Falsafah

Hanya Allah yang Memiliki Kedaulatan

4 Mins read

Oleh: Prof. Dr. Mr. Kasman Singodimedjo

Memang hanya Allah sajalah Yang Maha Kuasa. Dan Dialah Yang Menguasai Hidup dan Mati. Yang Membikin Hidup dan Mati. Yang Menghidupkan semuanya yang tadinya mati atau tidak ada. Dan Dialah Yang Mematikan yang tadinya hidup atau ada. Kekuasaan dari Allah semacam itu silahkan baca al-Quran Surat al-Baqarah ayat 258: ”Tidakkah kamu perhatikan orang yang membantah Ibrahim tentang Tuhannya  karena Dia (Ibrahim) diberi Tuhan kerajaan (kekuasaan)?”Ketika Ibrahim mengatakan: ”Tuhanku adalah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan,” berkatalah orang-orang itu: ”Aku bisa menghidupkan dan mematikan.” Kata Ibarahim: ”sesungguhnya Allah itu telah menerbitkan matahari di timur, maka hendaklah engkau terbitkan matahari itu di barat!” Maka orang-orang yang tidak percaya itu kehilangan akal; dan Allah tidak memberikan pimpinan kepada kaum/umat yang melanggar aturan.”

Kekuasaan Allah

Lebih lanjut Allah di ayat 260 Surat al-Baqarah berfirman: ”Dan ketika Ibrahim berkata: ”Tuhanku perhatikanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati!” Kata Allah: ”Tidakkah engkau percaya?” Berkata Ibrahim: ”Percaya, tetapi untuk menentramkan hatiku.” Kata Allah: ”Ambillah empat ekor burung dan jinakkanlah kepadamu, kemudian letakkanlah di atas tiap-tiap bukit satu bagian: sesudah itu panggillah semuanya, niscaya akan terbang kepadamu dengan cepat. Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.

Mengenai tafsir ayat 260 ini, Abu Muslim menegaskan, ”Fashurhumma” tidak berarti menyuruh memotong (burung itu), tetapi menjinak/memperjinakkan (mendekatkan). Sesudah burung itu jinak, maka disuruh Ibrahim untuk meletakkan masing-masing burung di satu bukit, lalu dipanggil: lantas burung itu akan datang dengan cepatnya kepada tuannya, karena burung itu telah mengenal suara tuannya yang baik budi kepadanya (kepada burung itu). Ini menjadi pandangan (allegori) bahwa seorang manusia yang tidak/tidak mungkin dapat menciptakan burung, tapi hanya memeliharanya saja sampai jina. Toh dapat menguasai burung itu, yakni dapat memanggil dari tempat yang jauh, apalagi Allah Yang Menciptakan alam seisinya ini dan memeliharanya, tentulah lebih besar kekuasaan Allah. Sehingga Allah pasti dapat menghidupkan manusia, kaum atau manusia yang sudah mati.

Baca Juga  Inilah Dua Akar Konflik Agama dan Filsafat!

Dan dalam Surat Fathir ayat 16 dan 17 Allah menegaskan: ”Jika Dia (Allah) mau dibuangnya kamu dan didatangkannya makhluk/umat yang baru. Dan yang demikian itu bagi Allah tidak sulit.” Masih Allah tegas-tegas bersabda di dalam Surat al-Ma’arij ayat 40 dan 41: ”Aku (Allah) bersumpah sebagai Tuhan timur dan barat, bahwa sesungguhnya Kami berkuasa untuk menukar mereka dengan (makhluk, umat) yang lebih baik, dan Kami tidak dapat dikalahkan.”

Bahwa sesuatu umat oleh Allah dapat pula diganti dengan umat yang kita bentuk dan rupanya tetapi berlainan cara hidup dan pekerjaanya, dapat kita baca di dalam Quran surat ad-Dahr/al-Insan ayat 28: ”Kami (Allah) telah menciptakan mereka dan kalau Kami mau Kami sanggup mengganti mereka sepenuhnya dengan orang-orang yang serupa dengan mereka.”

Allah Berkuasa Membinasakan Manusia

Dan memang, Allah telah banyak menghancurkan kaum umat dan rakyat dengan maksud agar supaya diambil pelajaran oleh semua manusia yang masih hidup kini. Silahkan baca al-Quran Surat al-Furqan ayat 36-39: ”Dan Kami berfirman: Pergilah kamu keduanya (Musa dan Harun) kepada kaum yang mendustakan keterangan Kami itu, dan mereka Kami binasakan dengan sepenuhnya” (36). ”Dan perhatikanlah kaum Nuh, ketika mereka mendustakan para Rasul, Kami karamkan dan Kami jadikan bukti kepada manusia. Dan untuk orang-orang yang bersalah itu, telah Kami sediakan siksaan yang pedih” (37). ”Dan perhatikan (kaum) ’Aad, Tsamud, penduduk Rass (yaitu kaum Madyan) dan banyak lagi keturunan dari mereka” (38). ”Untuk masing-masing telah Kami buatkan contoh teladan, dan masing-masing telah Kami binasakan dengan sesungguhnya” (39).

Silahkan juga baca Surat al-Ankabut 31-40. Juga adz-Dzariyat 40-46 dan al-Qamar 9-34. Dan dari bacaanbanyak ayat terurai di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Allah Yang Maha Kuasa itu menyebut banyak alasan mengapa Allah menghancurkan kaum atau umat karena berdosa. Pula banyak sekali caranya Allah menghancurkan, terlalu banyak untuk disebut satu demi satu. Dan sesungguhnya, lepas dari segi penghukuman oleh Allah tertuju kepada umat atau rakyat yang berdosa, maka masing-masing umat/rakyat itu oleh Allah telah ditentukan sesuatu waktu atau periode tertentu sebagai jatah tiap umat dan rakyat sesuai dengan firman Allah dalam Surat al-A’raaf ayat 34: ”Tiap-tiap umat itu mempunyai batas waktu yang tertentu sendiri-sendiri. Sebab itu bila datang waktunya, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.”

Baca Juga  Cara Memperoleh Kebahagiaan Menurut Al-Farabi

”Waktu yang tertentu” bagi tiap umat berlaku mungkin negatif atau merugikan dan pula justru mungkin positif atau menguntungkan. Sesuatunya itu tentunya bergantung dari jelek atau baiknya usaha dan daya-upaya yang dilakukan oleh umat yang bersangkutan itu sendiri. Selalu ada jalan bagi sesuatu umat untuk mendapatkan kerugian atau kehancuran, begitu pula bagi umat itu selalu terbuka jalan atau pintu untuk mendapatkan penyembuhan, kebangunan atau kemajuan pada umumnya seperti yang dapat dibaca di dalam Quran Surat ar-Rad ayat 11: ”Manusia itu mempunyai pengiring (malaikat) yang mengikutinya di hadapan dan di belakangnya; mereka (malaikat) itu menjaganya (menjaga manusia) atas perintah Allah. Sesungguhnya, Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum/umat, sebelum kaum/umat itu sendiri mengubah keadaan diri mereka sendiri terlebih dahulu. Dan bila Allah hendak (mendatangkan) bahaya kepada sesuatu kaum/umat, tidaklah dapat ditolak, dan mereka tidak mempunyai pelindung selain Allah.”

Pelajaran Bagi Manusia

Oleh sebab itu, hendaklah setiap kaum/umat selalu berusaha mengubah kehidupannya ke arah yang lebih baik. Dari nasib jelek supaya menjadi nasib yang baik. Dari keadaan yang telah baik menjadi situasi yang lebih baik, dan begitulah seterusnya meningkat dan meningkat lagi. Exelsior!

Dengan selalu terbukanya pintu atau kesempatan bagi sesuatu kaum atau umat untuk maju dan selalu maju. Maka menurut pelajaran Islam sesungguhnya bagi kaum atau umat itu tidaklah penting sekali untuk menjadi kaum atau umat yang berdaulat atau berkuasa penuh, atau dengan kata lain untuk mencapai ”Kedaulatan Rakyat/Umat”.Tetapi yang justru penting ialah untuk selalu menyesuaikan diri dan mengarahkan dirinya kepada ”Kedaulatan Allah.”Pencipta satu-satunya dan Tuhan seru sekalian alam.

Dan Allah pun tidak tinggal diam! Allah membina terus semua rakyat dan umat. Tinggal lagi kesediaan rakyat dan umat itu sendiri, apakah sungguh-sungguh sanggup untuk menaati pembinaan Allah itu demi kepentingannya sendiri?!

Baca Juga  Akidah Rusak Karena Belajar Filsafat, Masa?

Sumber: artikel “Hal Kedaulatan” ditulis oleh Prof. Dr. Mr. Kasman Singodimedjo dimuat di SM no. 3/Th. Ke-58/1978. Pemuatan kembali di www.ibtimes.id secara berseri dengan penyuntingan

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Falsafah

Tawaran Al-Jabiri Atas Pembacaan Turats

4 Mins read
Abed al-Jabiri adalah salah satu pemikir Islam yang paling dikenal di era modern. “Naqd al-Aql al-Arabi” atau proyek pemikiran “Kritik Nalar Arab”…
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds