Di Indonesia, salah satu hal yang menjadi ciri khas umat Islam ketika selesai melaksanakan sholat Idul Fitri. Tradisi itu dikenal dengan tradisi sungkem, yaitu berkunjung kepada sanak saudara, teman, dan kerabat untuk saling meminta maaf.
Mengenai sejarah tradisi sungkem, Dr. Umar Khayam, seorang budayawan senior menuturkan bahwa sebenarnya tidak ada sejarah yang pasti tentang kapan tradisi ini pertama kali ada. Namun, yang pasti adalah bahwa tradisi sungkem ini merupakan akulturasi atau perpaduan budaya antara budaya jawa dengan agama Islam pada zaman dahulu.
Para ulama Islam dahulu menginginkan agar penanaman nilai-nilai keislaman lewat tradisi sungkem ini dikenal luas dan dijalankan secara kolektif oleh masyarakat.
Maka mulai sejak itu, tradisi sungkeman menjadi sebuah kebudayaan baru di kalangan masyarakat Nusantara sebagaimana meluasnya ajaran agama Islam pada saat itu.
Setidaknya ada dua aspek penting dalam tradisi sungkeman ketika lebaran Idul Fitri. Adapun dua aspek tersebut adalah silaturahmi dan sikap saling memaafkan antar umat muslim.
Silaturahmi
Tentu salah satu tujuan ketika sungkem lebaran adalah untuk silaturahmi. Biasanya ketika lebaran kita akan mendatangi tetangga-tetangga, keluarga, sanak saudara, teman, dan karib yang telah lama tidak bertemu.
Silaturahmi berarti menyambung kasih sayang, biasanya dilakukan dengan mengunjungi orang-orang dekat. Silaturahmi diartikan sebagai amalan utama karena mampu menyambungkan apa-apa yang putus.
Silaturahmi sangat dianjurkan dalam Islam. Hal ini dikarenakan silaturahmi mengandung kebaikan-kebaikan di dalamnya. Anjuran silaturahmi banyak terdapat dalam al-Qur’an dan hadis seperti dalam hadits Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Ayyub al-Anshari, Nabi bersabda:
“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau “Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang itupun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, menegakkan salat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi.” Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga.”
Rasulullah juga mengutuk orang-orang yang memutuskan tali silaturahmi sebagaimana dalam hadis: “Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan kekerabatan.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hikmah-hikmah yang dapat kita peroleh dengan menjalankan silaturahmi ketika lebaran yaitu; mendekatkan diri kepada Allah Swt, menjadi kunci menuju surga, memperlancar rezeki, menambah persaudaraan, menjaga kerukunan dengan sesama.
Saling Memaafkan
Salah satu aspek penting dalam sungkem lebaran adalah sikap saling memaafkan antar umat muslim. Sikap memaafkan adalah sikap yang mulia dan termasuk salah satu sifat Allah Swt sebagai yang Maha Pemaaf atau al-Ghafur.
Tentu sebagai manusia yang tidak sempurna, manusia seringkali melakukan kesalahan terhadap yang lain. Mulai dari tetangga, keluarga, sanak-saudara, kerabat, rekan kerja tentu tidak pernah lepas dari kesalahan yang kita perbuat. Oleh karena itu, momen sungkeman ketika lebaran dapat menjadi momen yang pas untuk mereset dosa-dosa akibat kesalahan yang telah diperbuat dengan cara saling memaafkan antar sesama.
Memaafkan orang lain adalah sebab bagi Allah Swt dalam memaafkan kita. hal ini sebagaimana firman Allah Swt:
وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nuur: 22)
Perbuatan memaafkan juga termasuk dari perbuatan ihsan. Hal itu sebagaimana firman Allah:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134).
Editor: Safira