Saya ingin berbagi bacaan ekologi John Bellamy Foster. Ia adalah seorang profesor sosiologi dan editor Monthly Review, yang dikenal luas atas kontribusinya dalam bidang ekologi Marxis. Pemikirannya berfokus pada hubungan antara kapitalisme dan krisis ekologi global, mengintegrasikan analisis ekonomi politik dengan kajian lingkungan. Foster berargumen bahwa sistem kapitalis secara inheren tidak berkelanjutan karena eksploitasi alam yang tak terkendali untuk akumulasi keuntungan.
Foster mengambil inspirasi dari Karl Marx, terutama konsep “metabolisme sosial”. Menurut Marx, masyarakat manusia dan alam terhubung melalui proses kerja, di mana manusia mengambil sumber daya dari alam dan mengubahnya menjadi produk yang dapat digunakan. Namun, dalam kapitalisme, proses ini menjadi tidak seimbang karena tujuan utama adalah akumulasi modal, bukan keberlanjutan lingkungan.
John Bellamy Foster menyoroti bahwa kapitalisme menciptakan “keretakan metabolik” (metabolic rift), yaitu pemisahan antara manusia dan alam. Hal ini terjadi karena produksi kapitalis tidak mengembalikan apa yang diambil dari alam, melainkan mengeksploitasi sumber daya hingga habis. Dampak dari keretakan ini adalah kerusakan ekosistem, hilangnya keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim.
Foster mengklaim bahwa krisis ekologi saat ini tidak dapat dipisahkan dari struktur ekonomi kapitalis. Dalam pandangannya, krisis ekologi bukan hanya hasil dari kebijakan lingkungan yang buruk atau ketidaktahuan ilmiah, tetapi juga merupakan produk dari dinamika internal kapitalisme itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan membutuhkan konsumsi sumber daya alam yang terus meningkat, yang pada akhirnya mengarah pada degradasi lingkungan.
Ia berpendapat bahwa solusi teknologi saja tidak cukup untuk mengatasi krisis ini. Sebaliknya, perubahan mendasar dalam sistem ekonomi dan hubungan produksi diperlukan. Foster menekankan perlunya transformasi sosial yang mengutamakan keberlanjutan ekologis di atas akumulasi kapital.
Sementara yang disebut kapitalisme hijau, atau green capitalism, yang mencoba menggabungkan pertumbuhan ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan melalui inovasi teknologi dan pasar hijau perlu dilihat sungguh-sungguh. Foster skeptis terhadap pendekatan ini. Ia berargumen bahwa kapitalisme hijau sering kali hanya menunda krisis ekologis tanpa mengatasi akar permasalahannya.
Menurut Foster, kapitalisme hijau masih beroperasi dalam kerangka kapitalis yang sama, yang berarti masih ada tekanan untuk terus tumbuh dan menghasilkan keuntungan. Ini sering kali mengarah pada “pencucian hijau” (greenwashing), di mana perusahaan mengklaim ramah lingkungan sementara praktik intinya tetap merusak. Foster mengajak untuk melihat melampaui solusi pasar dan mempertimbangkan perubahan sistemik yang lebih radikal.
Sebagai seorang Marxis, Foster mengadvokasi ekologi Marxis, yang mengintegrasikan analisis kelas dan produksi dengan kajian ekologi. Ia berargumen bahwa untuk mencapai keberlanjutan ekologis, perlu ada perubahan dalam cara produksi dan distribusi yang saat ini dikuasai oleh logika kapitalis.
Foster melihat potensi dalam gerakan sosial dan kelas pekerja untuk memimpin transformasi ini. Ia mendorong pembangunan masyarakat yang didasarkan pada prinsip-prinsip sosialisme ekologi, di mana hubungan manusia dengan alam didasarkan pada keberlanjutan dan keadilan sosial.
Foster tidak menolak peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan. Namun, ia menekankan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi harus dipandu oleh tujuan sosial yang lebih luas, bukan hanya keuntungan. Dalam pandangannya, teknologi yang ramah lingkungan dan inovasi ilmiah harus diintegrasikan dalam kerangka sosial yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Ia menekankan pentingnya pendekatan interdisipliner yang melibatkan ilmu alam, ilmu sosial, dan humaniora untuk memahami dan mengatasi krisis ekologi. Melalui pendekatan holistik inilah kita dapat memahami kompleksitas hubungan manusia dan alam serta mencari solusi yang berkelanjutan.
Foster menekankan bahwa keberlanjutan ekologis tidak dapat dipisahkan dari keadilan sosial. Ia mengkritik model pembangunan yang hanya menguntungkan segelintir orang sementara mayoritas masyarakat, terutama di negara berkembang, menanggung beban lingkungan yang berat. Bagi Foster, solusi terhadap krisis ekologi harus mencakup redistribusi kekayaan dan kekuasaan serta pemberdayaan komunitas lokal.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya solidaritas internasional dalam menghadapi tantangan ekologi global. Krisis lingkungan seperti perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati tidak mengenal batas negara, sehingga diperlukan kerjasama global yang adil dan inklusif.
Kesimpulan
Pemikiran ekologi John Bellamy Foster menawarkan kritik tajam terhadap kapitalisme dan dampaknya terhadap lingkungan. Dengan mengintegrasikan analisis Marxis dengan kajian ekologi, Foster menyoroti bagaimana sistem ekonomi saat ini menciptakan dan memperburuk krisis ekologi. Ia mengadvokasi perlunya perubahan sistemik yang mengutamakan keberlanjutan ekologis dan keadilan sosial.
Foster melihat potensi besar dalam gerakan sosial untuk memimpin perubahan menuju masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan. Dengan menekankan pentingnya pendekatan holistik yang melibatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan solidaritas internasional, pemikiran Foster memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami dan mengatasi tantangan ekologi global.
Dengan demikian, pemikiran Foster tidak hanya menawarkan kritik terhadap kapitalisme, tetapi juga visi alternatif untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan berkeadilan.