Report

Haedar Nashir: Muhammadiyah Selalu Proaktif Memecahkan Masalah Bangsa

2 Mins read

Muhammadiyah ketika memperingati Milad ke-108 berada dalam suasana bangsa dan dunia masih menghadapi pandemi covid-19. Sebagai kaum beriman, pandemi ini merupakan musibah yang harus kita hadapi dengan ikhtiar dan doa yang sungguh-sungguh agar Allah SWT mengangkat wabah ini atas Kuasa dan Rahman-Rahim-Nya.

Muhammadiyah melalui Muhammadiyah Covid-19 Command Center(MCCC), ‘Aisyiyah, dan seluruh komponen gerakannya sejak awal terus berbuat yang maksimal dalam menghadapi sekaligus mencari solusi atas pandemi ini.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir dalam sambutannya pada Resepsi Milad 108 Muhammadiyah. Ia menyampaikan sambutan secara daring dari rumahnya, ditemani oleh Ketua Umum ‘Aisyiyah yang juga istrinya, Noorjanah Djohantini.

Haedar Nashir menyebut bahwa di Indonesia pada 15 November 2020 tercatat naik menjadi 467.113 kasus, pasien sembuh 391.991 orang, dan meninggal 15.211 orang.

“Pandemi ini sungguh belum berakhir. Karenanya Muhammadiyah mengajak semua pihak dan warga bangsa untuk bersama-sama berusaha menghadapi musibah ini dengan segala ikhtiar yang maksimal. Tegakkan aturan serta disiplin protokol kesehatan dengan sebaik-baiknya,” jelasnya.

Menurutnya, umat Islam dan warga Persyarikatan harus menunjukkan uswah ḥasanah dan menjadi pemberi solusi hadapi pandemi yang berat ini. Setelah sembilan bulan semua berjuang dengan prihatin, kita harus tetap disiplin dan waspada, serta tidak boleh lengah sebagai wujud sikap keislaman yang berakhlak karimah dan raḥmatan lil-‘ālamīn. Setiap pengabaian dan kelalaian dapat berdampak luas pada keselamatan jiwa sesama serta membuat proses yang sudah tercipta baik akan kembali tidak kondusif.

***

Haedar Nashir juga menyebut bahwa Muhammadiyah sejak awal kelahiran sampai kini tiada henti memberi solusi untuk negeri. Muhammadiyah bersama komponen bangsa lainnya berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan masalah bangsa. Di era sebelum Indonesia merdeka hingga setelah kemerdekaan, Muhammadiyah terus berbuat bagi kemajuan negeri.

Baca Juga  Buka Rembug Nasional, Busyro Muqoddas: Negara Harus Kembali pada Amanat Konstitusi

“Sejarah membuktikan, di saat-saat kritis Muhammadiyah hadir memberi solusi. Seperti dalam mencari titik kompromi perumusan dasar negara Pancasila setelah satu hari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945,” ujar Haedar.

Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menyebut bahwa bangsa Indonesia saat ini masih menghadapi masalah berat seperti korupsi, utang luar negeri, eksploitasi sumber daya alam, kesenjangan sosial-ekonomi, konflik antarkomponen bangsa, produk legislasi yang kontroversi, oligarki politik, serta masalah-masalah kebangsaan lainnya.

Haedar Nashir mengatakan bahwa hukum kehidupan manusia selalu berhadapan dengan masalah, selain berkaitan dengan nikmat dan anugerah. Masalah datang dan pergi untuk dihadapi dan tidak untuk diratapi. Ada masalah yang dapat diselesaikan dengan tuntas, sisi lain terdapat masalah yang masih tersisa, dan terdapat masalah lainnya yang tidak dapat diselesaikan.

Muhammadiyah terus berikhtiar untuk proaktif memecahkan masalah bangsa. Namun Muhammadiyah tidak dapat menghadapi masalah bangsa sendirian. Diperlukan kerjasama dan pembagian tugas dalam menyelesaikan masalah bangsa sesuai dengan posisi dan peran masing-masing dalam jalinan kebersamaan, sinergi, dan persatuan nasional.

“Khusus bagi umat Islam sebagai penduduk mayoritas di negeri ini. Umat di bawah bimbingan para tokohnya dapat menjadi uswah ḥasanah dalam segala ucapan, sikap, dan tindakan yang memancarkan pencerahan dan kemajuan. Umat mayoritas sungguh terpuji bila mampu memberi solusi baik dalam menghadapi pandemi maupun masalah negeri,” imbuhnya.

***

Muhammadiyah dalam rentang usia 108 tahun penting meneguhkan jati diri sebagai gerakan keagamaan. Sejak kelahirannya tahun 1912 Muhammadiyah menegaskan diri sebagai perhimpunan Islam yang “menyebarloeaskan” dan “memajoekan” hal Agama Islam. Radius gerakannya semula di Karesidensi Jogjakarta, selanjutnya di Hindia Timur atau Indonesia.

Kenapa Muhammadiyah kala itu lahir? Menurut Haedar Nashir, kondisi umat Islam di awal abad ke-20 itu tidak berpegang teguh kepada ajaran Islam yang murni; terpecah belah tanpa persatuan; pendidikan tidak sejalan dengan tuntutan zaman; mereka hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme; serta pengaruh misi zending yang semakin kuat.

Baca Juga  Muhadjir Effendy, Menko PMK RI yang Inovatif dan Taktis Menghadapi Persoalan

“Kyai Dahlan memberi jawaban dengan melakukan pembaruan (tajdid) pemahaman Islam, memperkenalkan pendidikan Islam modern, gerakan baru membangun kesehatan dan pelayanan sosial berbasis al-Mā’ūn dan PKO, serta pengorganisasian zakat dan haji,” imbuhnya

Selain itu, menurut Haedar, Kyai Dahlan juga memelopori lahirnya organisasi perempuan Islam ‘Aisyiyah, gerakan cinta tanah air Hizbul Wathan, publikasi Islam melalui majalah Suara Muhammadiyah yang memperkenalkan penggunaan bahasa Indonesia, tablig di ruang publik, dan usaha-usaha lain yang bersifat baru.

Reporter: Yusuf RY
Editor: Yahya FR

Avatar
1457 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Hamim Ilyas: Islam Merupakan Agama yang Fungsional

1 Mins read
IBTimes.ID – Hamim Ilyas, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyebut, Islam merupakan agama yang fungsional. Islam tidak terbatas pada…
Report

Haedar Nashir: Lazismu Harus menjadi Leading Sector Sinergi Kebajikan dan Inovasi Sosial

1 Mins read
IBTimes.ID – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir memberikan amanah sekaligus membuka agenda Rapat Kerja Nasional Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan…
Report

Hilman Latief: Lazismu Tetap Konsisten dengan Misi SDGs

1 Mins read
IBTimes.ID – Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hilman Latief mengatakan bahwa Lazismu sudah sejak lama dan bertahun-tahun terus konsisten dengan Sustainable Development…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds