Perspektif

Green Hajj: Pesan Ekologis, Agar Sepulang Haji Makin Peduli Lingkungan

3 Mins read

Makna Ekologis Haji 

دافىد يفيندى

Allah berkehendak memperkenalkan rumah-Nya kepada hamba hambanya. Baitullah, rumah Allah sebagai simbol “satunya” umat Islam dalam Iman, Islam, dan Ihsan. Tidak tercerainya kebenaran ayat Al-quran akan keajaiban ciptaan bersuku-suku berbangsa bangsa untuk saling kenal satu dengan lainnya. Fasilitas haji adalah ruang konferensi dan seminar terbesar di jagad raya.

Pergi haji adalah karunia terbesar melihat planet bumi sebagai semesta ciptaan-Nya yang tak terpisahkan antar entitas ekologi baik untuk mengenal(taaruf) antar bangsa (perilaku ibadah, gaya hidup), mengenali alam yang berbeda (cuaca, makanan, suhu, iklim, keragaman hayati, dan sebagainya). Pergi haji itu merasakan bahwa manusia bagian dari ekosistem raksasa di bumi. 

Haji dan lingkungan hidup bukan kajian baru di dalam khasanah diskursus ilmiah. Banyak ulama sudah memberikan fatwa dan kajian ihwal dimensi Islam dan penghidmatannya pada kemakmuran bumi. Banyak Makna Ekologis dalam prosesi Haji yang dapat kita pahami secara lebih sederhana. 

Mengembangkan dari berbagai pengetahuan yang tersedia kita bisa membaca makna ekologi di dalam rukun/wajib haji. Tak terkecuali makna dalam wudhu.

Memakai Ihram artinya dimensi suci dan bersih di tengah jagad raya yang banyak noda. Kesucian hati dengan memohon ampunan Allah adalah cermin perilaku hidup dengan sesama (manusia/alam).

Pelajaran kain ihram adalah kesederhanaan dan kesetaraan, tidak mencolok dari komunitasnya. 

Semakin sederhana dan hemat penggunaannya semakin hemat air dan diterjen yang berbahaya bagi lingkungan. Dampaknya berkelanjutan. Membeli produk lokal demi mengurangi jejak karbon dapat menjadi amalan pra dan pasca haji.

Berthawaf sebagai gerak spiritual berjamaah yang meyakini kemahadahsyatan Allah yang memiliki kehendak pada Alam Semesta ini. Memuji dan berpengharapan positif pada kuasa Ilahi yang menundukkan lautan dan daratan untuk kehidupan manusia. Dalam tawaf, kita bersaksi semua arah mata angin adalah di atas kuasa penuh Allah. 

Baca Juga  Keluarga Sakinah: Sukses Investasi Dunia Akhirat

Sai atau lari lari kecil dari shafa ke marwah sebanyak 7 kali  mencari air lalu memancarlah zam zam yang diberkahi. Tugas manusia adalah memuliakan Air sebagai garansi atas kelestarian kehidupan.

Makan minumlah jangan berlebihan. Keyakinan ini saja serius diterapkan. Berbagi makan minuman akan cegah mubadzir. Dalam ibadah, jangan sampai boros sumber daya alam termasuk air wudhu.

Tantangan besar Ibadah haji dan umroh adalah sisa makanan yang menggunung semeru. 

Pemerintah Indonesia dapat mendorong upaya pengurangan sisa makanan dengan manajemen yang tepat berbasis kondisi empirik: besaran porsi makanan, kemasan yang lebih ramah seperti kemasan makanan dari sisa penggilingan tebu baru baru ini, atau yang lainnya yang minim emisi/jejak karbon). Juga edukasi pada jamaah haji dan petugasnya. 

Mubadzir itu saudara setan. Ayat yang populer sejak dulu. Ibadah haji perlu memperhatikannya. Pasca haji dapat bergaya hidup memilih pangan dan minuman lokal kurangi jejak karbon dan atau polusi udara

Perubahan mental jangka panjang adalah roadmap ibadah haji. Kemabruran dihitung juga dari welas asih kepada manusia dan alam ciptaaNya.

Wukuf mengingat pertemuan Adam dan Hawa yang Menjadi simbol Khalifah di bumi yang utamanya membagi rahmat bagi semesta alam.

Jamarat sebagai simbol manusia menjauhkan dan menolak kemungkaran. Kemungkaran dapat berupa hasrat ambisi duniawai yang dapat menyebabkan penderitaan  bagi lingkungan hidup tempat makhluk Allah menjalani kehidupan.

Tahalul adalah momen kelahiran kembali yang digambarkan dengan mencukur gundul rambut. Kelahiran kembali sosok manusia yang bertauhid, welas asih kepada manusia dan alam raya. Ini adalah peristiwa kelahiran kembali jiwa suci  untuk menjadi agensi (khalifah; caretaker; earth defender) yang mempertahankan bumi dari ancaman kerusakan dan kembali merawat alam kehidupan/penghidupan.

Baca Juga  Mengapa Orang Muhammadiyah Jarang Ziarah Kubur?

Ala kulli hal, haji menuntut refleksi mendalam bagi jamaahnya untuk bertransformasi sesuai nilai-nilai profetik yang ada dalam tuntunan nabi. 

Ibadah haji punya dimensi before after, jika banyak memproduksi sampah selama di tanah suci karena keterbatasan kita, tentu sepulang haji diwajibkan membayar “dam ekologis” dengan tindakan jihad memakmurkan bumi tempat jasad renik dan jasad organ kompleks seperti manusia bergantung hidupnya. Mengganti dam dengan gaya hidup ekologis adalah salah satu bentuk akhlak profetik untuk berlaku adil di bumi.

Saudi Arabia tempat Muslim sedunia tunaikan Ibadah haji dikenal sebagai negara penghasil sampah makanan terbesar di planet Bumi, Pemerintah Indonesia perlu turun tangan menjadi bagian dari solusi karena jamaah yang sangat besar dari negara indonesia yang diperkirakan akan terus bertambah jumlahnya. Tercatat tahun 2023 ini ada 229 ribu jamaah haji. Jumlah besar Ini adalah panggilan suci bersamaan untuk menjadi bagian dari upaya pengurangan resiko sampah/perubahan iklim. Misi haji Indonesia harus dibangun juga paradigma infrastruktur untuk menghijaukan haji dan bumi tanah suci.

Editor: Soleh

Avatar
12 posts

About author
Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah dan LHKP PP Muhammadiyah
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds