Riset

Inilah Sembilan Tips dan Trik Menembus Scopus

3 Mins read

Bagi dosen-dosen muda, terlebih yang diangkat menjadi dosen dengan ijazah master, menerbitkan karya di jurnal terindeks Scopus adalah sebuah mimpi. Meskipun demikian, bukan berarti hal tersebut tidak mungkin diwujudkan. Artikel ini memang tidak akan membahas masalah penelitian, dengan asumsi bahwa para pembaca adalah peneliti yang baik, penuh semangat, dan produkif. Hanya sekedar membahas secara singkat hal-hal yang bersifat teknis. Berikut adalah tips dan trik menembus Scopus tersebut:

  1. Penelitian dilakukan secara serius dengan tujuan yang jelas, pertanyaan, metodologi, dan jawaban yang juga jelas. Intinya, sesuai dengan standar dan prosedur penelitian ilmiah yang bermutu.
  2. Dari penelitian tersebut dihasilkan naskah penelitian yang berkualitas, dengan ciri-ciri: pertama, argumentasi yang dibuat dan diajukan, mendukung tesis yang dipertahankan. Di samping itu, argumentasi itu harus jelas. Argumentasi tersebut juga mencakup argumentasi yang sebaliknya (counterargument) dan dengan meyakinkan, argumentasi yang diajukan (supporting argument) benar-benar membantah argumentasi kontra tersebut.

    Kedua, bangunan argumentasi yang diajukan didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang kuat. Bukti-bukti tersebut juga menunjukkan adanya evaluasi kritis atas sumber-sumber ilmiah yang digunakan. Sementara sumber-sumber yang ada, sangat beragam dan satu per satu sudah dievaluasi secara kritis; apakah relevan atau tidak. Hal ini menunjukkan bahwa, penelitian kita benar-benar mendalam.

    Ketiga, pada pendahuluan naskah kita, mencakup latar belakang, mengapa penelitian ini penting. Lalu, tujuan penelitiannya juga jelas dan disampaikan secara lugas. Di samping itu, bagian ini juga mencakup pelbagai perdebatan kesarjanaan mutakhir berkaitan dengan tema yang diteliti. Melalui pembahasan debat ini, kita perlu mengambil bagian misalnya, apa kajian yang belum disentuh oleh karya-karya ilmiah yang ada. Itulah yang barangkali membuat naskah kita lebih istimewa.

    Di bagian ini pula kita mengartikulasikan thesis statement (argumentasi pokok), yang didukung oleh argumentasi-argumentasi spesifik (secara singkat). Akhirnya, bagian ini perlu menjelaskan secara singkat, topik-topik apa saja yang akan dibahas kemudian. Keempat, bagian isi atau pembahasan, sebaiknya mengenai argumentasi-argumentasi pro maupun kontra yang kita ajukan.

    Masing-masing pembahasan yang ada, harus mencakup kalimat utama mengenai argumentasi yang jelas dan diungkapkan secara langsung; tidak perlu basa-basi, apalagi meliuk-liuk. Sementara itu, narasi yang mengikuti argumentasi tersebut, juga berisi penjelasan yang terang dan kritis tentang bukti-bukti ilmiah yang diajukan.

    Tentu, pelbagai bukti-bukti ini, menggunakan bahan-bahan yang relevan dan kredibel. Bahasa yang ditulis dalam setiap paragraf, harus mengalir dan enak dibaca. Antara kalimat yang satu dengan yang lain, terkait erat dan kohesif. Demikian pula antar paragraf, masing-masing memiliki jembatan yang membuatnya koheren.

    Kelima, pada kesimpulan meringkaskan pelbagai argumentasi yang ada, secara jelas dan singkat. Di samping itu, juga menyoroti bahwa hal itu bersifat signifikan (penting). Lalu, diakhiri dengan penyampaian kalimat kesimpulan; isinya adalah menyatakan kembali argumentasi besar yang diajukan di awal melalui artikulasi yang berbeda.

    Sebenarnya, temuan-temuan yang ada perlu dihubungkan kembali dengan konteks yang lebih luas menyangkut isu yang ditangani. Barangkali relevan, maka hal ini akan mampu mendorong kita membuat beberapa kalimat refleksi konseptual maupun intelektual.

    Keenam, naskah kita secara tepat dan akurat mengakui sumber-sumber yang digunakan. Kita bisa merangkum, memparafrase atau menafsirkan gagasan yang ada dengan bahasa sendiri. Sementara itu, mengenai cara pengutipan atau penulisan daftar pustaka, secara ketat dan akurat menggunakan gaya yang ditentukan oleh masing-masing pengelola jurnal terindeks Scopus.

    Ketujuh, ekspresi kebahasaan yang mewarnai naskah kita memang bagus. Artinya, menunjukkan bahwa kita terbiasa menulis, kalimat-kalimatnya enak dibaca, mudah dipahami dan menggunakan bahasa formal.

    Kedelapan, naskah kita disajikan sesuai dengan permintaan pengelola jurnal. Misalnya, spasinya berapa, font yang digunakan apa, dan lain sebagainya.

  3. Jika naskah kita belum berbahasa Inggris atau bahasa asing lainnya yang diakui PBB yang digunakan oleh jurnal yang dituju, maka harus diterjemahkan untuk memenuhi syarat Scopus. Penerjemah yang baik, adalah yang juga menekuni bidang kajian kita secara spesifik. Bukan sekedar ahli penerjemah bahasa biasa.
  4. Hasil terjemahan tersebut, perlu di-proof-reading oleh para ahli dan native speaker. Mungkin biayanya agak mahal, tetapi kemungkinan besar, bahasa jurnal kita akan semakin readable (layak baca).
  5. Mendaftarlah sebagai penulis di jurnal yang kita tuju (terindeks Scopus; bisa dicek di website Scimago) melalui sistem OJS jurnal tersebut. Biasanya kita harus memiliki ID khusus dari ORCID. Untuk itu, kita bisa membuat terlebih dahulu melalui website ORCID.
  6. Pastikan naskah kita sudah sesuai dengan bidang kajian jurnal yang kita tuju dan telah membaca semua syarat dan ketentuan publikasi.
  7. Kirimkan naskah kita dan tunggu jawaban dari editor atau pengelola jurnal. Biasanya antara 3-6 bulan, bahkan lebih. Jadi, kita memang harus bersabar.
  8. Jika naskah kita diterima editor, kita harus berhadapan dengan reviewer (satu atau dua orang, yang menguji dan mengomentari naskah tersebut). Kita harus siap merevisi pelbagai bagian yang harus direvisi. Jika memang ada revisi. Jawaban lainnya adalah langsung diterima, atau langsung ditolak. Kalau ditolak, maka harus mencari jurnal lainnya. Revisi sebaiknya segera dilakukan dan dikembalikan lagi ke editor atau melalui sistem OJS jurnal.
  9. Jika beruntung, naskah kita akan diterima dan harus melalui proses editing bahasa. Segera setelah itu, naskah kita terbit di jurnal terindeks Scopus.

Demikianlah, tips dan trik menerbitkan naskah ilmiah kita di jurnal terindeks Scopus. Selamat berkarya dan mewujudkan mimpi.

Baca Juga  Bukan "Jazirah Arab", tapi "Syibhu Jazirah Arab"

Editor: Arif dan Nabhan

89 posts

About author
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang, Direktur Riset RBC Institute A Malik Fadjar.
Articles
Related posts
Riset

Di mana Terjadinya Pertempuran al-Qadisiyyah?

2 Mins read
Pada bulan November 2024, lokasi Pertempuran al-Qadisiyyah di Irak telah diidentifikasi dengan menggunakan citra satelit mata-mata era Perang Dingin. Para arkeolog baru…
Riset

Membuktikan Secara Ilmiah Keajaiban Para Sufi

2 Mins read
Kita barangkali sudah sering mendengar kalau para sufi dan bahkan Nabi-nabi terdahulu memiliki pengalaman-pengalaman yang sulit dibuktikan dengan nalar, bahkan sains pun…
Riset

Lazismu, Anak Muda, dan Gerakan Filantropi untuk Ekologi

2 Mins read
“Bapak ini kemana-mana bantu orang banyak. Tapi di kampung sendiri tidak berbuat apa-apa. Yang dipikirin malah kampung orang lain,” ujar anak dari…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds