Falsafah

Hasan Hanafi: Tiga Agenda Besar Oksidentalisme

2 Mins read

Oksidentalisme sering dipandang sebagai upaya dunia Timur untuk melawan Orientalisme Barat. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa objek kajiannya adalah dunia Barat. Namun, hal tersebut merupakan penilaian sepihak dari para ilmuwan dan cendekiawan Barat. Akibat penilaian sepihak dari para ilmuwan dan cendekiawan barat tersebut, Oksidentalisme banyak mendapat kritik bahkan penolakan dari berbagai kalangan. Oleh karena itu, demi meluruskan kembali pandangan yang keliru tersebut. Penulis ingin menunjukan seperti apa tujuan utama dari oksidentalisme?.

Istilah Oksidentalisme pertama kali dipopulerkan oleh Hasan Hanafi. Seorang intelektual Mesir yang membuat karya mega proyek at-Turats Wa al-Tajdid (Tradisi dan Pembaharuan).

Oksidentalisme adalah salah satu karya dari mega proyek tersebut dengan judulnya al-Muqaddimah Fi Ilmi al-Istighrab (pengantar menuju Oksidentalisme). Melalui karya tersebut, selanjutnya topik Oksidentalisme lebih dikenal sebagai buah karya dari pemikiran Hasan Hanafi.

Kemunculan istilah Oksidentalisme merupakan respons bagi Hasan Hanafi atas maraknya Westernisasi atau Eurosentrisme dan penilaian kaum Orientalisme yang memandang dunia Timur dalam posisi yang tidak seimbang. Oleh karena itu, untuk memberikan pengertian yang lebih tepat terhadap istilah Oksidentalisme, Hasan Hanafi mendudukkannya sebagai lawan dari Westernisasi dan Orientalisme.

Tiga Agenda Besar Oksidentalisme

Meskipun begitu, tujuan utama Hasan Hanafi bukan untuk melawan atau bahkan menjelek-jelekkan Orientalisme. Tetapi lebih tepatnya, sebagai upaya dalam membangkitkan kembali identitas masyarakat Islam yang direnggut oleh pengaruh Westernisasi dan Orientalisme. Oleh sebab itu, Hasan Hanafi menawarkan tiga agenda besar dalam mega proyeknya Oksidentalisme tersebut. Adapun tiga agenda besar tersebut meliputi:

Pertama, sikap kita terhadap tradisi lama. Maksudnya, Hasan Hanafi menyerukan kepada kita agar merevitalisasi khazanah Islam klasik. Agar sempurna proses revitalisasi tersebut, Hasan Hanafi menginstruksikan kepada umat Muslim agar menekankan rasionalisme.

Baca Juga  Filsafat Hellenisme: Sebuah Retrospeksi

Rasionalisme tersebut dilakukan untuk merekonstruksi teks-teks tradisional, seperti filsafat, teologi, fikih, tafsir, ilmu al-Quran dan Hadist, dengan menganggap peninggalan tersebut sebagai sesuatu yang dinamis dan bersifat historis. Sehingga dengan demikian umat Islam dapat memecahkan situasi dan masalah-masalah kekinian serta memperoleh kemajuan.

Kedua, sikap diri terhadap Barat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa adanya Westernisasi dan Orientalisme mempengaruhi pola pikir masyarakat Muslim. Akibatnya banyak yang lupa akan identitasnya sebagai orang Islam, dan menganggap bahwa untuk dapat memajukan sebuah peradaban maka harus mengikuti jejak Barat. Oleh karena itu, adanya Oksidentalisme di sini untuk menepis mitos Orientalisme yang selama ini digunakan untuk menjadikan dirinya sebagai pusat peradaban dunia.

Di sisi lain, adanya Oksidentalisme ini untuk menandingi Orientalisme yang selama ini digunakan untuk menghegemoni peradaban dunia. Menurut Hasan Hanafi, sudah seharusnya kajian kebaratan diwujudkan karena hal tersebut dapat mengembalikan identitas masyarakat Muslim yang mulai mengkhawatirkan eksistensinya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh yang terus-menerus digencarkan oleh adanya Orientalisme dan Westernisasi.

Ketiga, sikap diri terhadap realitas atau yang dikenal juga dengan analisis atas realitas dunia Islam. Menurut Hasan Hanafi, keberhasilan suatu agenda gerakan sosial dan politik ataupun gerakan peradaban dan kebudayaan, sangat dipengaruhi oleh ketajaman analisa pemahaman terhadap realitas. Realitas bagi Hasan Hanafi adalah realitas masyarakat, politik, ekonomi, khazanah Islam, dan realitas tantangan Barat.

***

Oleh karena itu, ia merasa yakin bahwa cita-cita revolusi Islam dapat benar-benar tercapai setelah realitas-realitas tersebut dianalisa secara seksama dan diselesaikan dengan metodologi yang tepat. Sehingga ketika impian tersebut menjadi suatu kenyataan, maka umat Islam akan mendapatkan kembali identitasnya yang selama ini dimanipulasi oleh Orientalisme.

Baca Juga  Khaled Abou El Fadl: Syariah Klasik VS Syariah Humanistik

Dengan demikian, adanya Oksidentalisme ini bukan hanya suatu reaksi dunia Timur terhadap adanya Orientalisme Barat. Akan tetapi, gagasan Oksidentalisme yang dipopulerkan oleh Hasan Hanafi memiliki tujuan yang lebih dari itu, yakni dapat membangkitkan kembali identitas umat Islam yang selama dimanipulasi oleh para Orientalisme Barat.

Maka dari itu, sudah seharusnya kita sebagai umat Islam yang mengerti dan mempelajari sejarah perjuangan seorang Hasan Hanafi harus dapat mengembangkan sesuatu yang telah dibangun oleh leluhur kita. Sehingga dapat mengembalikan kejayaan peradaban pada dunia Islam yang telah lama hilang.

Editor: Soleh

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…
Falsafah

Homi K. Bhabha: Hibriditas, Mimikri, dan Ruang Ketiga

4 Mins read
Homi K. Bhabha, salah satu tokoh terkemuka dalam teori pascakolonial, berkontribusi membangun wacana seputar warisan kolonialisme secara mendalam, khususnya melalui konsepnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds