Perspektif

Empat Cara Tepat Menghindari Sikap Hedonisme

4 Mins read

Gaya hidup saat ini yang dimunculkan oleh kebanyakan orang adalah gaya hidup/sikap hedonisme. Merujuk pada laman Wikipedia dijelaskan bahwa hedonisme berasal dari Bahasa Yunani, hēdonismos dari akar kata hēdonē yang berarti kesenangan. Paham ini merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.

Paham ini telah dianut sejak 435 SM dan menjadi buah pemikiran para filosof Yunani, seperti Aristipus dari Cyrene dan filsuf Sikelia, Epikuros, dan beberapa aliran Stoikisme. Saat ini, memaknai hedonisme selalu disandingkan dengan makna kemewahan, gaya hidup berlebihan, dan cenderung kepada perilaku konsumtif. Maka untuk memenuhi gaya hidup yang seperti ini tidak sedikit orang rela berbuat tanpa berpikir secara jernih, tidak memperhitungkan secara matang, bahkan cenderung menghalalkan berbagai cara.

Inilah yang kemudian mengharuskan manusia untuk menghindari sikap hedonisme. Sebab madharat nya lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya. Melalui berbagai platform media sosial saat ini, banyak dipertontonkan betapa orang dengan mudahnya membeli barang yang harganya fantastis, mulai dari puluhan juta bahkan milyaran rupiah, yang secara kegunaan mungkin saja sama dengan harga barang yang hanya puluhan sampai ratusan ribu saja. Ternyata apa yang terjadi, mereka rela mengorbankan reputasinya dengan menipu orang lain hanya sekedar memenuhi gaya hidupnya yang diatas rata-rata. Naudzubillahi min dzalika.

Sikap Hedonisme Membuat Manusia Lalai

Sikap hedonisme sebenarnya telah memandu manusia menuju jalan yang tidak direstui Allah swt. Menyebabkan manusia lalai dalam beragama, dan hal ini yang dijelaskan oleh Allah swt dalam QS. Al-A’raf (7): 179 yang artinya “Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah (lalai)”.

Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa orang lalai adalah orang yang punya akal dan pikiran, tapi tidak pernah digunakan untuk memahami hakikat hidup, dan juga tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah di jagat raya (kauniyah) dan ayat Allah yang ada dalam Al-Qur’an (qauliyah) yang bisa membawa pada kesempurnaan iman. Indikasi seseorang yang dianggap lalai berarti orang yang tidak menyadari pentingnya keberadaan Allah, tidak memperhatikan tuntunan agama, dan tidak menghiraukan akhirat. Cenderung terlibat dalam urusan dunia semata, membiarkan diri mereka terjerumus dalam kesia-siaan dan kesesatan.

Baca Juga  Mengapa Mencatut dan Meneror Muhammadiyah?

Hedonisme terus menghantui kehidupan manusia di abad modern ini. Hal ini lebih diakibatkan pada dua faktor fundamental yang dihadapi saat ini, yaitu: pertama, perkembangan teknologi informasi. Teknologi yang terus berkembang saat ini dan berada pada genggaman manusia mau tidak mau ikut berkontribusi terhadap maraknya sikap hedonisme pada berbagai kalangan. Media massa dan media social terus memproduksi dan mempromosikan gaya hidup hedonisme. Orang yang yang menyaksikannya seolah terhipnotis, dan mendapatkan dorongan untuk mengikuti gaya hidup seperti itu.

***

Seolah dianggap sebagai sesuatu yang lumrah, padahal sejatinya sikap konsumerisme dengan mengedepankan gaya hedonisme jauh dari nilai-nilai ke-Islam-an. Rasulullah saw sebagai sosok uswatun hasanah, tidak sekalipun memberikan contoh bermewah-mewahan dalam kehidupannya, bahkan cenderung lebih mengedepankan kesederhanaan dan kebersahajaan walaupun secara finansial sangat mampu. Begitupun para Sahabatnya, kekayaan yang dimiliki mereka bahkan tidak menjadikannya sombong dan menolak berbagai ajakan untuk berbuat baik terhadap sesama.

Kedua, kecenderungan manusia menyukai kemewahan. Penjelasan Allah swt dalam QS. Ali-Imran (3): 14 disinyalir sebagai informasi penting bahwa secara alamiah manusia cenderung lebih senang dan suka terhadap kemewahan, seperti pasangan hidup, keturunan, dan harta yang banyak, sehingga Allah menegaskan “itu hanya sekedar kesenangan dunia saja, dan Allah telah mempersiapkan tempat kembali terbaik”.

Cara Menghindar dari Sikap Hedonisme

Ada empat cara yang dapat dilakukan agar terhindar dari sikap hedonisme, yaitu:

1. Jadikan dunia hanya sebagai alat, bukan tujuan utama

Sesekali manusia harus menempatkan dunia tidak pada hati, dan jangan terlampau mencintai melebihi kecintaan terhadap kehidupan akhirat kelak. Dalam sebuah hadits yang diterima dari Anas bin Malik dan diriwayatkan oleh Ibnu Asyikin, Rasulullah saw pernah mengingatkan: fainnad dunyaa balaaghun ilaa al-akhirat, maka sesungguhnya dunia itu adalah jalan menuju akhirat.

Baca Juga  Covid-19 dan Strategi Survival Masyarakat

2. Menempatkan kedaulatan rohaniah diatas kedaulatan jasmaniah

Kedaulatan rohaniah dianggap sebagai sumber kebijaksanaan, pandangan hidup yang lebih dalam, dan pemenuhan yang lebih menyeluruh. Mengutamakan kedaulatan rohaniah berarti memprioritaskan nilai-nilai spiritual, etika, dan integritas. Kedaulatan rohaniah yang dimaksud adalah iman, takwa dan akhlakul karimah. Bagaimana seseorang menempatkan ketiga aspek ini di atas hawa nafsunya. Sebab jika hawa nafsu sudah merajai hati seseorang, maka dia akan bertindak diluar nalar yang dianggap memberikan keuntungan.

Allah swt berfirman: Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan Kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu. (QS. Al-Mu’minun: 71).

***

3. Merubah mindset, membuat perencanaan keuangan yang matang

Pola pikir harus diubah, dari sebelumnya pola pikir gaya hidup konsumtif diubah agar lebih produktif. Bukankah Islam lebih menyukai produktivitas? Lihatlah para sahabat Rasulullah Saw yang bangkit dari keterpurukan hanya karena didorong untuk hidup lebih produktif. Mengoptimalkan sumber daya yang ada, sehingga mampu memberikan kebermanfaatan yang lebih luas. Gaya hidup hedonisme biasanya muncul disebabkan karena kurangnya perencanaan keuangan yang matang, hingga keinginan lebih cenderung dominan dibandingkan dengan kebutuhan. Mengubah standar hidup menyesuaikan dengan sumber daya keuangan yang dimiliki, jangan sebaliknya uang harus mengikuti gaya hidup. Lebih besar daripada tiang merupakan konsep yang tidak baik untuk diikuti.

4. Harus tetap berjuang dan bekerja keras

Islam tidak menghendaki seseorang untuk hidup miskin, namun tidak juga mendorong terlelu berlebihan dalam hidup. Penekannya adalah seberapa mampu manusia bekerja keras untuk menunjang kehidupannya, dan tentunya dengan mendahulukan kepentingan Allah diatas kepentingan lainnya.

Baca Juga  Hassan Hanafi: Tradisi, Iman, dan Pembebasan

Dalam QS. Al-Jum’ah: 10 mendorong manusia untuk bekerja lebih giat lagi. “Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.

Wallahu A’lamu bish shawwab.

Editor: Soleh

Eris Munandar
17 posts

About author
Dosen / Ketua LPPM STEI Ar-Risalah Ciamis
Articles
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds