Perspektif

Adakah Financial Freedom dalam Islam?

2 Mins read

“Saya pengen banget di umur 40 tahun sudah merdeka secara finansial.” Ujar kawan saya saat kami sedang berbincang terkait rezeki. Percakapan mengenai financial freedom sebagai pencapaian yang diiringi dengan batasan usia tidak hanya sekali saya dengar, namun lumayan sering.

Bahkan ada kawan lama saya yang saat ini bisa dibilang workaholic bercita-cita merdeka keuangan sebelum mencapai usia kepala tiga.

Lantas apa itu Financial Freedom atau Merdeka Keuangan?

Financial freedom adalah keadaan di mana seseorang bebas secara finansial, yakni ketika seseorang memiliki kekayaan yang cukup untuk segala kebutuhan hidup tanpa harus bekerja sangat keras.

Beberapa orang beranggapan bahwa financial freedom adalah keuangan yang tanpa beban utang, passive income berjalan beriringan bahkan melebihi active income, investasi stabil di banyak pintu, dan bisa duduk kipas-kipas di usia senja menikmati kekayaan.

Menurut Robert Toru Kiyosaki, “financial freedom is freedom from fear – a mental, emotional, and educational process. It is available for those who learn about it and work for it.” Selanjutnya, menurut Morgan Housel, “money is about how you behave.”

Jika ditambah pendapat dari Suze Orman, “merdeka financial berarti hilang kecemasan akan uang untuk selama-lamanya.” Maka berdasarkan tiga pendapat penulis perencanaan keuangan dunia tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa merdeka keuangan adalah bagaimana seseorang berproses dan berperilaku terhadap uang tanpa rasa cemas.

Financial Freedom dalam Islamic Perspective

Islam itu universal (syumul) yang meliputi semua zaman, kehidupan dan eksistensi manusia. Ajaran yang ada dalam Islam bersifat moderat (wasthiyyah) atau seimbang (tawazun), ialah keseimbangan antara dua hal yang saling berhadapan.

Termasuk konsep hablum minallah dan hablum minannas, tentang keseimbangan antara hubungan vertikal (manusia dan Allah SWT) dan hubungan horizontal (manusia dengan sesama ciptaan Allah SWT).

Baca Juga  Perjuangan Feminisme di Indonesia Belum Usai

Maka dalam kesuksesan pun tidak hanya dilihat dari kesuksesan dunia, melainkan juga kesuksesaan di akhirat. Dikutip dari perkataan Ali bin Abi Thalib, “kebebasan finansial adalah suatu keadaan di mana seseorang telah berhasil menempatkan harta di tangannya, namun tidak di hatinya.”

Artinya, kemerdekaan finansial dalam Islam didapat ketika seseorang dapat melepaskan belenggu uang dalam hatinya, yakni menjadikan uang sebagai sarana atau jalan, bukan tujuan.

***

“Kalau begitu kita ngga usah kayalah, ya.”

Bukan, bukan itu maksudnya. Allah SWT tidak melarang hambanya untuk kaya, sebab Rasulullah SAW termasuk pedagang yang sukses dan kaya.

Begitupun dengan sahabat Abdurrahman ibn ‘Awf, sang pembisnis ulung terkaya. Namun, kekayaan yang dimiliki tidak untuk kesenangan pribadi dan berfoya-foya belaka. Melainkan diinfakkan dan diberdayakan di jalan Allah SWT untuk membela agama-Nya.

Mencari harta dengan tujuan merdeka finansial akan menjadikan seseorang sukses secara materi, namun jauh dari keberkahan.

“Sesungguhnya Allah Yang Mahaluas KaruniaNya lagi Mahatinggi akan menguji setiap hambaNya dengan rezeki yang telah Ia berikan kepadanya. Barang siapa yang ridha dengan pembagian Allah SWT, Allah akan memberkahi dan melapangkan rezeki tersebut untuknya. Dan barang siapa yang tidak ridha (tidak puas), niscaya rezekinya tidak akan diberkahi.” (HR. Ahmad)

Financial Freedom Bagi Muslim Tak Bertolak Ukur pada Perasaan Cemas Akan Rezeki

Sehingga, financial freedom seorang Muslim sudah seharusnya tidak lagi bertolak ukur pada perasaan cemas akan rezeki (uang) dan kebebasan yang bersifat duniawi belaka.

Melainkan terus berproses dan belajar, baik dalam memperbaharui niat untuk ibadah setiap harinya, mengejar harta yang halalan tayyiban, menunaikan hak dan kewajiban sebagai Muslim atas hartanya, dan selalu bersyukur atas apa yang Allah SWT titipkan. Serta, kemampuan untuk mengatur dan merencanakan keuangan yang baik.

Baca Juga  Antara Mahar dan Uang Panaik Budaya Bugis-Makassar

Di Jamaika ada pepatah terkenal, “save money and money will save you.” Dalam Islam, ada hadits tentang menyisihkan penghasilan untuk berjaga-jaga di kemudian hari. “Allah akan memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik, membelanjakan dengan pertengahan, dan dapat menyisihkan kelebihan (surplus) untuk menjaga pada hari ia miskin dan membutuhkan.” (HR Ahmad dan Muslim).

Hal ini menandakan bahwa dalam mencari rezeki sebagai sarana ibadah mendulang kekayaan dan pahala, dalam financial freedom juga perlu pengelolaan keuangan.

Morgan Housel berkata dalam bukunya The Psychology of Money, bahwa kapitalisme berhasil menciptakan dua hal besar, yaitu kekayaan dan rasa iri.

Maka, semakin dapat kita yakini bersama bahwa perencanaan keuangan adalah suatu keharusan, ditambah dengan gaya hidup yang makin konsumtif khususnya di kalangan generasi muda dan rumah tangga baru.

Editor: Yahya FR

Alfina Rahmatia
1 posts

About author
Dosen Prodi Perbankan Syariah, Universitas Ahmad Dahlan
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds