Falsafah

Empat Teori Tindakan Menurut Max Weber

3 Mins read

Teori tindakan sosial termasuk bagian dari sosiologi. Diketahui bahwa awal perkembangannya di mulai pada abad ke sembilan belas, hingga kini telah mengalami perubahan yang berkelanjutan. Hal ini bermula dari ilmu Auguste Comte yaitu “Social Physics” yang kemudian dikenal dengan sosiologi.

Sosiologi itu sendiri ada yang menyatakan bahwa ilmu ini adalah ilmu tentang krisis sosial, karena sejak pertumbuhannya hingga perkembangannya dewasa ini sosiologi cenderung memperoleh bentuk-bentuk baru bersamaan dengan krisis sosial yang ada. Dan kita tahu bahwa objek studi sosiologi adalah masyarakat yang sifatnya dinamis dan terus berkembang.

Pertumbuhan dan perkembangan sosiologi tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang ikut berkontribusi dalam menyumbangkan ilmu atau teorinya, salah satunya yaitu Max Weber.

Max Weber merupakan tokoh yang lahir di Efrurt Jerman pada tanggal 21 April 1864 dan meninggal dunia pada usianya yang ke 56 tahun. Ia memiliki nama lengkap Maxilian Weber.

Dalam sosiologi, ia memperkenalkan konsep tentang makna suatu tindakan. Inti dari tesisnya adalah bahwa suatu “tindakan manusia itu penuh dengan arti”.

Maksud dari tindakan sosial sendiri adalah tindakan individu sepanjang tindakan yang dilakukannya mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain.

Teori tindakan sosial Max Weber sendiri berorientasi pada motif dan tujuan pelaku. Karena setiap individu atau kelompok masing-masing memiliki motif dan tujuan yang berbeda terhadap suatu tindakan yang dilakukan.

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Weber bahwa “cara terbaik untuk memahami berbagai kelompok adalah menghargai bentuk-bentuk umum tindakan yang menjadi ciri khas dari individu atau kelompok tersebut. Sehingga kita dapat memahami alasan-alasan mengapa warga masyarakat dapat bertindak”.

Klasifikasi Teori Tindakan Max Weber

Kemudian, Max Weber mengklasifikasikan teori tindakan sosialnya menjadi empat tipe yang dibedakan dalam konteks motif para pelakunya.

Baca Juga  Mengenal Aliran Jabariyah: Manusia Dikendalikan Tuhan

Pertama, tindakan rasionalitas instrumental (Zwerk Ratioal) adalah suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang berdasarkan atas pertimbangan dan pilihan dasar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu serta ketersedian alat yang digunakan untuk mencapainya.

Sehingga dalam tindakan rasional instrumental dalam mencapai tujuan tindakan yang dilakukannya, seseorang memperhitungkan dan mengupayakan sendiri untuk dapat meraih keinginannya.

Contoh: untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia maka di Indonesia yang mayoritas penduduknya merupakan orang Islam, maka mereka mengadakan tahlil, yang dimana tahlil ini akan dibaca secara berjamaah dengan tujuan mengirimkan doa untuk keluarga yang telah meninggal dunia.

Kedua, tindakan rasionalitas nilai (Werk Rational) adalah tindakan rasional yang didasarkan pada nilai.

Tindakan ini dilakukan untuk alasan-alasan dan tujuan-tujuan yang ada hubungannya dengan nilai-nilai yang diyakini secara personal tanpa memperhitungkan prospek yang ada kaitannya dengan berhasil atau tidaknya tindakan tersebut.

Sehingga, dalam tipe tindakan ini, seseorang tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan yang lain. Tindakan tipe ini masih rasional meski tidak serasional yang pertama.

Contoh: kita tidak pernah mempersoalkan mengapa kita harus memberi atau menerima sesuatu dari orang lain dengan menggunakan tangan kanan.

Tetapi pandangan orang sekarang akan buruk jika kita memberi atau menerima sesuatu dengan menggunakan tangan kiri.

***

Ketiga, tindakan afektif (Affectual Action) adalah tindakan yang ditentukan oleh kondisi-kondisi dan orientasi-orientasi emosional si pelaku.

Tindakan ini di anggap sukar untuk dipahami atau tidak rasional karena tindakan ini dilakukan tanpa refleksi intelektual atau kepercayaan yang sadar.

Seseorang yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan, atau kegembiraan dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif.

Baca Juga  Melihat Fenomena Puasa dari Kacamata Durkheim

Contoh: seseorang yang tiba-tiba menangis saat mendengarkan lagu yang bernuansa sedih. Tindakan seseorang ketika menangis ini merupakan tindakan yang spontan terjadi saat mendengarkan sesorang mendengarkan musik.

Keempat, tindakan tradisional (Traditional Action) adalah tindakan yang ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar secara turun menurun di masyarakat.

Tindakan tipe ini merupakan tindakan sosial yang bukan rasional karena seorang individu memperlihatkan perilaku karena kebiasaan, tanpa refleksasi yang sadar atas perencanaan.

Contoh: sunat untuk wanita, di mana di beberapa kota di Indonesia sunat untuk wanita ini merupakan sebuah ritual yang sudah menjadi tradisi dari masa ke masa, seperti yang terjadi di Sulawesi.

Dari sekian tahun masyarakat di sana tidak pernah meninggalkan tradisi ini. Karena masyarakat menganggap bahwa jika mereka tidak melaksanakan sunat, maka akan terjadi berbagai keburukan kepada anak wanita mereka dan akan mendapat kritikan dari masyarakat sekitar karena itu adalah sebuah kepercayaan yang sangat mereka yakini.

Dari keempat tipe tindakan sosial di atas kita harus melihatnya sebagai tipe-tipe ideal.

Pola perilaku khusus yang sama mungkin bisa sesuai dengan kategori-kategori tindakan sosial yang berbeda dalam situasi-situasi yang berbeda pula, tergantung pada orientasi subyektif dari individu yang terlibat.

Editor: Yahya FR

Zainal Abidin
3 posts

About author
Alumni Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Falsafah

Tawaran Al-Jabiri Atas Pembacaan Turats

4 Mins read
Abed al-Jabiri adalah salah satu pemikir Islam yang paling dikenal di era modern. “Naqd al-Aql al-Arabi” atau proyek pemikiran “Kritik Nalar Arab”…
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds