IBTimes.ID – Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ustadz Hamim Ilyas menyebut bahwa Islam adalah agama pembawa rahmat. Rahmat, imbuhnya, adalah perasaan lembut atau cinta yang mendorong untuk memberikan kebaikan rasional kepada yang dikasihi dan anugerah kepada yang membutuhkan.
Hal tersebut ia sampaikan dalam Pengajian Ramadan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Sabtu (25/3/2023).
“Berdasarkan pengertian rahmah ini, maka dapat dipahami bahwa Alquran dan risalah Islam diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad untuk mewujudkan kebaikan rasional berupa pemenuhan kebutuhan semua makhluk Allah,” ujarnya sebagaimana dilansir dari laman PP Muhammadiyah.
Menurut Ustadz Hamim, secara sederhana, rahmat ialah adalah pemenuhan kebutuhan untuk mendapatkan hidup baik (hayah thayyibah). Dalam QS. an-Nahl ayat 97, hidup baik hanya dapat diwujudkan dengan amal saleh dan menjadi orang beriman. Dalam tafsir sahabat, hidup baik itu meliputi tiga kriteria: rejeki halal, kepuasan, dan kebahagiaan. Tafsir sahabat ini menunjuk sebagian perolehan iman dan amal shaleh yang disebutkan dalam QS. Al Baqarah ayat 62 dan menjadi kriteria hidup baik ialah sejahtera, damai, dan bahagia.
Ustadz Hamim kemudian menjelaskan bahwa Alquran merupakan kitab peradaban atau kitab yang membangun peradaban. Dalam membangun peradaban diperlukan kecerdasan pikiran dan kekayaan batin. Perangkatnya adalah unsur-unsur tinggi dari kebudayaan yang meliputi ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian dan sistem sosial yang kompleks. Sementara hasilnya adalah hidup baik yang sejalan dengan pangkal dan perangkat tersebut.
Ia juga turut menjelaskan tentang posisi sunnah sebagai hikmah. Menurutnya, Apa yang disampaikan Nabi kepada umat sebagai isi dakwahnya bukan hanya pengetahuan hukum saja, tapi seluruh pengetahuan yang menjadi kenicayaan untuk mewujudkan hidup baik yang menjadi tujuan risalahnya.
Selain itu, menurut Hamim, umat Islam menempati posisi sebagai perwaris Alquran. Dalam surat Fathir ayat 32 Allah menyatakan telah mewariskan Alquran kepada hamba-hamba yang dipilih-Nya. Mereka yang terpilih ini adalah, menurut sebagian besar mufasir, umat Islam. Dalam ayat ini umat Islam yang menjadi pewaris Alquran dibagi menjadi tiga golongan: dhalimun li nafsih (orang yang menzalimi diri sendiri), muqtashid (orang yang berada di tengah) dan sabiqun bi al-khairat (orang yang berada di depan dalam segala kebaikan).
(Yusuf)