Umat muslim sering gaduh di media; dari perdebatan ‘selamat natal’, perdebatan sholat dikala pandemi, isu terorisme, takfiri, sampai isu politik bercampur agama. Islam yang pada dasarnya rahmat, yang mengedepankan kasih sayang, malah menjadi gaduh. Pertanyaan yang timbul kemudian, sebenarnya agama Islam itu sumber ketenangan atau sumber kegaduhan?
Habib Husein Ja’far menerangkan melalui wawancaranya di Mata Najwa, yang diunggah di kanal Youtube Najwa Sihab (23/12), menerangkan ada dua kecenderungan dalam melihat fenomena ini; menjadi sekuler dan tetap dekat dengan agama (pemuda hijrah).
Banyak yang mangkir lalu menjadi sekuler karena marah dan lelah melihat kegaduhan yang (seakan) ditimbulkan oleh agama. Terkhusus pada diri umat Islam sendiri, biasanya sebab kegaduhan itu gara-gara politik dibumbui agama.
“Orang-orang yang melihat ini, sebenarnya gagal melihat bahwa ini fenomena politik,” kata Habib Husein Ja’far. Menurut Habib Husein, kegaduhan itu tidaklah lebih dari fenomena politik, bukan fenomena agama. Agama hanya menjadi bungkus saja.
Di sisi lain, banyak juga yang tetap dekat dengan Islam. Mereka tidak terlalu berpengaruh dengan kegaduhan yang terjadi. Biasanya terjadi di kalangan anak muda melalui gerakan pemuda hijrah atau semacamnya.
“Mereka yang kemudian memutuskan untuk berhijrah, semakin mengenal agama,” lanjut Habib Husein Ja’far. Menurutnya, kedua kecenderungan ini memiliki alasannya masing-masing.
Pendekatan Islam Cinta Habib Husein Ja’far
Kedunya, yang cenderung sekuler maupun Islami, bisa didekati dengan pendekatan Islam Cinta. Menurut Habib Husein Ja’far, konsep dakwah Islam Cinta memiliki aspek dasar pada spiritualitas. “Sehingga bagi yang hijrah, ini lanjutan. Setelah hijrah secara ritual, mereka semakin rajin sholat. Ayo juga hijrah secara spiritual dan sosial.”
Ditegaskan oleh Habib Husein Ja’far, bahwa hijrah jangan hanya sebatas ibadah formil atau secara ritual semata, namun juga secara spiritual dan sosial. Aspek spiritual membuat hijrah menyentuh esensi Islam, yaitu tauhid dan akhlak.
Lalu hijrah sosial menyentuh sisi ajaran kemanusian (humanitas) Islam; dengan berbuat baik dan peduli terhadap sesama manusia (habluminannas). Tentunya dengan mengesampingkan perbedaan agama, ras, warna kulit, dan suku bangsa.
“Sehingga kemudian lengkap hijrahnya,” imbuh Habib Husein.
Sedangkan bagi yang kecenderunganya sekuler, atau mereka yang beragama Islam namun sudah tidak peduli lagi dengan urusan agama (Islam KTP). Konsep dakwah Islam Cinta menawarkan pendekatan secara rasional, termasuk kaitannya Islam dengan sains.
“Kemudian saya berbicara (kepada yang sekuler) pada aspek Islam yang sangat intim, yang meneduhkan, yang penuh dengan cinta-kasih. Sehingga dua-duanya (sekuler dan islami) merasa terwakili,” tutup Habib Husain.
Reporter: Dhima Wahyu Sejati
Editor: Shidqi Mukhtasor