Etos Kerja
Agama Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan hadis sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi dan peran tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja, melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja.
Telah dijelaskan bahwa Islam mendorong umatnya untuk bekerja, hidup dalam kemuliaan, dan tidak menjadi beban orang lain. Islam juga memberi kebebasan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan setiap orang.
Di samping itu, Islam juga mengatur batasan-batasannya, meletakkan prinsip-prinsip dan menetapkan nilai-nilai yang harus dijaga oleh seorang muslim agar kemudian aktivitas bekerjanya benar-benar dipandang oleh Allah sebagai kegiatan ibadah yang memberi keuntungan berlipat di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, mengingat begitu pentingnya etos kerja dalam menggeluti setiap pekerjaan, maka di sini penulis akan menjabarkan bagaimana Al-Qur’an berbicara tentang etos kerja dan bagaimana uraian ayat-ayat al-Qur’an tentang etos kerja serta relevansi ayat etos kerja dalam meningkatkan produktivitas kerja.
Ayat-Ayat tentang Etos Kerja
Kedudukan etos kerja dengan meningkatkan ketakwan kepada Allah sangatlah berkaitan. Karena, etos kerja bukanlah hanya untuk sekedar memenuhi naluri, yakni hidup untuk kepentingan perut.
Islam memberikan penjelasan bahwasanya manusia diciptakan di dunia ini hanya untuk menyembah Allah dan mencari keridhaan-Nya. Semua usaha dan aktivitas seorang muslim, baik yang bersifat duniawiyah atau ukhrowiyah pada hakikatnya bertujuan satu, yaitu mencari keridhaan Allah. Sebagaimana firman Allah Surah QS. Adz-Dzaariyat [51] ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
Pendapat Para Ulama
Berikut beberapa pendapat para ulama tentang etos kerja:
Menurut Izzuddin Al-Khatib At-Tamimi, batasan tentang etos kerja dalam Islam adalah bekerja dengan jujur dan tanggung jawab, dapat dipercaya, selalu menepati janji, toleransi terhadap sesama, selalu menjaga mulut dari rasa iri dengki terhadap orang lain, dan menghindari dari suka menfitnah.
Dengan demikian, maka jelaslah bahwa etos kerja menurut Islam adalah bekerja yang selalu memperhatikan lingkungan, tidak menghalalkan segala cara. Sedangkan di dalam perolehan hasil usaha, perlu memperhatikan unsur-unsur yang ada dalam sistem ekonomi Islam.
Dapat kita ketahui, dalam bekerja, seorang individu akan dihadapkan pada tiga tanggung jawab, yaitu, tanggung jawab terhadap Tuhannya (Allah SWT), tanggung jawab terhadap diri sendiri, dan tanggung jawab terhadap orang lain sebagai mana tertulis dalam firman Allah:
Surat al-Qasas [28] ayat 77:
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Tafsir Ayat
Menurut M. Quraish Shihab, beberapa orang dari kaum Nabi Musa itu melanjutkan nasehat ini bukan berarti engkau hanya boleh beribadah murni dan melarangmu memerhatikan dunia. Tidak!
Berusahalah sekuat tenaga dan pikiranmu dalam batas yang dibenarkan Allah untuk memperoleh harta dan hiasan duniawi dan carilah secara sungguh-sungguh. Yakni melalui apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari hasil usahamu. Yang demikian itu bisa menciptakan kebahagiaan di negeri akhirat kelak. Yakni dengan menginfakkan dan menggunakannya sesuai petunjuk Allah. Dan dalam saat yang sama, janganlah melupakan dan mengabaikan bagianmu dari kenikmatan dunia.
Dan berbuat baiklah kepada semua pihak sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu berupa limpahan nikmat-Nya kepadamu. Janganlah engkau berbuat kerusakan dalam bentuk apapun di bagian manapun di bumi ini. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai para pembuat kerusakan.
Penutup
Demikian penjelasan terkait etos kerja dalam Al-Qur’an. Dalam hal ini, secara fitrah, seorang insan harus memaknai pekerjaan sebagai sebuah amanah dan ibadah. Sebab, bekerja tidak hanya berdimensi duniawi, tetapi juga berdimensi ukhrawi.
Karena pembentukan etos kerja islami terpancar dari sistem keimanan atau aqidah Islami yang harus bisa diterapkan atau diaktualisasikan dalam setiap aktivitas dan rutinitas pekerjaan. Wallahu a’lam.
Editor: Yahya FR