Oleh: Shamsi Ali
Keresahan dan kekhawatiran yang ditimbulkan oleh virus Corona benar-benar riil dan semakin menjadi-jadi. Hanya saja, semua fokus pada apa dan bagaimana menghadapi penyebaran virus tersebut.
Tentu hal itu penting. Tapi alangkah bijaknya seandainya manusia juga bisa mengambil ‘ibar (kata jama’ dari ‘ibrah) atau pelajaran-pelajaran dari kasus ini. Karena sejatinya, bagi orang-orang beriman, tak satu peristiwa yang terjadi dalam hidup ini kecuali memiliki hikmah-hikmah (wisdoms).
Salah satu hikmah (pelajaran) penting dari kasus Virus Corona ini adalah bahwa kasus ini mengingatkan sekaligus menyingkap beberapa fakta tentang manusia itu sendiri.
Enam Fakta Manusia
Berikut beberapa fakta tentang manusia yang terungkap oleh kasus Virus Corona. Pertama, bahwa fakta manusia itu, siapapun dan bagaimanapun dunianya, sangat terbatas dalam segala hal. Virus Corona justru barangkali berwujud lemah. Tapi manusia yang kerap merasa hebat tampak tidak mampu menghadapinya. China dan Amerika saat ini barangkali dua negara yang memiliki kekuatan terbesar dunia, ternyata juga ketar-ketir. Al-Quran mengingatkan itu: “dan adalah manusia itu lemah (terbatas)”.
Kedua, bahwa ilmu dan pengetahuan manusia tentang hidup dan segala yang terkait dengan hidup sangat terbatas dan sedikit. Kalau sekiranya manusia hebat dalam keilmuan, tentu sebelum hal ini terjadi sudah dipersiapkan perangkat untuk menangkalnya. Buktinya, setelah sekian nyawa telah melayang, obatnya juga belum ditemukan. Al-Quran mengingatkan: “dan tidaklah kamu diberikan ilmu kecuali sedikit”.
Ketiga, bahwa fakta manusia itu memiliki tabiat yang cenderung “panik”. Panik adalah sebuah sikap yang karena kekhawatiran berlebihan bereaksi tanpa pertimbangan sehat. Reaksi tanpa pertimbangan ini membawa kepada ragam akibat yang tidak sehat, bahkan destruktif. Panik inilah yang menjadikan banyak manusia yang bereaksi di luar batas. Memborong barang-barang kebutuhan dari pertokohan sehingga ada pihak lain yang dirugikan. Al-Quran mengingatkan: “dan adalah manusia itu ‘ajuula (tergesa-tergesa)”.
Keempat, bahwa fakta manusia itu sangat rapuh dan labil dalam segala hal. Dengan meluasnya berita tentang Corona di media massa, bahkan siang malam tiada henti, menyebabkan banyak orang yang kemudian mengalami goncangan jiwa. Rumah-rumah sakit membludak, bukan karena Corona. Tapi lebih karena ketakutan berlebihan. Al-Quran menyebutkan dua penyakit berbahaya manusia: “ketakutan dan kesedihan” (khauf wa hazan).
Kelima, bahwa fakta manusia itu memiliki tendensi egoistik yang tinggi. Tendensi ini kemudian melahirkan berbagai manipulasi dalam hidup. Hal ini terlihat betapa sebagian menggunakan kesempatan “musibah” ini untuk meraup keuntungan pribadi dengan memanipulasi harga barang-barang keperluan dasar untuk menghadapi Corona. Masker, misalnya, tiba-tiba habis di pasaran dan hanya ditemukan dengan harga yang ratusan kali lipat. Al-Quran mengingatkan: “dan kamu mencintai harta dengan cinta yang berlebihan”.
Keenam, bahwa manusia itu perlu sadar zaman. Dunia kita adalah dunia global yang ditandai oleh sataunya apa yang disebut “ketergantungan” (interdependence). Corona awalnya terjadi di China. Kini, hampir semua bagian dunia ikut merasakan akibatnya. Bahkan, Amerika tersadarkan kebutuhan obat-obatannya terancam krisis Karena selama ini 80% diproduksi oleh China. Al-Quran menyebutkan: “Wahai manusia Kami (Tuhan) jadikan kamu dari seorang laki dan seorang wanita. Lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal”.
Ujian
Semoga Corona tidak saja hadir membawa seribu satu kekhawatiran dan ketakutan. Tapi juga hadir untuk mengingatkan manusia dalam banyak hal. Terutama tentang realita akan dirinya sendiri.
Sayangnya, manusia terkadang hanyut dalam rayuan duniawi yang melalaikan (lahwun), bahkan menjadikannya lupa (sahwun) akan realita dirinya. Kelalaian demi kelalaian, bahkan keangkuhan demi keangkuhan manusia itulah yang menjadi penyebab perlunya peringatan dari masa ke masa.
Kita diingatkan kisah Fir’aun yang karena keangkuhannya diingatkan oleh Allah berkali-kali dengan ragam peringatan (bala atau bencana). Semoga ujian Corona ini menyadarkan manusia untuk belajar rendah hati, bahkan merendahkan diri di hadapan Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa. Semoga!
* Presiden Nusantara Foundation
Editor: Arif