Perspektif

Haji 1445 H, Musim Panas Mekah, dan Rashdul Kiblat

3 Mins read

Haji merupkan salah satu kewajiban umat muslim yang telah ditentukan waktunya, yakni pada bulan Zulhijah, bulan ke-12 dalam kalender hijriah (kalender lunar, bulan). Menariknya, kalender lunar tidak hanya digunakan dalam peribadatan umat muslim saja. Puasa Ramadan, Hari Raya Paskah, dan Tahun Baru Imlek hanyalah segelintir ritual agamis yang didasarkan pada kalender bulan. Namun bukan itu yang akan kita bahas kali ini, melainkan bagaimana ilmu falak menjelaskan musim haji 1445 H yang bertepatan dengan hari tanpa bayangan dan berada pada puncak musim panas di tanah haram.

Penulis pernah mengulas bagaimana Mekah – termasuk beberapa wilayah lain di muka Bumi – akan mengalami hari tanpa bayangan dalam judul Rashdul Kiblat Global, Momentum Meluruskan Arah Kiblat. Pada tahun ini, peristiwa tersebut bertepatan dengan musim haji 1445 H. Maka umat muslim dan jamaah haji yang berada di Mekah pada saat istiwa tanggal 28 Mei dapat menyaksikan fenomena tersebut. Dan bagi umat muslim yang berada di luar mekah dapat memanfaat peristiwa ini untuk mengevaluasi arah kiblatnya masing-masing.

Fenomena di atas secara tidak langsung juga menjelaskan kepada kita mengapa Mekah pada kisaran akhir Mei mengalami cuaca yang panas dan terik. Cuaca panas ini pada dasarnya tidak hanya terjadi pada saat matahari tepat di atas Mekah saja, melainkan memanjang hingga momen rashdul kiblat berikutnya, 15 Juli 2024, yang akan diuraikan dalam tulisan ini.

Titik Balik Musim Panas Matahari

Sebagaimana kita tahu, kalender Masehi atau Gregorian dibentuk berdasarkan peredaran Bumi mengelilingi Matahari. Satu dari sekian faedahnya adalah ketepatan kalender Gregorian dalam menandai perubahan musim. Bahkan, peredaran semu matahari di langit pun ditandai dengan istilah yang melekat dengan perubahan musim, di antaranya adalah titik balik musim panas (summer solstice) dan titik balik musim dingin (winter solstice).

Baca Juga  Pentingnya Olahraga Selama Pandemi Covid-19

Dua titik balik matahari ini juga digunakan sebagai batas iklim permukaan Bumi yang umum digunakan, berdasarkan posisinya terhadap Matahari. Di mana iklim tropis berada di antara lintang +23,5 (LU) dan -23,5 (LS) derajat. Kita juga perlu tahu bahwa pembagian iklim tidak semata-mata berdasarkan matahari dan lintang astronomis. Beberapa ilmuwan membuat kategori berdasarkan ketinggian dari permukaan laut (Junghuhn), curah hujan (KÓ§pen), dan lain sebagainya. Sehingga dapat dipahami jika ada banyak faktor yang menentukan cuaca satu daerah.

Mekah sendiri termasuk pada zona tropis (21,25 LU), namun sudah berdekatan dengan sub tropis. Di samping itu, Mekah juga berada kurang lebih pada ketinggian 277 Mdpl (Meter dari permukaan laut). Sehingga jika kita mengacu pada pembagian iklim Junghum, Mekah tergolong pada daerah beriklim panas. Maka kemudian, dapat dipahami jika pada kisaran titik balik musim panas Mekah cenderung memiliki suhu di atas rata-rata wilayah Indonesia.

Selanjutnya, perbedaan fenomena alam yang dijadikan dasar perhitungan kalender Hijriah dan Gregorian menyebabkan adanya selisih, di mana kalender Hijriah lebih cepat 10 – 11 hari. Pada gilirannya, bulan Zulhijah – dan bulan-bulan kamariah lainnya – selalu berubah jika dikonversi ke kalender Gregorian. Ada kalanya bulan Zulhijah bertepatan dengan bulan Desember, November, Oktober, dan seterusnnya. Sementara di tahun 2024 ini, bulan Zulhijah jatuh pada bulan Juni-Juli.

Bulan Juni merupakan waktu matahari mencapai titik terjauhnya dari khatulistiwa, tepatnya 21 Juni 2024 Pukul 03.50 WIB atau 20 Juni Pukul 23.50 Waktu Mekah – yang masih berada dalam rangkaian hari tasyrik. Fenomena itulah yang disebut sebagai titik balik musim panas. Titik di mana matahari mencapai jarak terjauh dari khatulistiwa. Kemudian Matahari akan Kembali bergerak menuju khatulistiwa dan akan tiba kembali di atas Mekah pada 15 Juli. Singkatnya, puncak pelaksanaan haji memang sangat berdekatan dengan titik balik musim panas matahari.

Baca Juga  Ketika Ulama dan Mekah Jadi Jalan Legitimasi Kekuasaan Para Sultan Nusantara

Puncak suhu panas mekah, sebagaimana prediksi cuaca weathesrpark.com, akan terjadi pada 18 Juni 2024. Di mana suhu rata-rata harian akan mencapai 44 derajat Celcius, dan merupakan hari dengan suhu rata-rata terpanas di sepanjang tahun 2024 di Mekah. Karenanya kemudian jamaah haji dianjurkan untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, mengingat haji adalah ibadah yang melibatkan banyak aktivitas fisik.

Durasi Siang dan Malam pada Saat Titik Balik Matahari

Sekelumit pemaparan di atas semoga memberikan pemahaman jika musim haji bisa saja bersamaan dengan tibanya musim panas atau musim dingin. Jika Zulhijah atau musim haji bertepatan dengan bulan Desember, tentu musim haji terjadi saat musim dingin. Fenomena lain yang dapat dirasakan akibat peredaran semu matahari adalah durasi siang dan malam.

Semakin mendekati titik balik musim panas, durasi siang dan malam akan semakin terasa perbedaannya. Jadi jamaah haji yang berada di Mekah selain merasakan panas yang terik juga akan merasakan durasi siang hari yang lebih lama, sekitar 13,5 jam. Tentu juga berlaku sebaliknya, malam yang singkat. Perubahan ini juga akan semakin terasa di daereah lintang tinggi, mendekati kutub utara.  Di Stockholm, Swedia, pada saat yang sama siang harinya mencapai 18,5 jam.

Sebaliknya, daerah di selatan khatulistiwa, seperti Australia dan Selandia Baru akan menemukan durasi siang yang lebih singkat dari pada malamnya. Selain juga mengalami musim dingin. Hal ini juga mengonfirmasi bahwa istilah titik balik musim panas merujuk pada belahan bumi utara sebagai acuan. Karena sesungguhnya pada saat bersamaan, belahan bumi selatan mengalami musim dingin. Ya. Titik balik matahari musim panasnya orang utara adalah titik balik matahari musim dinginnya orang selatan. Sekian.  

Baca Juga  28 Mei 2022, Saatnya Mengoreksi Arah Kiblat

Editor: Soleh

Muhamad Khamdani
5 posts

About author
Prodi Fisika, Fakultas UIN Sunan Kalijaga (Alumni), Magister Astronomi Institut Teknologi Bandung (Alumni)
Articles
Related posts
Perspektif

Mencegah Fenomena Hipokrisi di Pondok Pesantren

3 Mins read
Pondok (pesantren) secara umum diartikan sebagai lingkungan bersama sistem pembelajaran Islam pada Indonesia dengan edukasi-edukasi keagamaan, bahasa Arab dan seni belajar hidup…
Perspektif

Kecilnya Keterwakilan Perempuan di Tingkat Eksekutif: Komitmen Afirmasi yang Tidak Terealisasi

3 Mins read
Dalam visi misi dan kampanye publik pemilihan presiden kemarin, kita tentu ingat bahwa isu gender masuk ke dalam suatu topik khusus yang…
Perspektif

Cerita di Balik Gencatan Senjata Israel-Hisbullah

3 Mins read
Dunia bisa sedikit legah. Minggu lalu telah terjadi kesepakatan genjatan senjata antara Israel dan Hisbullah. Tentu menjadi harapan semua pihak hendaknya peperangan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds