Perspektif

Dia NU, Dia Sahabatku

4 Mins read

Akhir-akhir ini, hubungan harmonis antara dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, bahkan mungkin dunia seakan mau diusik. Seakan ada yang ingin menyulutkan api permusuhan, beredar gambar berisi himbauan yang mencatut nama dan gambar Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto. Yang dibuat dan disebarluaskan oleh oknum, yang tampaknya ingin memecah belah persaudaraan kedua ormas Islam ini.

Hal tersebut sudah mendapatkan respon dari PP Pemuda Muhammadiyah bahwa itu adalah kabar bohong (hoax) dengan klarifikasi tertanggal 3 Maret 2020 melalui akun Facebook. Ini sungguh merugikan kami warga Muhammadiyah, serta hubungan baik Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) yang selama ini terjalin. Maka sudah seharusnya kita menjadi es yang mendinginkan suasana, bukan malah membuat retak hubungan kedua ormas Islam itu. Karena apa yang terdapat pada gambar tersebut merupakan fitnah dan amat sangat bertentangan dari visi misi Muhammadiyah, dan Pemuda Muhammadiyah pada khususnya.

Menapaki Jejak Langkah 2 Ulama

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi yang mempunyai peran besar bagi negara ini, serta ikut pula membangun negeri hingga sekarang. Hubungan akrab keduanya bahkan terwujud dengan adanya kerjasama antara Majelis Lembaga Seni Budaya dan Olahraga PP Muhammadiyah dengan Ponpes Tebuireng Jombang dalam pembuatan film Jejak Langkah 2 Ulama. Meski sebelumnya, ada film Sang Pencerah (2010) yang mengisahkan tentang KH Ahmad Dahlan, dan film Sang Kiai (2013) yang berkisah tentang KH Hasyim Asy’ari.

KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari adalah dua tokoh bangsa yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan Islam di tanah air, bukan hanya soal keagamaan. Namun juga peradaban, di mana kedua tokoh itu mampu memberikan sumbangsih yang luar biasa bagi kemajuan bangsa, salah satunya melalui bidang pendidikan. KH Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah dan KH Hasyim Asy’ari bersama Nahdlatul Ulama (NU) sudah mewarnai tanah air dari sebelum bangsa ini merdeka. Seperti yang diketahui, Muhammadiyah lahir di tahun 1912 dan NU pada tahun 1926, 14 tahun kemudian setelah Muhammadiyah didirikan.

Baca Juga  Mengapa Muhammadiyah Tidak Poligami?

Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim merupakan dua sosok yang memiliki pemikiran visioner, terbukti organisasi yang didirikan mereka bertahan hingga sekarang. Hampir di seluruh pelosok tanah air, kedua organisasi ini saling beriringan dalam menegakkan ajaran Islam dan turut serta mencerdaskan anak bangsa. Perbedaan dari kedua organisasi ini memang masih sering sekali diperbincangkan, perbedaan amaliah Muhammadiyah dan NU yang masih sering dibahas itu sebenarnya bersifat furu’iyah.

Namun, Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim mereka berdua pernah berguru pada KH Sholeh Darat Semarang. Saat berguru pada Kiai Sholeh, Ahmad Dahlan masih berusia 16 tahun, sementara Hasyim Asy’ari 14 tahun. Dari mata air pengetahuan yang sama dua pemuda yang terkenal cerdas itu menyerap pelajaran ilmu fiqih, tasawuf, dan berbagai macam ilmu agama lainnya.

Merawat Bangsa Bersama

NU dan Muhammadiyah memang sering berbeda pendapat, namun itu justru membuat hubungan mereka semakin rapat. Tapi ada saja yang ingin keduanya saling berhadapan, salah satunya gambar yang mencatut Cak Nanto yang kini beredar. Pastinya ada saja yang terprovokasi dari gambar tersebut, maka sebaiknya kita tetap mengutamakan etika dan lebih bijak dalam menyikapinya, terutama di media sosial.

Tujuan gambar tersebut memang sudah jelas ingin mengadu domba. Jadi baiknya kita mencari tahu siapa yang membuat dan memintanya untuk mempertanggungjawabkan agar tak terulang kembali dikemudian hari.

Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) dan Barisan Ansor Serbaguna (BANSER) adalah sayap dari organisasi kepemudaan milik Muhammadiyah dan NU, yakni Pemuda Muhammadiyah dan Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor). Keduanya merupakan penjaga aset dari masing-masing organisasi, namun keduanya juga turut serta menjaga kebhinnekaan bangsa. Keduanya juga pernah berdampingan pada Apel Kebangsaan Kebangsaan Pemuda Muslim Indonesia, kegiatan ini dilaksanakan di Pelataran Candi Prambanan, Sabtu (16/12/2017) silam.

Terlepas dari masalah di balik apel tersebut, Kokam dan Banser adalah penjaga kebhinnekaan negeri. Mereka sering berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, terutama aksi sosial kemanusiaan. Inisiasi silaturahim keduanya pada Apel Kebangsaan 2017 lalu sebagai upaya mendorong adanya ikatan hati dan membangun pemahaman bersama di antara pemuda Islam tanah air berjalan baik sebagai jawaban atas ujaran kebencian, saling hujat yang ada, dan menggembirakan perbedaan untuk menyatukan. Begitulah kata Dr. Dahnil Anzar Simanjuntak, mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah (2014-2018) yang kini menjadi juru bicara Menteri Pertahanan RI.

Baca Juga  Sebuah Upaya Mewujudkan Moderasi Beragama di Indonesia

Butuh Peran Pemuda Menanggulangi Hoax

Kokam dan Banser, Muhammadiyah dan NU. Merupakan elemen penting dalam sosial budaya di masyarakat Indonesia. Keduanya turut menjaga keberagamaan dalam kebersamaan sejak lama, maka kedua organisasi tersebut sudah cukup matang dan mampu mengatasi masalah yang ada. Gambar dan statement yang mengatasnamakan dan mencatut nama Cak Nanto yang berisi himbuan yang merupakan hoax adalah perbuatan jahat yang ingin merusak keharmonisan Muhammadiyah dan NU.

Dan kita sebagai generasi muda, sebaiknya meredam fitnah yang mengatasnamakan Cak Nanto tersebut. Pemuda Muhammadiyah dan GP Ansor yang menjadi penggiat media sosial, sebaiknya meluruskan postingan-postingan mengenai hal tersebut dan tidak menyebarluaskan serta membenarkan apa yang ada digambar tersebut. Sehingga nantinya akan memancing rasa emosi dan membuat hubungan Muhammadiyah-NU menjadi renggang, karena apa yang ada pada gambar yang sudah tersebar itu merupakan fitnah yang keji.

Muhammadiyah dan NU merupakan saudara seperjuangan yang turut serta membangun bangsa. Meski banyak perbedaan, namun hakikatnya tujuannya sama, yakni ridha Allah SWT. Muhammadiyah dan NU sama-sama membangun bangsa, menjaga negeri dari radikalisme, dan menjaga toleransi antar sesama anak bangsa, tentunya dengan caranya masing-masing. Muhammadiyah dan NU merupakan saudara dekat, bahkan bisa dibilang kerabat atau keluarga. Karena tak jarang di akar rumput banyak satu keluarga namun berbeda pilihan organisasi, ada yang ikut NU, ada juga yang Muhammadiyah. Namun, mereka tetap rukun dan akur, perbedaan bagaikan warna pelangi yang semakin indah dengan warna-warni. Mari para pemuda Muhammadiyah dan NU menyikapi masalah ini dengan tenang, karena hal tersebut merupakan fitnah yang harus kita luruskan bersama demi persahabatan dan persaudaraan antar anak bangsa.

Baca Juga  Belajar Menjadi Warga Negara dari Syekh Ali Jaber

Dia NU, Dia Sahabatku

Penulis sendiri yang merupakan kader Muhammadiyah, setiap hari bergaul dan ngopi bareng dengan teman-teman GP Ansor. Kami diakar rumput selalu akrab, berdebat pun sering tapi kami masih mengedepankan akhlak dan persaudaraan. Teman-teman yang sebagian alumni diklat Banser pun sering memberikan semangat kepada penulis untuk berorganisasi, padahal kami beda secara pemahaman dalam hal tertentu. Kami selalu menjaga kekerabatan dalam hal apapun dari perbedaan yang ada, karena ada yang lebih kami junjung dalam pergaulan bermasyarakat, yakni adab dan persaudaraan antar sesama anak bangsa.

Bahkan penulis yang merupakan warga Muhammadiyah sering bekerjasama dengan teman penulis yang NU, dalam berbagai kesempatan dan kegiatan. Semisal dalam kegiatan peringatan HUT RI, kami berdampingan, bercanda tawa, serta berdiskusi bersama. Meski sering ada perdebatan, kembali tali persaudaraanlah yang merekatkan kami. Serta rasa cinta tanah air yang sama, menjadi penyemangat buat memberikan sesuatu bagi bangsa tercinta.

Mari tetap menjaga ukhuwah Muhammadiyah dan NU, menjaga kondusifitas suasana bangsa di tengah bermacam masalah yang ada, terutama di media sosial. Jika ada percikan api yang akan menyala, mari kita sirami dengan air, jangan malah menyiramnya dengan minyak tanah. Kami warga Muhammadiyah sangat menghormati saudara kami NU, dan kami yakin begitupun sebaliknya. Meski harus diakui banyak perbedaan pada keduanya, namun itu bukanlah suatu halangan untuk saling berpegang tangan. Karena sejatinya, Muhammadiyah dan NU, Pemuda Muhammadiyah bersama Kokam dan GP Ansor bersama Banser adalah saudara satu tujuan meski berbeda jalan. Satu tujuan membangun bangsa, satu tujuan yakni meraih ridha Allah Ta’ala.

Editor: Arif

Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informasi dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds