IBTimes.ID – Indonesia memiliki banyak ulama hebat yang sepanjang sejarah dengan pemikiran-pemikiran yang moderat. Namun belakangan ini, tidak bisa dinafikan bahwa terdapat kebangkitan aliran-aliran pemikiran keagamaan Islam disertai dengan para pengusungnya yang keras dan dangkal. Fenomena ini menunjukkan bahwa jenis ulama di Indonesia ialah berbeda-beda, dari yang moderat hingga yang keras, dan berbagai kategori lainnya.
Quraish Shihab menanggapi isu ini dalam sebuah perbincangannya dengan Abdul Kohar, wartawan di sebuah video Youtube berjudul Tafsir Kebangsaan Quraish Shihab. Beliau merefleksikan fenomena ini dengan perbandingan yang jauh dari realita ulama-ulama Indonesia terdahulu.
“Dulu itu, kiai-kiai kita, ulama-ulama kita, benar-benar menghayati budaya bangsa kita. Bangsa ini kan dikenal sebagai bangsa yang senyum. Sehingga apa yang mereka sampaikan, apa yang mereka dakwahkan, disampaikan dengan senyum. Sekarang, bergeser (budaya) itu.”
Berbagai Jenis Ulama dalam Islam
Beliau melanjutkan dengan membahas bahwa terdapat bahasan mengenai jenis-jenis ulama yang mewarisi Al-Qur’an, dalam Al-Qur’an. Beliau menyatakan bahwa ada tiga jenis ulama yang perlu kita soroti, dengan merujuk pada ayat Al-Qur’an di bawah ini.
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Faatir : 32
Jenis yang pertama ialah mereka yang menganiaya diri mereka sendiri. Mereka adalah yang tidak melaksanakan fungsi sebagai ulama secara baik, dan kerap kali berbuat dosa.
“Yang pertama, ada yang menganiaya dirinya. Tidak melaksanakan fungsi secara baik. Boleh jadi mereka berdosa. Ini yang mewarisi kitab suci, ini ulama!” ujarnya menjelaskan ayat Al-Qur’an tersebut.
Beliau melanjutkan dengan dua jenis ulama lain. Mereka adalah yang pertengahan dan yang berlomba dalam kebaikan.
“Ada yang pertengahan. Ada yang berlomba dalam kebajikan, ini yang paling bagus. Berlomba dalam kebajikan bisa antar kita umat Islam. Ada sekian banyak organisasi yang dipimpin oleh ulama-ulama, kita berlomba dalam kebaikan.”
Tidak hanya antar umat Islam, Quraish Shihab juga mengatakan bahwa konteks berlomba-lomba dalam kebaikan juga melingkupi berlomba dengan mereka yang berbeda agama.
“Mari kita berlomba dalam kebajikan dengan orang-orang non muslim. Dengan orang Kristen, dengan orang Yahudi, dengan orang Majusi, kita berlomba dalam kebaikan. Karena semua agama menganjurkan kebaikan.
Setelah tiga jenis ulama sebagaimana Quraish Shihab sadur dari ayat Al-Qur’an tersebut, beliau menambahkan bahwa ada satu jenis ulama lagi. Ia adalah mereka yang meninggalkan ayat-ayat Al-Qur’an hingga mengikuti setan, atau bahkan setan yang mengikutinya.
“Tuhan telah anugerahkan kepadanya petunjuk ayat-ayatnya, dia kuliti dirinya dia tinggalkan petunjuk ayat-ayat itu sehingga dia bergelimang di dalam dosa. Sedemikian besar dosanya sehingga setan yang mengikuti dia, bukan dia lagi yang mengikuti setan!” tegas beliau.
Quraish Shihab menjelaskan bahwa fenomena ini berlaku di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia saja. Jenis-jenis yang beliau jelaskan dialami oleh berbagai ulama di berbagai tempat, namun beliau menyayangkan akan kalahnya suara ulama yang berlomba dalam kebaikan dari ulama-ulama yang bermasalah.
“Semuanya itu (jenis ulama) itu ada. Hanya suara yang berlomba ini kurang terdengar.”
Reporter : Shidqi Mukhtasor