Falsafah

Untuk Kaum Atheis, Inilah Dalil Rasional Adanya Tuhan!

3 Mins read

Pada suatu ketika, ada seseorang masuk ke dalam hutan belantara. Di tengah hutan, ia menemui sebuah bangunan tua yang masih kokoh berdiri. Tatkala ia melihat bangunan itu, otaknya seketika menyimpulkan bahwa hutan tersebut pernah dimasuki manusia dan tentunya bangunan tersebut dibangun oleh siapapun yang pernah memasuki hutan itu.

Kasus ini menerangkan bahwa segala sesuatu itu pasti ada yang menyebabkan keberadaannya. Siapapun berakal pasti mengamini hukum universal tersebut.

Dalam cerita ini, orang yang menemukan bangunan di tengah hutan pasti mengamini bahwa bangunan tersebut tidak mungkin tiba-tiba berdiri tanpa ada yang membangunnya. Pasti di balik keberadaan bangunan itu, terdapat orang yang mendirikannya.

Begitupun dengan alam semesta yang begitu luas, mustahil ia muncul tanpa ada yang menciptakannya dari ketiadaan. Dan yang menciptakan alam semesta dari ketiadaan adalah Tuhan.

Masalah keTuhanan merupakan pembahasan yang selalu menjadi topik menarik di kalangan teolog baik dari kalangan muslim maupun non muslim. Apalagi  akhir-akhir ini problem gelombang atheisme mulai menyeruak di tengah masyarakat kita terutama kalangan pemuda.

Sebenarnya, perdebatan tentang keberadaan sosok Tuhan sudah ada sejak berabad-abad silam. Oleh karena itu, para teolog (orang yang ahli dalam bidang ketuhanan) merumuskan argumentasi keberadaan Tuhan.

Tentu saja, argumentasi ini tidak berdasarkan teks kitab suci—mengingat argumen-argumen tersebut ditujukan kepada orang yang tak percaya dengan kitab suci—melainkan berdasarkan rasional. Berikut adalah beberapa argumen rasional tentang keberadaan Tuhan

Dalil Kosmologi (Kalam Cosmological Argument)

Dalil kosmologi atau biasa dikenal dalam bahasa Arab dengan dalil al-huduts merupakan satu dari sekian argumen rasional yang dipopulerkan oleh teolog muslim pada abad pertengahan.

Dalil ini berangkat dari pengamatan teolog terhadap alam semesta yang ada dari ketiadaan. Dr. William Lane Craig dalam bukunya Five Arguments For God mencoba merumuskan ulang dalil Kosmologi dalam dua premis:

  1. Everything that begins to exist has a cause (setiap yang ada dari ketiadaan pasti memiliki sebab)
  2. The universe began to exist (alam semesta ada dari ketiadaan)
  3. Therefore, the universe has a cause ( oleh karena itu alam semesta memiliki sebab)
Baca Juga  Scientia Sacra: Gagasan Seyyed Hossein Nasr

Premis pertama kebenarannya tidak diragukan lagi, sebab orang yang berakal pasti mengamini bahwa sesuatu yang muncul dari ketiadaan pasti memiliki sebab yang menjadikannya ada. Dan mustahil ia muncul tanpa sebab. Jika kita asumsikan bahwa mungkin saja ada sesuatu yang muncul tiba-tiba tanpa sebab, maka kita akan melihat di kehidupan kita sesuatu apapun itu muncul tanpa sebab, akan tetapi nyatanya tidak dijumpai fenomena semacam itu (William Lane Craig, hal 39).

Premis kedua dapat dibuktikan kebenarannya dengan perantara ilmu modern dalam sebuah teori bernama ledakan besar (Bigbang Theory). Teori ini menjelaskan bahwa materi, waktu, tempat, dan energi yang merupakan asal mula alam semesta, semuanya berawal dari satu titik.

Seorang fisikawan yang bernama P.C.W Davies menegaskan bahwa asal mula alam semesta yang diperdebatkan dalam ilmu fisika modern tidak hanya berbicara tentang hipotesa sebuah hukum alam saja, akan tetapi juga menjelaskan asal muasal semua hal yang ada di alam semesta berawal dari ketiadaan.

Ketika kedua premis di atas sudah dibuktikan kebenarannya, maka konklusi atau kesimpulan yang lahir dari kedua premis itu kebenarannya sudah tidak dapat diragukan lagi.

Dalil Imkan (Contingent Argument) Adanya Tuhan

Dalil ini dipopulerkan oleh filsuf muslim. Fokus dari dalil ini adalah melihat entitas alam semesta dari segi sifatnya yang mumkin, yaitu ia memiliki peluang untuk ada ataupun tiada. Artinya, keberadaan alam semesta itu sendiri tidak absolut, begitupula dengan ketiadaannya yang sifatnya tidak absolut. Jika demikian, maka alam semesta membutuhkan ‘illat atau sebab yang menguatkan salah satu sisinya: ada atau tiada.

Kalau diibaratkan, alam semesta sebelum ia ada itu seperti sebuah timbangan yang kedua sisinya sama, dalam hal ini sisi “ada” dan sisi “tiada’’ setara.

Baca Juga  Sholat Id Kok di Rumah?

Untuk membuat alam semesta ada, maka harus ada sebab yang menguatkan sisi “ada”nya, sehingga ia menjadi ada. Dan sebab yang menjadikan alam semesta ada, tidak boleh berasal dari alam semesta itu sendiri, karena mustahil. Dan itu akan meniscayakan pada adanya alam semesta yang lebih dahulu dari ketiadaannya. Padahal sejak awal diasumsikan bahwa alam semesta itu belum ada. Oleh karena itu sebab yang menguatkan sisi ke-ada-an alam semesta dari sisi ke-tiada-annya harus lain daripada alam semesta. Dan sebab itu harus bersifat wajib al-wujud, yang artinya keberadaanya bersifat absolut, ia tidak mungkin tiada. Dan sebab itu bernama Tuhan.

Seorang teolog muslim yang bernama Syaikh Adudh al-Din al-Ijiy dalam kitabnya al-Mawaqif mencoba meringkasnya dalam sebuah susunan argumentasi yang terdiri dari beberapa kemungkinan:

  1. Jika terdapat entitas yang ada, maka ada dua kemungkinan.
  2. Jika bersifat wajib al -wujud (keberadaannya absolut) maka ia adalah Tuhan.
  3. Apabila ia bersifat mumkin al-wujud (keberadaannya tidak absolut) maka ia membutuhkan sebuah sebab yang menjadikannya ada. Dan sebab itu harus bersifat wajib al-wujud. Jika tidak, maka ia memiliki banyak silsilah sebab yang tak terhingga. Dan itu mustahil.

Kedua dalil rasional yang telah dijelaskan di atas merupakan dua dalil yang sering dibahas oleh teolog sejak zaman klasik sampai sekarang di dalam karya-karya mereka. Kini melihat banyaknya kaum atheis yang mulai menampakkan batang hidungnya, maka dalil rasional yang menegaskan keberadaan Tuhan harus dikemas dengan cara modern dan mudah dipahami sehingga mampu menahan laju gelombang  atheisme di kalangan pemuda. Wallahu ‘alam.

Editor: Yahya

Related posts
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…
Falsafah

Homi K. Bhabha: Hibriditas, Mimikri, dan Ruang Ketiga

4 Mins read
Homi K. Bhabha, salah satu tokoh terkemuka dalam teori pascakolonial, berkontribusi membangun wacana seputar warisan kolonialisme secara mendalam, khususnya melalui konsepnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds