Fikih

Hukum Masbuk bagi Jamaah Shalat Jumat

3 Mins read

Shalat merupakan Ibadah yang dibebankan kepada setiap umat muslim baik yang fardhu maupun sunnah. Salat sendiri merupakan ibadah paling penting, bahkan salat termasuk tiang agama. Berbicara tentang urgensi salat, penulis menemukan pendapat yang menarik. Sebagaimana dikutip dari kitab Nasihah al-Waladiyyah karya Syaikh Sulaiman bin Khalaf al-Baji, beliau menuturkan bahwa;

‌‌إقَام الصَّلَاة

وإقام الصَّلَاة فَإِنَّهَا عَمُود الدّين وعماد الشَّرِيعَة وآكد فَرَائض الْملَّة فِي مُرَاعَاة طَهَارَتهَا ومراقبة أَوْقَاتهَا وإتمام قرَاءَتهَا وإكمال ركوعها وسجودها واستدامة الْخُشُوع فِيهَا والإقبال عَلَيْهَا وَغير ذَلِك من أَحْكَامهَا وآدابها فِي الْجَمَاعَات والمساجد فَإِن ذَلِك شعار الْمُؤمنِينَ وَسنَن الصَّالِحين وسبيل الْمُتَّقِينَ.

 “Penegakkan shalat itu merupakan tiang agama dan tiang syari’ah. Salat juga menguatkan agama dalam memelihara kesuciannya, mengawasi waktu-waktu salat, menyempurnakan bacaan salat, menyempurnakan rukuk dan sujud dan senantiasa memlihara kekhusyu’an. Menerima hukum-hukum dan adab pelaksanaan salat, karena salat itu merupakan bentuk syi’ar orang-orang beriman dan sunnah nya orang-orang salih dan jalan bagi orang-orang yang bertakwa.” (An-Nasihah al-Waladiyyah, Hlm. 14)

Lantas bagaimana pentingnya shalat Jumat dan bagaimana hukumnya? Alangkah baiknya kita mengetahui definisi salat, hukum shalat Jumat, dan konsekuensi bagi orang yang masbuk shalat Jumat. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

Definisi Shalat

الصَّلَاة فِي اللُّغَة الدُّعَاء

وَفِي الشَّرْع عبارَة عَن أَقْوَال وأفعال مفتتحة بِالتَّكْبِيرِ مختتمة بِالتَّسْلِيمِ بِشُرُوط.

Artinya:“Salat secara bahasa:Do’a”

“Secara Istilah: ”Ungkapan berupa perkataan-perkataan dan pebuatan-perbuatan yang diawali dengan Takbiratul Ihram dan Diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.” (Kifayatul Akhyar, Hlm. 85)

Dalam kitab lain, Syarah Bulugh al-Maram yang dikarang Syaikh Utsaimin menuturkan bahwa shalat adalah:

والصلاة: هي التَّعبد لله عَز وجلا بأقوال وأفعال معلومة مفتتحة بالتكبير مختتمة بالتسليم، وهي أحد أركان الإسلام العظام، وهي آكد أركان الإسلام بعد الشهادتين، أفضَلُ أَعْمالِ البَدَنِ.

شرح مختصر البلوغ المرام للعثيمين

Artinya: ”Salat adalah Ibadah kepada Allah Azza Wajalla dengan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan yang sudah difahami diawali dengan takbir diakhiri dengan salam. Salat termasuk salah satu rukun Islam yang agung yaitu rukun Islam paling kuat setelah dua kalimat syahadat, dan salat sebaik-baiknya perbuatan jasmani.” (Syarh Bulugh al-Maram, Hlm. 303)

Baca Juga  Metode Istidlal Syaddzudz Dzariah dan Klasifikasinya

Ungkapan di atas sudah menggambarkan jelas tentang pelaksanaan shalat. Sebab, dalam salat, ada ucapan dan gerakan dengan syarat-syarat tertentu diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Hal itu sebagai bentuk keseriusan hamba dalam bermunajat dan berinteraksi kepada Rabb-Nya.

Kapan pelaksanaan Shalat Jumat dan Apa Saja Syaratnya?

Di dalam kitab Al-Fiqh ala al-Madzahib al-Arba’ah karya Abdurrahman al-Jaziri, beliau menuturkan bahwa waktu shalat Jumat itu waktu Jum’at yaitu waktu Dzuhur di hari Jumat. Apa saja syarat bagi orang-orang yang mau melaksanakan shalat Jumat?

Dikutip dari kitab Al-Iqna’ Fi Halli Alfadz Abi Syuja’ karya Syamsuddin Asy Syarbini. Adapun syarat-syarat pelaksanaan salat Jum’at adalah:”Islam, Baligh, Berakal, Hurriyah (Merdeka), Adz-Dzukurah (Laki-Laki), Sehat, Al-Istithan (Menetap) (Al-Iqna’ Fi Halli Alfadz Abi Syuja’, Hlm. 178)

Pengantar Shalat Jumat

Menurut Syaikh Abdurrahman al-Jaziri, salat Jum’at wajib bagi setiap orang yang memenuhi syarat salat Jum’at. Shalat Jumat terdiri dari dua rakaat, namun bukan pengganti dari salar Dzuhur. Jika seseorang tidak menunaikan salat Jumat, maka wajib bagi orang tersebut melaksanakan salat Dzuhur empat rakaat.

صلاة الجمعة فرض على كل من استكملت فيه الشروط الآتي بيانها، وهي ركعتان، لما روي عن عمر رضي الله عنه أنه قال: “صلاة الجمعة ركعتان تمام غير قصر على لسان نبيكم صلى الله عليه وسلم” رواه أحمد والنسائي، وابن ماجة بإسناد حسن

Salat Jum’at wajib bagi setiap orang yang dibebankan dan di dalamnya terdapat syarat-syarat tertentu. Jumlahnya dua rakaat. Sebagaimana suatu hadis yang diriwayatkan dari Umar Ra bahwasanya dia (Umar) berkata: ”Salat Jum’at dua rakaat sempurna tanpa ada pengqasharan melalui lisan Nabi kalian (Nabi Muhammad Saw.” Hr. Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah dengan sanad hasan. Al-Fiqhu ala Madzahib al-Arba’ah, Hlm. 231

وهي فرض عين على كل مكلف قادر مستكمل لشروطها، وليست بدلاً عن الظهر فإذا لم يدركها فرض عليه صلاة الظهر أربع ركعات، وقد ثبتت فرضيتها بالكتاب والسنة والاجماع.

Baca Juga  Doa untuk Para Relawan Musibah dan Bencana Alam

Hukum Salat Jumat

Salat Jum’at itu Fardhu ‘Ain bagi setiap mukallaf yang mampu dan memenuhi syaratnya. Shalat Jumat bukan pengganti salat dzuhur. Maka jika seseorang tidak mendapati /menunaikan salat Jumat, maka wajib baginya menunaik salat Dzuhur empat rakaat. Hal ini sudah ditetapkan kewajibannya di dalam Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’.

Dalil-dalil yang Mewajibkan Shalat Jumat

أما الكتاب فقد قال الله تعالى: {يا أيها الذين آمنوا إذا نودي للصلاة من يوم الجمعة، فاسعوا إلى ذكر الله، وذروا البيع}

وأما السنة فمنها قوله صلى الله عليه وسلم: “لقد هممت أن آمر رجلاً يصلي بالناس، ثم أحرق على رجال يتخلفوا عن الجمعة بيوتهم” رواه مسلم

 وقد انعقد الاجماع على أن الجمعة فرض عين.

Adapun di dalam al-Qur’an surat Al-Jumu’ah ayat: 9 dengan arti: ”Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.”

Kemudian di dalam hadis, Rasulullah Saw bersabda: bahwasannya Nabi ﷺ bersabda kepada orang-orang yang ketinggalan salat Jumat, “Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh seseorang mengimami manusia, kemudian kusuruh untuk membakar rumah-rumah orang-orang yang ketinggalan (salat) Jumat.” (HR. Muslim)

Dan telah disepakati Ijma’ ulama bahwa hukum salat Jumat adalah Fardu ‘Ain.

Berdasarkan paragraf di atas, maka sudah jelas kewajiban bagi setiap laki-laki yang masih sehat secara Jasmani dan Rohani, Islam, Berakal, Merdeka, Baligh, dan menetap di suatu negara maka dia wajib melaksanakan shalat Jumat.

Sebab sudah terpenuhi syarat-syaratnya dan termasuk orang yang dibebani syari’at ataupun mukallaf. Maka seseorang akan berdosa apabila dia tidak melaksanakan shalat Jumat kecuali dalam keadaan yang membuat dia tidak melaksanakan salat Jumat seperti Sakit, Safar, dan kondisi lainnya.

Bagaimana Jika Seseorang Masbuk dalam Shalat Jumat?

Lantas, bagaimana jika seseorang masbuk shalat Jumat, coba kita simak penjelasannya di bawah ini:

Baca Juga  Benarkah Disunahkan Berbuka dengan yang Manis-Manis?

من أدرك الإمام في الركعة الثانية فقد أدرك الجمعة. فعليه أن يأتي بركعة ثانية ويسلم باتفاق أما إذا أدركه في الجلوس الأخير فقط فإنه يلزمه أن يصلي أربع ركعات ظهراً، بأن يقف بعد سلام الإمام، ويصلي أربع ركعات؛ ولا يكون مدركاً للجمعة باتفاق المالكية، والشافعية، وخالف الحنفية؛ والحنابلة، فانظر مذهبهم تحت الخط (١) .

(١) الحنفية قالوا: من أدرك الإمام في أي جزء من صلاته فقد أدرك الجمعة ولو تشهد سجود السهو، وأتمها جمعة على الصحيح.

الحنابلة قالوا: من أدرك مع إمام الجمعة ركعة واحدة بسجدتيها أتمها جمعة، وإلا أتمها ظهراً إن كان يصلي الجمعة في وقت الظهر؛ بشرط أن ينويه، وإلا أتمها نفلاً، ووجبت عليه صلاة الظهر.

Barangsiapa yang mendapati Imam pada rakaat kedua, maka dia masih mendapatkan salat Jumat. Maka baginya menambah rakaat kedua kemudian salam dan ini sudah disepakati. Adapun Jika ma’mum mendapati Imam pada duduk takhiyat akhir saja, maka ma’mum tersebut wajib salat Dzuhur empat rakaat. Jika ma’mum datang setelah Imam salam, maka wajib salat Dzuhur dan ma’mum tidak mendapatkan salat Jumat. Hal ini disepakati oleh Malikiyyah dan Syafi’iyyah.

***

Adapun Hanabilah dan Hanafiyyah memiliki pandangan yang berbeda di antaranya;

Hanafiiyyah berpendapat: ”Jika ma’mum mendapati Imam pada salah satu bagian dari salatnya, maka dia tetap mendapatkan salat Jumat meskipun dengan sujud sahwi dan menyempurnakan salat Jumatnya.

Hanabilah berpendapat: ”Jika ma’mum mendapati Imam satu raka’at bersama sujudnya, maka ma’mum menyempurnakan salatnya. Jika tidak, ma’mum salat Dzuhur, Pelaksanaan shalat Jumat pada waktu Dzuhur dengan syarat ma’mum meniatkannya. Jika tidak, mamum menyempurnakannya dan wajib bagi ma’mum salat Dzuhur empat rakaat.

Berdasarkan penjelasan di atas, sudah jelas bahwa apabila seseoranng mamum masbuk shalat Jumat, sudah mampu menyikapi dengan baik. Apakah dia tetap mendapatkan salat Jumat ataupun tidak. Menambah dengan salat Dzuhur atau justru hanya menambah rakaat saja, pemaparanya sudah jelas disampaikan di atas.

Editor: Soleh

Aeger Kemal Mubarok
15 posts

About author
Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah
Articles
Related posts
Fikih

Hukum Memakai Kawat Gigi dalam Islam

3 Mins read
Memakai kawat gigi atau behel adalah proses merapikan gigi dengan bantuan kawat yang dilakukan oleh dokter gigi di klinik. Biasanya, behel digunakan…
Fikih

Hukum Musik Menurut Yusuf al-Qaradawi

4 Mins read
Beberapa bulan lalu, kita dihebohkan oleh polemik besar mengenai hukum musik dalam Islam. Berawal yang perbedaan pendapat antara dua ustadz ternama tanah…
Fikih

Hukum Isbal Tidak Mutlak Haram!

3 Mins read
Gaya berpakaian generasi muda dewasa ini semakin tidak teratur. Sebagian bertaqlid kepada trend barat yang bertujuan pamer bentuk sekaligus kemolekan tubuh, fenomena…

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds