IBTimes.ID – Dakwah Muhammadiyah itu selalu adem dan sejuk. Hal ini disampaikakan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik yang membawahi Majelis Tabligh dan Tajdid Center Anas Thohir M.Ag dalam Safari Subuh di Masjid At-Taqwa SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) Gresik Jawa Timur pada Ahad (23/6/2024).
Dalam kajian yang mengangkat tema “Mempererat Silaturrahim Membangun Sinergi”, dia mengingatkan dai atau mubaligh untuk menjalankan dakwah dalam suasana yang sejuk dan tidak berpotensi memantik konflik horizontal atau gesekan sosial di masyarakat. Itulah hakikat dakwah yang dirintis dan dikembangkan, serta diteladankan oleh pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.
“Kepada Majelis Tabligh yang mengelola mubaligh agar dalam dakwahnya selalu adem, sejuk, tidak berpotensi menimbulkan konflik atau kekerasan di masyarakat,” jelasnya.
Thohir menuturkan, itulah model dakwahnya Muhammadiyah sebagaimana dicontohkan oleh pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. Jangan sampai dakwah kita diikuti atau dikuntit oleh aparat intelijen, karena dicurigai.
“Kita perlu mengingatkan model dakwah yang menyejukkan, karena di cabang-cabang atau bahkan ranting Muhammadiyah, potensi munculnya model dakwah yang memicu konflik itu masih ada,” pesannya.
Karena itu, lanju Thohir, dia menegaskan agar juru dakwah kembali dan menjadikan teladan pendiri dan pimpinan persyarikatan dalam mengembangkan dakwah.
“Semua yang tergabung dalam kepengurusan Muhammadiyah di berbagai level itu dalam rangka berjuang mencari ridha Allah. Karena itu, semua kader yang mendapat amanah duduk dalam kepengurusan tidak mengotori dengan hal-hal yang justru merusak perjuangan,” ungkapnya.
Maka, sambung Thohir, selalu amanah begitu menerima SK kepengurusan. Jangan selingkuhi organisasi di semua level di mana Anda dipercaya. “Karena itu, diperlukan kesabaran, sabar untuk senantiasa taat, sabar untuk menghindari maksiat, dan sabar ketika datang musibah. Tetaplah dalam ketakwaan dan kesabaran,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, dia menjelaskan, Safari Subuh dimaksudkan sebagai sarana silaturrahmi dan komunikasi antara pimpinan di PDM dan struktur di bawahnya, baik di tingkat cabang maupun ranting.
“Forum bulanan itu diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dan menyerap aspirasi pengurus atau warga persyarikatan. Karena itu, budaya silaturahmi yang memang diajarkan dalam Islam terus dikembangkan,” tutur Thohir.
Untuk itu, kita semua harus kenal. “Ojok sampai ada pimpinan gak kenal dengan yang di bawah, tidak tahu permasalahan di bawah. Yang di level PDM harus tahu yang cabang. Yang di cabang harus tahu yang di ranting. Secara periodik, datangi mereka yang di bawah,” tutupnya.
(Ichwan Arif)