Tajdida

Geliat Muhammadiyah di Pedesaan

3 Mins read

Cukup banyak ilmuwan sosial yang mengkaji Islam di Indonesia berkesimpulan bahwa Muhammadiyah banyak tumbuh di wilayah perkotaan. Sebaliknya, Nahdlatul Ulama (NU) banyak tumbuh subur di pedesaan. Kesimpulan ini tak terlalu salah, meski tidak bisa digeneralisasi begitu saja. Karena dalam banyak kasus Muhammadiyah justru hadir dan tumbuh subur di pedesaan, bahkan jauh di pelosok pedesaan.

Dari sisi latar belakang kehadirannya, NU sudah hadir dan tumbuh subur secara kultural (jama’ah) dalam masyarakat. Baru kemudian diorganisasikan dalam sebuah wadah atau jamiyah bernama NU. Sementara Muhammadiyah membentuk organisasi (jam’iyah) dulu, baru mengembangkan komunitas atau jamaahnya. Ini yang menjadikan basis jamaah NU secara kultural banyak berada di pedesaan, sementara basis Muhammadiyah banyak berada di perkotaan.

Jamaah NU sudah lahir secara kultural jauh sebelum NU secara jam’iyah lahir, sementara jamaah Muhammadiyah hadir selepas Muhammadiyah sebagai jamiyah lahir. Jadi ada proses untuk menjadi Muhammadiyah (becoming Muhammadiyah). Sementara secara kultural praktis tak ada proses usaha untuk menjadi jama’ah NU.

Latar belakang ini menjadikan NU secara jamaah berjumlah lebih besar daripada Muhammadiyah. Tetapi Muhammadiyah memiliki kelebihan dalam bentuk organisasi yang lebih tertib dan rasional.

Selama saya blusukan dalam beberapa bulan terakhir, tentu dalam kapasitas saya sebagai Calon Legislatif untuk DPR RI dari Partai Amanat Nasional, terutama di daerah Brebes Selatan, banyak didapati hal yang menarik sekaligus menggembirakan terkait dengan perkembangan dan kemajuan Muhammadiyah.

Beberapa desa di Kecamatan Tonjong, Muhammadiyah tampil cukup menonjol. Begitupun di Kecamatan Paguyangan. Hanya untuk sebuah kecamatan, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Paguyangan bisa mendirikan sebuah perguruan tinggi bernama Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK), yang untuk sementara memiliki dua Program Studi. Baru berjalan dua tahun ini STIMIK telah memiliki mahasiswa lebih dari 150 mahasiswa, jumlah yang lumayan menggembirakan untuk sebuah Perguruan Tinggi baru dan berada di tingkat kecamatan. Di kecamatan Bumiayu, terutama di wilayah kota kecamatan berdiri banyak amal usaha Muhammadiyah dari panti asuhan, sekolah sampai rumah sakit.

Baca Juga  Muhammadiyah, Pancasila, dan Soekarno

Lebih menggembirakan lagi, di beberapa pelosok desa di wilayah Kecamatan Bumiayu ada beberapa ranting yang tampil sangat menonjol Sekadar contoh, ada desa bernama “Adisana”. Di desa ini Muhammadiyah hadir dengan empat kepengurusan di tingkat ranting. Padahal lazimnya dalam satu desa itu hanya terdiri dari satu atau maksimal dua ranting.

Keempat ranting dimaksud adalah Ranting Baruamba. Ranting ini memiliki amal usaha berupa Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Taman Kanak-kanan Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA). Lalu ada Ranting Adisana yang memiliki amal usaha berupa TK ABA dan MI. Selanjutnya Ranting Blere yang belum mempunyai amal usaha.

Tapi menariknya, terkait Pilpres 2019, pengurus rantingnya sempat berseloroh. “Ranting Blere memang belum mempunyai amal usaha, tapi mempunyai Kantor Pemenangan Prabowo Sandi yang cukup besar”. Kebetulan saat saya menuju Desa Adisana memang didapati rumah dengan halaman luas yang dihiasi beberapa spanduk dan baliho bergambar Prabowo-Sandi. Terakhir Ranting Kweni yang mempunyai amal usaha berupa TK ABA.

Muhammadiyah hadir di Desa Adisana sekitar 17 tahun selepas berdirinya Muhammadiyah, tepatnya tahun 1929. Muhammadiyah di Adisana merupakan pengembangan dari Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan yang menurut literatur yang pernah saya baca berdiri pada tahun 1922.

Masih di Bumiayu, ada juga Ranting Muhammadiyah Langkap yang mempunyai beberapa amal usaha, di antaranya MI Muhammadiyah yang siswanya jauh lebih banyak dari siswa SDN di Langkap. Lebih menggembirakan lagi adalah perkembangan dan kemajuan Muhammadiyah di Kecamatan Sirampog. Di kecamatan ini, Muhammadiyah tampil sangat mendominasi. Bahkan salah satu ranting Muhammadiyah di Sirampog yang bernama Ranting Plompong, yang berada di pucuk Gunung Selamet itu menjadi ranting Muhammadiyah percontohan Jawa Tengah.

Baca Juga  Fatwa Tarjih: Benarkah Allah Berada di Atas Arsy?

Ranting Plompong berada di pucuk Gunung Selamet, yang untuk mencapai lokasi harus menggunakan mobil yang sehat dan tinggi. Jangan coba-coba naik menuju Plompong dengan memakai mobil sedan. Ranting ini memiliki amal usaha, di antaranya Pondok Pesantren Hj. Nasikhah Maemanah Muhammadiyah,TPA/TQA, TK Aisyiyah Bustanul Athfal I & II, MI Muhammadiyah, MTs Muhammadiyah,  MA Muhammadiyah, SMK Muhammadiyah, Koperasi Surya Sekawan, PKU Muhammadiyah, Poskestren Plompong, Majelis Ta’lim 8 binaan, Masjid KH. Ahmad Dahlan, Radio Dakwah dan Pendidikan “Surya FM” 106.7 Mhz, dan Internet Desa.

Itulah gambaran Muhammadiyah di Pedesaan. Peneliti-peneliti sosial keagamaan perlu datang, khususnya di Sirampog, untuk melihat fenomena menarik bahwa Muhammadiyah juga hadir dan bahkan sangat kuat di pedesaan bahkan di pelosok pedesaan. Kenyataan ini sekaligus mematahkan tesis selama ini yang menyebut bahwa Muhammadiyah hanya hadir di wilayah perkotaaan atau urban. Sekian.

Brebes, 21/10/2018

Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds