Report

Haedar Nashir: Pergaulan Umat Islam Jangan Seperti Katak dalam Tempurung

2 Mins read

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan sambutan sekaligus membuka Muktamar ke-22 Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang diselenggarakan secara daring. Pembukaan ini dilakukan pada Jumat (26/3/2021) siang. Di awal sambutannya, Haedar menyampaikan pujian akan tema “Beyond The Limit, Reframe The Future” yang diusung di Muktamar ke-22 IPM. “Tema yang begitu cerdas, keren, dan berkemajuan,” kata Haedar.

Haedar yang sempat aktif di IPM pun mengingat kenangan saat 36 tahun lalu ikut Muktamar. Dirinya membandingkan bahwa Muktamar biasanya menjadi momen pertemuan sekarang harus diselenggarakan secara daring (online). Namun, dirinya yakin Muktamar kali ini akan menjadi tolak ukur bagi Muktamar ataupun kegiatan lain sejenis. “Insyaallah menjadi Muktamar yang akan menjadi contoh bagi yang lain,” ujar Haedar.

Dalam Muktamar yang penyelenggaraannya dipusatkan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) ini, Haedar pun menyadur kutipan yang pernah diucapkan oleh KH Ahmad Dahlan untuk memotivasi kader-kader IPM se-Indonesia. Di mana Muhammadiyah saat ini berbeda dengan Muhammadiyah di masa mendatang. Maka harus menuntut ilmu di mana saja dan menjadi apa saja, lalu kembali ke Muhammadiyah.

Berdasarkan kutipan tersebut, memang Haedar mengaku tidak pernah kehilangan kepercayaan kepada anak muda. Pihaknya bahkan mempersilakan kader-kader berdiaspora, baik di pemerintahan, partai politik, maupun lembaga internasional. Haedar yakin karena di Muhammadiyah ditanamkan berbagai nilai-nilai yang baik. “(Di Muhammadiyah dan IPM) selalu ditanamkan nilai-nilai shiddiq, amanah, tabligh, fathanah,” sambung Haedar.

Kemudian, menyatakan “Era globalisasi mengaburkan batas-batas negara, agama, dan golongan,” lanjut Haedar. Kenyataan ini menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia. Karena saat ini daya saing Indonesia tercatat hanya menempati nomor 6 di Asia Tenggara. Kualitas pendidikan pun kalah dengan beberapa negara ASEAN.

Baca Juga  SETARA Institute: Respon Pemda terhadap Diskriminasi Ahmadiyah Beragam

Keadaan ini membuat Indonesia yang mayoritas dihuni umat Islam masih jauh dari kata baik. Haedar pun berpesan, “Pergaulan kita jangan seperti katak dalam tempurung. Yang melihat dunia penuh dengan ketakutan, kemarahan. Mentalitas terkurung, merasa diri sebagai korban.”

Pergaulan seperti katak dalam tempurung yang dimaksud oleh Haedar lebih-kurang menggambarkan keadaan umat Islam Indonesia saat ini. Di mana umat Islam memiliki kualitas sumberdaya manusia yang tidak bersaing di ranah global, juga tidak bersinar di tanah air sendiri. Pergaulan yang sempit dan terkurung macam katak dalam tempurung ini wajib untuk ditembus jika kemajuan bagi umat Islam benar-benar ingin dicapai secara serius.

Lalu, apa yang harus dilakukan khususnya oleh IPM? Haedar menekankan bahwa IPM harus melintas batas dan menjadi inklusif. Peran IPM harus membawa masyarakat untuk perlahan namun pasti dapat membaca apa yang substansi dari realitas permukaan, apa yang isi dari realitas yang dzohir.

Penerapan konsep di atas, menurut Haedar, dapat dilakukan dengan menanamkan spirit nuun walqalami wamaa yasthuruun lewat perspektif bayani, burhani, dan irfani. Haedar pun menekankan pentingnya orientasi yang luas dimiliki oleh kader-kader IPM. Selaku alumni IPM, Haedar bahkan berharap, “Kami semua tidak ingin orientasinya (kader-kader IPM) lebih sempit.”

Pesan-pesan Guru Besar UMY ini menyiratkan bahwa kader-kader IPM harus berpikir luas dan inklusif. Agar organisasi maupun gerakan IPM makin meluas sehingga juga membawa dakwah Muhammadiyah makin terasa di masyarakat. Pemikiran yang luas dan inklusif ini pada gilirannya akan membawa IPM lebih banyak diterima di masyarakat manapun.

Beberapa hal di atas merupakan harapan Haedar pada kader-kader IPM, terutama dalam Muktamar ke-22 IPM ini. Karena sejatinya Muktamar bukan sebatas pergantian kepemimpinan, melainkan juga membawa mandat kemajuan organisasi. Mandat ini, menurut Haedar Nashir, bisa tercapai jika Muktamar IPM dijalanankan dengan penuh kejujuran, sikap amanah, dan persaudaraan.

Baca Juga  Satu Abad Majelis Tarjih dan Observatorium KH Wardan Diponingrat

Reporter: Nabhan

Avatar
1446 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Anak Ideologis itu Amal Jariyah

1 Mins read
IBTimes.ID, Yogyakarta – Pendakwah muda Habib Husein Ja’far Al Hadar menyebut anak ideologis lebih baik daripada anak biologis. Alasannya, karena perjuangan dengan…
Report

Alissa Wahid: Gus Dur Teladan Kesetaraan dan Keadilan

2 Mins read
IBTimes.ID, Yogyakarta – Direktur Jaringan GUSDURian Alissa Wahid memberikan tausiyah pada peringatan Haul Gus Dur ke-15 yang bertempat di Laboratorium Agama UIN…
Report

Alissa Wahid: Empat Faktor Penyebab Meningkatnya Kasus Intoleransi di Indonesia

2 Mins read
IBTimes.ID, Yogyakarta – Direktur Jaringan GUSDURian Alissa Qotrunnada Wahid atau Alissa Wahid menyampaikan bahwa ada empat faktor utama yang menyebabkan tren peningkatan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds