Report

Hijrah adalah Perubahan dari Ketertinggalan menuju Kemajuan

1 Mins read

Hijrah adalah perubahan dari kehidupan yang tertinggal menuju kehidupan yang maju. Kehidupan maju itu dijiwai oleh nilai-nilai Islam. Itulah makna hijrah sesungguhnya. Produknya adalah peradaban umat terbaik yang moderat. Salah satu parameter umat terbaik adalah umat yang menebarkan rahmat bagi semesta alam.

Haedar Nashir menyebut bahwa hijrah tidak layak diartikan dengan hal-hal yang artifisial, verbal, dan simbolik. Seperti cara berpakaian dan penggunaan istilah ana antum dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini pernah dicontohkan oleh Nabi. Pasca hijrah ke Madinah, Nabi SAW membangun peradaban di Kota Yatrib. Kota yang kelak berganti nama menjadi Madinah itu menjadi pusat keunggulan peradaban sekaligus pusat kekuasaan Islam selama beberapa abad kemudian. Padahal, sebelumnya ia hanya sebuah dusun tertinggal yang tak ada artinya.

“Hasilnya, selama lebih dari enam abad Islam menjadi peradaban maju yang mencerahkan dunia saat yang lain berada dalam kegelapan. Era itu disebut era pencerahan Islam, kejayaan Islam, dan abad keemasan Islam. Di titik ini, hijrah menjadi titik balik peradaban dari jahiliyah menuju peradaban yang unggul” ujar Haedar.

Kekuatan terbesar yang dimiliki oleh Islam untuk melakukan hijrah ini adalah tauhid. Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam paling asasi. Dalam doktrin tauhid, segala bentuk pembelengguan lenyap. Diktatorisme hancur. Mitologi hilang. Perbudakan dan penindasan apalagi.

“Semua menuju titik peradaban yang bercahaya cerah laksana matahari terbit di pagi hari, yang menyinari bangsa dan negeri Arab yang gelap gulita,” tulis Haedar.

Cahaya tauhid itu memancarkan ideologi kesamaan, keadilan, kebaikan, dan segala bentuk keutamaan hidup. Tauhid memancarkan ideologi pembebasan, pemberdayaan, dan kemajuan.

Cahaya tauhid itulah yang melahirkan sebuah peradaban yang begitu maju. Menurut Haedar Nashir, tokoh yang mencerahkan bukan hanya ulama dan agamawan. Tokoh-tokoh itu juga termasuk intelektual, saintis, ilmuwan, dan filosof. Seperti Al-Farabi, Ibnu Maskaweih, Al-Khawarizmi, Al-Kindi, Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd, Ibnu Batutah, dan lain-lain.

Baca Juga  Menag Yaqut: Pemda Harap Akomodir Warga yang Idulfitri Hari Jumat

Mereka lahir dari kampus-kampus terbaik dunia. Seperti Universitas Al-Qarawiyyin yang berdiri sejak tahun 859 M di Maroko dan Universitas Al-Azhar yang lahir sejak tahun 975 di Kairo. Dua kampus Islam terbaik itu berdiri sebelum kampus-kampus di Barat berdiri. Oxford, sebagai contoh, baru berdi tahun 1096 M di Inggris.

Simbol kemajuan peradaban dunia saat itu terletak di Baghdad, Turki, dan Andalusia. Pusat-pusat peradaban itu menyebarkan berbagai gagasan dan ilmu pengetahuan ke Afrika, Eropa, dan Asia.

Avatar
1341 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…
Report

Siti Ruhaini Dzuhayatin: Haedar Nashir adalah Sosok yang Moderat

1 Mins read
IBTimes.ID – Siti Ruhaini Dzuhayatin Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyebut, bahwa Haedar Nashir adalah sosok yang moderat. Hal itu terlihat…
Report

Hamim Ilyas: Islam Rahmatan Lil Alamin Tidak Sebatas Jargon

1 Mins read
IBTimes.ID – Hamim Ilyas Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan, Islam Rahmatan Lil Alamin harusnya tidak sebatas jargon belaka,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *