Perspektif

Di Balik Kunjungan Lima Aktivis NU ke Israel

3 Mins read

Kunjungan sejumlah cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, baru-baru ini memicu kehebohan di kalangan publik Indonesia. Dalam foto yang beredar, terlihat lima aktivis NU, di antaranya: Syukron Makmun, Zainul Maarif, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania bertemu dengan Herzog. Fakta-fakta yang telah terungkap seputar kunjungan ini menunjukkan bahwa perjalanan mereka dilakukan tanpa izin dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan tanpa mandat resmi dari organisasi tersebut. Ketua PBNU bidang hukum dan media, Mohamad Syafi’ Alieha (Savic Ali), dengan tegas menyayangkan kunjungan tersebut, mengingat hingga saat ini Israel masih melakukan agresi militer terhadap Palestina.

Reaksi Umat dan Sikap PBNU

Savic Ali menilai kunjungan ini sebagai tindakan yang tidak memahami geopolitik, tidak mengerti kebijakan NU secara organisasi, serta tidak mempertimbangkan perasaan seluruh warga Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa kelima aktivis tersebut pergi ke Israel tanpa sepengetahuan PBNU dan bukan atas nama organisasi. Meski para aktivis mengaku tidak mewakili NU, pertanyaan kritis muncul di kalangan publik: “Apakah Presiden Israel akan bertemu mereka jika tidak mewakili NU?”

PBNU sendiri belum mengetahui siapa pihak yang mendukung keberangkatan kelima aktivis tersebut ke Israel. Menurut Savic, tindakan ini melukai perasaan rakyat Palestina dan mencoreng citra NU di mata internasional. Padahal, PBNU tengah berkomunikasi intensif dengan otoritas Palestina terkait situasi di Gaza dan Tepi Barat. Sanksi berat menanti para aktivis jika terbukti bersalah, namun sebelum itu, Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menyatakan bahwa PBNU akan memanggil mereka untuk dimintai keterangan.

Kunjungan lima aktivis NU ini mendapat kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk dari organisasi Muhammadiyah. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anwar Abbas, mengkritik pertemuan tersebut dengan tegas, menyebut bahwa mereka yang berkencan dengan Israel telah kehilangan nurani. Menurutnya, Israel telah melakukan genosida terhadap warga Palestina sehingga tindakan para aktivis tersebut menunjukkan kurangnya rasa keadilan dan pri kemanusiaan. Anwar juga menegaskan bahwa Indonesia menentang keras agresi Israel terhadap Palestina, sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang menentang segala bentuk penjajahan di dunia.

Baca Juga  Siapa yang Berhak Menafsir Radikal?

Motif di Balik Kunjungan Lima Aktivis NU ke Israel

Ada spekulasi bahwa kunjungan ini bagian dari upaya kelompok studi/kajian yang sering berwacana tentang dialog antar agama. Beberapa aktivis NU ini memang dikenal sering berinteraksi dengan komunitas Yahudi dalam kerangka dialog antar keyakinan. Namun, pertanyaannya adalah, apakah kunjungan ini membawa hasil konkret atau hanya menjadi alat propaganda Israel?

Israel, yang kredibilitas internasionalnya tengah menurun, mungkin melihat kesempatan untuk memanfaatkan kunjungan ini sebagai strategi framing. Dalam situasi di mana dukungan internasional terhadap Israel semakin menipis, terutama menjelang kunjungan Netanyahu ke Amerika, Israel mungkin mencari cara untuk memperbaiki citranya dengan menunjukkan bahwa tokoh-tokoh dari negara Muslim terbesar seperti Indonesia bersedia bertemu mereka.

Dampak pada Citra Indonesia dan NU

Kunjungan ini jelas memiliki efek domino yang signifikan. Indonesia, yang dikenal sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, serta NU, sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, menjadi sorotan negatif di mata internasional. Bahkan, beberapa tokoh internasional mempertanyakan kewarasan tindakan ini, mengingat betapa jelasnya agresi dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Israel.

Tindakan para aktivis ini, meski mungkin dilakukan dengan niat baik, ternyata lebih banyak merugikan daripada memberikan manfaat. Mereka tampaknya tidak menyadari bahwa kunjungan ini lebih menguntungkan Israel dalam upaya propaganda mereka. Framing yang dilakukan Israel dengan menunjukkan bahwa ada tokoh Indonesia yang bersedia bertemu mereka, bisa diinterpretasikan sebagai dukungan terhadap tindakan mereka di Palestina.

Kebutuhan Akan Kesadaran Politik dan Geopolitik

Kejadian ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran politik dan geopolitik bagi setiap individu yang terlibat dalam diplomasi atau dialog antar negara. Dalam konteks konflik Israel-Palestina, di mana penderitaan rakyat Palestina telah berlangsung puluhan tahun, setiap tindakan yang diambil oleh tokoh publik harus dipertimbangkan dengan matang. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang implikasi geopolitik, tindakan seperti kunjungan ini hanya akan menambah luka dan penderitaan yang sudah ada.

Baca Juga  Aksi 212: Dari Anti Penista Agama Menuju Anti Pendusta Agama

Kunjungan lima aktivis NU ke Israel merupakan contoh nyata bagaimana tindakan yang tampaknya sepele dapat memiliki dampak besar dan luas. Di tengah kecaman global terhadap Israel atas tindakannya di Gaza, kunjungan ini memberi kesan yang salah dan merusak citra Indonesia serta NU di mata internasional. Langkah PBNU yang tegas dalam menangani isu ini patut diapresiasi. Ini menunjukkan komitmen mereka dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina serta menjaga martabat dan kehormatan organisasi. Ke depan, diharapkan setiap tindakan yang melibatkan tokoh publik, terutama yang berkaitan dengan isu sensitif seperti konflik Israel-Palestina, harus melalui pertimbangan yang lebih matang dan koordinasi yang ketat dengan lembaga terkait.

Dengan demikian, kita dapat belajar bahwa kesadaran dan kehati-hatian dalam setiap langkah diplomasi dan dialog antar negara adalah kunci untuk menjaga kedamaian dan keadilan global. Kejadian ini juga mencerminkan pentingnya memahami konteks geopolitik dan sensitivitas hubungan antarnegara, khususnya dalam isu Palestina-Israel yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Kejadian ini diharapkan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan yang dapat berdampak luas, baik secara nasional maupun internasional.

Editor: Soleh

M Ainul Yaqin Ahsan
2 posts

About author
Penulis dan Staf Pengajar PA&PP Al-Mizan Lamongan Minat Kajian Keislaman, Politik dan Sosial
Articles
Related posts
Perspektif

Paradoks: Salah Kaprah Memaknai Glorifikasi dan Kesederhanaan

4 Mins read
“Tempat paling berbahaya adalah tempat yang paling aman.” Kalimat di atas merupakan contoh sederhana untuk mengerti bagaimana atau apa itu paradoks. Secara…
Perspektif

Teknologi dan Inovasi Digitalisasi Pendidikan

4 Mins read
Dalam beberapa tahun terakhir, digitalisasi pendidikan di Indonesia telah mengalami lompatan besar, terutama berkat berbagai inovasi yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,…
Perspektif

Pendidikan Muhammadiyah untuk Semua

4 Mins read
Sejak berdirinya, Muhammadiyah telah menempatkan pendidikan sebagai salah satu pilar utama dalam perjuangan dakwahnya. Salah satu momen penting dalam sejarah perjalanan ini…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds