IBTimes.ID – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya mengunjungi Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, pada Sabtu (6/12/2025). Kunjungan ini dilakukan untuk memenuhi panggilan para kiai sepuh dan mustasyar Nahdlatul Ulama dalam sebuah forum silaturahmi tertutup.
Dilansir dari Kumparan.com pada (7/12/2025), Gus Yahya tiba bersama rombongan pengurus pusat NU, antara lain Sekretaris Jenderal H Amin Said Husni dan Bendahara Umum Sumantri Suwarno. Mereka disambut para kiai sepuh yang hadir, di antaranya:
- Pengasuh Ponpes Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) selaku tuan rumah
- Pengasuh Ponpes Lirboyo Kediri KH Anwar Mansyur
- Pengasuh Ponpes Al-Falah Ploso Kediri KH Nurul Huda Djazuli
- Mantan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj
serta sejumlah kiai lain yang tergabung dalam Forum Sesepuh dan Mustasyar NU.
Sesampainya di Tebuireng, rombongan langsung berziarah ke makam para masyayikh pendahulu, kemudian melaksanakan salat zuhur berjamaah di masjid pesantren. Usai salat, Gus Yahya dan pengurus PBNU mengikuti pertemuan tertutup dengan para kiai sepuh di Ndalem Kasepuhan.
Sebelum memasuki ruang pertemuan, Gus Yahya menyampaikan kesiapannya menghadapi segala pertanyaan dan permintaan dari para pinisepuh.
“Saya dipanggil para kiai sepuh, apa pun yang diminta dan ditanyakan, saya siap menjawabnya,” ujar Gus Yahya.
Ia menegaskan bahwa kedatangannya bersama pengurus PBNU lengkap dengan dokumen-dokumen yang diperlukan, sebagai bentuk keterbukaan terhadap berbagai polemik yang belakangan mencuat di tubuh organisasi.
“Mudah-mudahan pertemuan ini menjadi titik awal penyelesaian yang baik,” tambah Gus Yahya.
Dalam kesempatan itu, Gus Yahya juga menyampaikan keprihatinannya terhadap masa depan struktur keorganisasian Nahdlatul Ulama. Ia menekankan pentingnya menjaga tatanan yang telah dirancang secara ketat oleh para pendiri, termasuk Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari.
“Sejak awal NU didirikan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang membatasi wewenang semua pihak, termasuk Rais Akbar. Mari kita jaga agar tatanan ini tidak runtuh dan membuat jam’iyah mundur puluhan bahkan seratus tahun,” pinta Gus Yahya.
Gus Yahya secara tegas menyatakan bahwa Rapat Harian Syuriyah yang digelar 20 November 2025 lalu telah bermasalah sejak awal karena mengeluarkan keputusan di luar kewenangannya, khususnya terkait pengambilalihan jabatan Ketua Umum PBNU untuk dirangkap oleh Rais Aam.
“Keputusan itu sangat bermasalah. Semua turunan keputusannya juga ikut bermasalah,” tegas Gus Ketum PBNU.
Ia pun mempersoalkan rencana Rapat Pleno PBNU pada 9 Desember 2025 yang akan didasarkan pada hasil Rapat Harian Syuriyah tersebut.
“Kalau pleno itu tetap dilaksanakan dengan mendasarkan pada keputusan 20 November, berarti kita sedang membangun sesuatu di atas fondasi yang rapuh dan salah secara aturan,” ujar Gus Yahya.
Terkait tuduhan penyimpangan keuangan yang belakangan ramai diperbincangkan, Gus Yahya menjelaskan bahwa auditor independen yang ditunjuk justru telah mengundurkan diri karena opininya sengaja dimanipulasi.
“Data sementara audit diminta, kemudian diubah-ubah menjadi tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar. Para ahli hukum sudah angkat bicara. Semua sudah jelas,” kata Gus Yahya
Ia menegaskan bahwa persoalan ini tidak perlu ditutupi, melainkan harus diluruskan secara terbuka agar tidak terus menimbulkan masalah baru di dalam organisasi.
“Mari kita luruskan dulu supaya tidak tambah rumit,” tutup Gus Ketum PBNU.
Pertemuan di Tebuireng ini menjadi salah satu langkah penting dalam meredam ketegangan internal yang belakangan menghangat di kalangan warga Nahdliyin, sekaligus menunjukkan sikap keterbukaan Gus Yahya sebagai Ketua Umum PBNU periode 2021-2026.