keyakinan dan sikap bahwa wabah ini hanya akan berhenti ketika sudah menyentuh korbah ratusan ribu atau bahkan jutaan. Kesalahan besar jika kita juga hanya berpijak bahwa Covid-19 ini harus berakhir pada musim panas.

Pendapat ini jika diyakini orang awam mungkin tidak terlalu menimbulkan masalah. Namun menjadi masalah besar jika pendapat ini diyakini oleh pemimpin negeri ini yang memiliki wewenang dalam mengambil kebijakan dalam membunuh virus ini.

Bahaya besar juga dapat mengancam negeri ini jika paham yang salah ini diikuti dan diyakini oleh para ilmuwan, dokter, dan tenaga medis. Padahal mereka seharusnya berkerja keras dan penuh semangat dalam menemukan atau menciptakan vaksin virus ini.

Baca Juga  Nilai-Nilai Kesehatan Mental dalam Ibadah Kurban

***

 Jika orang-orang yang memiliki wewenang dan memiliki kedudukan statergis dalam mengeluarkan kebijakan dalam menangani virus ini meyakini bahwa akhir dari virus ini adalah pada musim panas, maka akan melahirkan sikap tidak adanya usaha atau penelitian mandalam tentang bagaimana caranya menghentikan virus ini sebelum musim panas tiba.

Jangan sampai kita hanya menunggu korban berjatuhan semakakin banyak lagi. Pikiran, sikap dan tindakan dalam menangani virus ini harus berpijak pada penelitian mendalam yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Bukan hanya pasrah menerima takdir berdasarkan pendapat seseorang yang belum tentu sesuai dengan konteksnya pada masa sekarang.

Sikap kritis dan berpikir maju harus dikedepankan dalam menghentikan penyebaran virus Corona ini. Agar pandemi corona segera berakhir.

Editor: Nabhan

Avatar
22 posts

About author
Dosen Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Articles
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds