Oleh: Ustadz Cinta Restu Sugiharto
Setiap orang Islam akan memperoleh kemuliaan manakala ia menempuh enam jalan ketenangan bersama Islam. Jalan ketenangan dalam Islam adalah: ketaqwaan, amal sholeh, khusyu’ dan sabar, khusnul khotimah, istiqomah, dan amar ma’ruf nahi munkar.
Pertama, mestinya setiap orang Islam selalu hidup dalam ketenangan. Karena dalam Islam ukuran kemuliaan bukan berdasarkan kepintaran, kekayaan, kekuasaan ataupun kelebihan fisik semacam kecantikan, kegagahan, dan keperkasaan. Ukuran kemuliaan dalam Islam, yang pertama, adalah: Ketaqwaan (QS. Al-Hujurat: 13).
Maka sepintar, sekaya, sekuasa, dan sekeren apapun seseorang, tak menjamin dirinya mulia di hadapan Allah. Alih-alih mulia, justru banyak orang yang akhirnya menjadi hina dengan kepintaran, kekayaan, kekuasaan, dan kelebihan fisik yang mereka miliki. Qarun, Fir’aun, Jalut, Namrud, adalah di antara contohnya. Mereka hebat-hebat secara keduniaan, tapi menjadi hina karena tidak bertaqwa.
Kedua, jalan ketenangan yang lain adalah bahwa dalam Islam ukuran keselamatan dunia akhirat itu adalah: Amalnya. Baik amal ibadah maupun amal sholeh. Orang kaya orang miskin, orang sehat orang sakit, orang muda orang tua, bahkan lelaki maupun wanita, semua bisa berlomba memperbanyak dan memperbaiki amal.
Orang miskin tak perlu menunggu kaya untuk beramal. Orang sakit tak perlu menunggu sehat untuk beramal. Begitupun yang muda tak perlu menunggu tua dan antar lawan jenis tak perlu merasa lebih rendah. Semua sama di hadapan Allah. Yang membedakan hanya amalnya. Lebih dari itu, dalam surat al-Mulk ayat dua Allah juga ingatkan bahwa tujuan Allah menciptakan kematian dan kehidupan, tak lain dan tak bukan: untuk menguji seberapa banyak dan seberapa baik amal kita.
Ketiga, jalan ketenangan berikutnya dalam Islam adalah bahwa ukuran dalam beramal ibadah, di samping yang terbanyak dan terbaik adalah: Khusyu’ dan Sabar. Dan ukuran amal sholeh di samping yang terbanyak adalah: Ikhlas.
Khusyu’, sabar, dan ikhlas itu hanya Allah yang tahu. Tak seorang pun tahu seberapa khusyu’ dan ikhlas dirinya maupun orang lain. Itulah mengapa Allah mengingatkan dalam surat Al-Isra’ ayat 84, bahwa setiap kita akan beramal sesuai dengan pembawaan masing-masing. Dan Allah yang lebih tahu siapa-siapa yang jalannya paling benar.
Keempat, hal yang menenangkan adalah, bahwa dalam Islam, ukuran keselamatan seseorang itu selain amal adalah: Khusnul Khotimah. Sehebat apapun orang beramal ibadah dan beramal sholeh, bahkan sekhusyu’, sesabar, dan seikhlas apapun, pada akhirnya semua tergantung di akhir hayatnya. Bila ternyata Khusnul Khotimah, maka bergunalah banyaknya amal, berikut khusyu’, sabar, dan ikhlasnya selama ini. Akan tetapi, bila ternyata Su’ul Khotimah atau meninggal dalam kondisi tidak baik, maka sia-sialah seluruh amal, kekhusyu’an, kesabaran, dan keikhlasannya selama ini.
Itulah mengapa Rasulullah Muhammad SAW mengingatkan bahwa: “SETIAP AMAL ITU TERGANTUNG AKHIRNYA” (HR. Bukhari). Beliau juga mengingatkan dalam hadits tersebut bahwa ada orang yang selama hidupnya beramal seperti amal ahli surga. Tapi di akhir hayatnya ternyata dia melakukan amalan ahli neraka. Maka ke nerakalah nanti tempat kembalinya. Begitupun sebaliknya.
Kelima, pentingnya Istiqomah dalam beramal. Dan istiqomah itu sekaligus jalan ketenangan semua orang apapun kondisinya, punya peluang yang sama dalam meraihnya. Dalam surat Fussilat ayat 30 ditekankan tentang keajaiban yang akan diraih oleh orang yang beriman yang bisa istiqamah. Yang itu merupakan peluang yang terbuka bagi semua orang yang beriman untuk bisa istiqamah, apapun kondisinya.
Keenam, hal menenangkan terakhir dalam Islam adalah bahwa ukuran keselamatan dunia akhirat adalah: Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Dalam surat al-Anfal ayat 25 Allah ingatkan kita bahwa azab dan kehinaan tak hanya akan menimpa orang yang dholim. Tapi orang baik juga bisa kena, ketika dia hanya baik untuk dirinya, tapi tidak mau mengajak orang lain menjadi orang baik, minimal seperti dirinya. Na’uudzu billaah min dzaalik!
Demikian enam hal yang menenangkan dalam Islam. Setidak-tidaknya menenangkan bagi diri pribadi penulis selama ini. Selamat berlomba-lomba untuk menjadi insan paling mulia, dan paling selamat dunia akhirat!