Akhlak

Sifat Ibadurrahman, Hamba yang Mulia: Hikmah Surat al-Furqon

4 Mins read

Islam adalah agama yang menuntun penganutnya untuk menjadi sosok yang mulia baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Allah telah menjelaskannya dengan baik dalam surat al Furqon akan konsep terkait sifat Ibadurrahman sebagai kategori hamba Allah yang mulia. Ada hal yang perlu kita perhatikan dalam upaya mampu memiliki sifat Ibadurrahman, seperti rasa syukur dan sikap kita menghadapi keburukan.

Manusia Kurang Bersyukur

Manusia memang memiliki rasa kurang puas yang sangat tinggi. Mereka biasa merasa kurang dalam ekonomi, merasa kebutuhan tidak tercukupi, keinginannya harus tercapai, padahal belum tentu kebutuhan kita itu baik untuk kita atau tidak. Allah memberikan kebutuhan untuk kita sesuai densgan porsinya, bukan sesuai dengan keinginan kita.

Padahal kalau kita renungkan, kita sangat kurang rasa bersyukur. Bahkan hanya untuk mengucap kata ‘alhamdulillah’ ketika mendapatkan rezeki pun sangat jarang. Seharusnya kita lebih banyak bersyukur dalam keadaan apa pun, supaya nikmat yang Allah berikan untuk kita bertambah.

Kurangnya rasa syukur kita kepada Allah membuat kita lupa dengan orang-orang yang standar kehidupannya berada di bawah kita dalam segi ekonominya. Kita selalu saja melihat ke atas, sehingga lupa dengan nikmat yang Allah berikan untuk kita.

Allah sebagai pengingat Yang Maha Pengasih mengasihi kita dengan tidak terbatas (nafas rezeki). Kita harus yakin sepenuhnya kepada Allah bahwa setiap manusia memiliki rezekinya masing-masing. Rezeki bukan hanya uang, tetapi memiliki teman yang baik dengan kita itu termasuk rezeki dari Allah untuk kita.

Rasa Syukur, Rendah Hati, dan Rezeki

Tetapi ada manusia yang tidak sepenuhnya mengabdi kepada Allah, merasa kurang bersyukur atas rezeki yang telah Allah berikan. Apakah kita sudah bersyukur hari ini? Ataukah kita belum sepenuhnya percaya kepada Allah?

Baca Juga  Karakter Takwa: Pondasi Agama untuk Pencerahan Hidup

Selain bersyukur kepada Allah atas rezeki yang kita terima, Allah mengingatkan kita untuk selalu rendah hati. Tidak menyombongkan rezeki yang kita miliki kepada orang lain. Lebih bagus bila kita memberikan sedikit rezeki kita untuk orang lain.

Kita harus selalu ingat bahwa rezeki yang Allah berikan untuk kita itu terdapat rezeki orang lain juga. Indahnya berbagi bukan? Dalam terjemahan surat al Furqon ayat 63, “Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata menghina), mereka mengucap ‘salam‘ “.

Al Furqon artinya pembeda, dalam artian pembeda antara yang positif dan negatif, harus ada batasan supaya tidak melampaui batas. Contoh dalam hal negatif yaitu menyombongkan rezeki kepada orang lain, tidak berakhlak baik. Contoh hal positif yaitu bersyukur dan rendah hati. Ada perbedaan yang signifikan antara keduanya, dan Allah lah yang membedakannya.

Konsep Ibadurrahman

Kita harus mengatur diri kita, disiplin dalam mengatur hal-hal yang positif, serta dalam upaya menjadi hamba yang mulia kepada Allah. Hamba yang mulia kepada Allah disebut dengan Ibadurrahman. Seorang Ibadurrahman dapat memilah atau membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Bila mereka bertemu dengan orang-orang yang menghina mereka, maka mereka akan mengucap salam. Ibadurrahman memanfaatkan hari-hari nya untuk Allah, selalu bersemangat beribadah di sisi Allah serta mencari keselamatan untuk dirinya.

Ibnu ‘Abbas (RA) mengatakan, “Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini”.

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa”. (Tafsir Al Qur’an al-‘Adzhim, 12/243)

Baca Juga  Benarkah Generasi Millenial Sekarang “Gak Ada Akhlak”?

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata, “Inilah pujian bagi mereka ‘ibadurrahman karena sifat lemah lembut yang mereka miliki, kejelekan yang mereka balas dengan kebaikan, dan mereka pun membalas orang-orang yang jahil (nakal atau jahat)”. (Tafsir al-Karimir Rahman, 586).

Dari tafsiran di atas dapat disimpulkan bahwa sungguh memiliki sifat Ibadurrahman harus benar-benar memiliki kesabaran yang kuat. Tidaklah mudah untuk membalas kejahatan orang lain kepada kita dengan kebaikan.

Sifat Ibadurrahman

Untuk menjadi Ibadurrahman, terdapat sifat-sifat tertentu untuk bisa dikategorikan sebagai Ibadurrahman. Bagaimana cara untuk memiliki sifat Ibadurrahman? Apakah hanya dengan berinfak sudah bisa disebut sebagai Ibadurrahman? Di dalam al-Qur’an dicantumkan karakter yang diartikan sebagai sifat Ibadurrahman, antara lain :

Pertama, rendah hati dan bertutur bijak. Ibadurrahman senantiasa berhati-hati dalam ucapannya, dan tidak mudah marah saat dipantik amarah oleh pihak lain, dengan berusaha untuk menyikapinya secara positif.

Kedua, gemar qiyamul lail seperti yang dipaparkan dalam surat al Furqon ayat 64, “Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka”. Seorang Ibadurrahman rajin melakukan taqarrub kepada Allah.

Ketiga, takut azab neraka Jahannam. Allah berfirman dalam surat al Furqon ayat 65, “Dan orang-orang yang berkata : “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azab-Nya itu adalah kebinasaan yang kekal”.

Keempat, tidak syirik, membunuh, dan zina. Allah berfirman dalam surat al Furqon ayat 67, “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya)”.

Keempat, tidak boros dan kikir. Allah berfirman dalam surat al Furqon ayat 67, “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”.

Kelima, tidak memberikan persaksian palsu. Allah berfirman dalam surat al Furqon ayat 72, “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”. Seorang Ibadurrahman tidak akan melakukan kegiatan yang sia-sia yang hanya membuang-buang waktu dan pikirannya.

Baca Juga  Konsep Akhlak Al-Ghazali: Spiritualitas yang Paling Utama

***

Kita harus bersemangat untuk memperbaiki diri kita menjadi lebih baik, supaya kita bisa menjadi hamba Allah yang mulia, menjadi Ibadurrahman. Kita bisa mulai dengan selalu bersikap rendah hati serta tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Lebih baik kita mendoakan saja untuk kebaikan orang lain.

Wallahu ‘alam bi shawab.

Editor: Shidqi Mukhtasor

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswi Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta
Articles
Related posts
Akhlak

Mentalitas Orang yang Beriman

3 Mins read
Hampir semua orang ingin menjadi pribadi yang merdeka dan berdaulat. Mereka ingin memegang kendali penuh atas diri, tanpa intervensi dan ketakutan atas…
Akhlak

Solusi Islam untuk Atasi FOPO

2 Mins read
Pernahkan kalian merasa khawatir atau muncul perasaan takut karena kehilangan atau ketinggalan sesuatu yang penting dan menyenangkan yang sedang tren? Jika iya,…
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds