Inspiring

Haji Agus Salim: Membangun Teologi Islam yang Progresif

4 Mins read

Kolonialisme di Nusantara menyebabkan penindasan dan kemunduran yang diakibatkan berkembangnya paham jumud, taqlid dan fatalisme terutama di kalangan Muslim. Akibatnya, Islam hanya dianggap sebagai barang kuno, ketinggalan zaman, dan tempat pelarian bagi orang yang takut masuk neraka. Surga memang menjadi sebuah harapan yang manis bagi orang-orang yang putus asa pada masa itu. Karena mereka memiliki paham, bahwa menyandarkan segala kehendak hanya kepada Allah dan manusia tidak memiliki kehendak apapun.

Sistem pendidikan Barat yang mengedepankan sekularisme menjadi salah satu faktor merosotnya kesadaran masyarakat kalangan atas tentang problematika masyarakat Muslim di Indonesia. Akibat dari sistem sekuler, banyak para bangsawan yang tidak mengetahui ilmu agama. Mereka cenderung mengikuti gaya barat, bahkan mengucilkan bangsanya sendiri dan mengagungkan Barat.

Kehidupan Haji Agus Salim

Di tengah situasi geopolitik yang sedang carut marut, lahirlah seorang intelektual, cendekiawan bahkan diploma terkemuka bernama Mashudul Haq, yang kemudian dikenal dengan nama Haji Agus Salim (W 1954). Ia berasal dari Minangkabau, dataran tinggi Sumatera Barat. Ayahnya adalah seorang hakim di Riau, sebab itu Agus Salim mendapatkan privilege untuk bersekolah di sekolah Belanda yang berbasis pendidikan Barat.

Perjalanan keislaman Haji Agus Salim tidak mudah, sistem pendidikan Barat yang ia pelajari, membuatnya sempat merasa asing dan jauh dari Islam, tetapi ia sadar dan mulai mempelajari Islam. Dalam mempelajari Islam secara mendalam, Agus Salim berguru kepada Syekh Khatib al-Minangkabawi (W 1916) di Makkah selama tiga tahun, bersamaan dengan pekerjaannya di Konsulat Hindia Belanda di Jeddah (1906 -1909 M).

Selama belajar dengan Syekh Khatib, Agus Salim tidak segan menahan antusiasmenya dalam melakukan dialog membahas isu keislaman. Daya kritis dan wawasan yang luas membuatnya memiliki pandangan yang progresif tentang Islam, terutama problematika keIslaman di Indonesia pada masa itu. Tumbuh rasa sadar  dan peduli terhadap kemunduran, penindasan dan kolonialisme yang terjadi pada bangsanya, Agus Salim berusaha mencari solusi dan jawaban atas masalah yang terjadi, harapannya agar masyarakat sadar dan berubah.

Baca Juga  Siti Noordjannah Djohantini, Sang Aktivis Perdamaian Anak

Masalah utama umat Muslim adalah kekeliruan dalam memahami tafsiran teologi sebagai dasar beragama. Karena itu, Agus Salim berusaha mengubah dan membangun persepsi masyarakat mengenai teologi Islam yang tradisional menjadi teologi Islam yang progresif.

Mempelajari teologi bagi orang yang beragama adalah sebuah keharusan. Dengan mempelajari teologi secara mendalam, maka akan memperkuat aqidah dan keyakinan kepada Tuhan. Teologi sendiri berarti ajaran-ajaran dasar agama, disebut juga Ushul al-Din, ilm tauhid dan ilm al-kalam.

Agus Salim sendiri memberikan pengertian teologi sebagai pokok bahasan yang berhubungan dengan Tuhan sebagai Pencipta dan alam ciptaan-Nya. Ia juga mengartikan teologi sebagai tempat kehidupan sosial sesama manusia dan hubungan hubungan manusia dengan Tuhan sebagai Sang Khalik.

Prinsip Utama Teologi Islam

Untuk mengubah persepsi masyarakat, Agus Salim merumuskan konsep teologi yang didasarkan pada pemahaman tauhid, takdir, dan tawakal.

Prinsip pertama, Tauhid berarti kepercayaan penuh pada Tuhan Yang Esa. Ini adalah hal utama dan terpenting untuk dipercaya. Doktrin tauhid berkaitan dengan keberadaan Tuhan dan wujud Tuhan.

Prinsip kedua, Takdir artinya meyakini segala sesuatu berdasarkan Tuhan. Pembahasan takdir selalu berkaitan dengan kehidupan manusia. Ada dua macam takdir; pertama, takdir mubram, takdir yang tidak bisa diubah seperti kelahiran dan kematian. Kedua, takdir muallaq, takdir yang bisa dirubah, seperti kaya, miskin atau sakit.

Prinsip Ketiga, Tawakal artinya menyerahkan segala usaha kepada Allah. Dibutuhkan tekad untuk menyerahkan segala urusan dan kepentingan kepada Allah. Tawakal adalah jalan terakhir setelah melakukan usaha yang keras dalam berikhtiar.

Agus Salim, menjelaskan lebih rinci mengenai takdir:

“Seringkali manusia menanyakan persoalan takdir. Kita selalu menanyakan mengenai, kapan kita mati ? siapa jodoh kita? kapan kita akan bertemu dengan jodoh kita? kenapa keadaan kita miskin seperti ini? kenapa mereka kaya? Bagaimana nasib kita ke depan? dan pertanyaan lainnya yang berkaitan dengan takdir.

Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah omong kosong belaka dan pembicaraan yang sia-sia, karena pertanyaan-pertanyaan itu tidak akan merubah takdir manusia, yang harus manusia  pahami adalah ketentuan takdir manusia sudah ditentukan oleh Tuhan. Oleh karena itu, manusia harus benar-benar yakin bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang mengendalikan semua ini.

Jika takdir sudah mengatur ketetapan manusia, kenapa manusia tetap harus berusaha dalam hidup? Jawabannya adalah karena Qadar Allah, manusia bertindak alasannya karena ketetapan yang telah Allah buat. Itulah kenapa manusia harus berbuat”

Tauhid sebagai Prinsip Dasar Kebebasan

Salah satu penyebab kemunduran Islam adalah berkembangnya paham fatalisme yang membuat manusia enggan untuk berusaha dan tidak menggunakan kekuatan dan potensi yang diberikan Tuhan, seperti akal berfungsi untuk berpikir. Karena itu, manusia harus menggunakan segala potensi yang diberikan kepadanya untuk menjalani kehidupan.

Baca Juga  Kasus Al-Zaytun & Panji Gumilang (1): Sikapi Perbedaan dengan Nalar, bukan Nafsu

Menurut Agus Salim, teologi ini saling berkaitan antara satu sama lain dan prinsip yang terpenting adalah Tauhid yang merupakan kunci dari prinsip-prinsip lainnya. Sehingga prinsip ini harus dijadikan sebagai landasan bagi kehidupan manusia.

Dengan pemahaman prinsip-prinsip dasar yang kuat, akan lahir masyarakat yang berpikir maju, masyarakat yang bebas dari penindasan, dan masyarakat yang mandiri. Dari pemahaman dan kesadaran tersebut, akan timbul sikap free will (kehendak bebas) dan kemandirian sehingga menimbulkan usaha demi kemajuan bangsa dan negara.

Upaya Agus salim sesungguhnya tak lain adalah menafsirkan ulang dan memodifikasi prinsip-prinsip dasar agama yang dipahami masyarakat hanya sekedar teks dan leterlek yang bersifat statis, Ia merubah pemahaman ini menjadi lebih dinamis dan rasional.

Agus Salim menulis pemikiran tentang Islam dalam buku dan surat kabar (koran) bahkan siaran radio, di antaranya adalah buku Keterangan Filsafat: Tauhid, Takdir dan Tawakal. Dan penyampaian ceramah di radio Voro. Yang lebih penting adalah ia memberikan pengajaran tentang Islam yang progresif kepada anak muda di organisasi JIB (Jong Islamic Bond). Ia mendorong generasi muda untuk berpikir kritis, maju, dan sadar terhadap permasalahan masyarakat Muslim khususnya di Indonesia.

Sebagai individu, kita harus menggunakan setiap kemampuan dan potensi yang diberikan oleh Tuhan dengan sepenuhnya untuk kemajuan dan kewajiban kita kepada Tuhan terhadap penggunaan kemampuan yang telah diberikan kepada kita serta menerima dengan ikhlas hasil dari usaha yang telah dilakukan.

Editor: Soleh

Avatar
5 posts

About author
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

1 Comment

  • Avatar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds