Perspektif

Islam Pernah Berjaya di Eropa Timur Abad Pertengahan

3 Mins read

Abad pertengahan menjadi abad kemajuan Islam di bagian daratan Eropa Timur dan Asia Tengah saat itu. Kemajuan peradaban bisa didapatkan dengan perjuangan keras dari para pendakwah Islam dari wilayah jazirah Arab hingga mampu menyebarkan Islam terhadap kedua wilayah tersebut dan bisa dirasakan saat ini. Akan tetapi, kejayaan masa lalu tidak dapat dirasakan sekarang karena eksistensi Islam telah hilang secara masif di wilayah ini sejak penjajahan Uni Soviet pada abad ke-20.

Banyak yang tidak tahu, ternyata Islam pernah mengalami kejayaan pada abad pertengahan di wilayah Eropa Timur, terkhusus bagian Ukraina, Krimea, dan Rusia barat saat ini. Kejayaan tersebut ditengarai oleh kedaulatan dari bangsa Mongol dengan Dinasti Golden Hordenya yang mulai menyebarkan kekuasaannya pada abad ke-13 dipimpin oleh Batu.

Berdasarkan karya dari Ari Nirwana dengan judul Sejarah Dinasti Golden Horde di Eropa Timur 1226-1502 M dan Pengaruhnya terhadap Dunia Islam dijelaskan bahwa pada musim semi 1236 M, Batu berangkat untuk menaklukan stepa Qipchaq, Rusia, dan daerah sekitarnya.

Pada 1240 M, tentara Mongol yang dipimpin oleh Batu Khan berhasil menguasai Kiev yang merupakan pusat politik dan spiritual dari abad pertengahan bagi masyarakat Slavia yang dikenal sebagai Ruthenia (akar bangsa Rusia).

Penaklukan Kiev tersebut pada masa selanjutnya menjadi faktor utama yang memfasilitasi munculnya pusat politik dan spiritual baru di utara, yaitu Moskow. Pada tahun 1942, Batu menginvasi Hungaria, daerah yang sangat diimpikan oleh Jenghis Khan, akhirya mampu ditaklukannya, mengingat dalam cerita rakyat Mongol nenek moyang mereka berasal dari stepa Hungaria. Sementara Batu berada di Hungaria detasemen utara dari pasukannya memasuki Polandia. Henry yang Saleh, Duke dari Silesia, dan Cracow yang bercita-cita memiliki mahkota kerajaan Polandia, mencoba untuk menghalangi pasukan Mongol bersama ksatria Polandia dan Jerman, namun mereka tewas dalam pertempuran Legnica. Meskipun penyerangan ke wilayah Polandia terlihat kurang fungsional, akan tetapi pada penaklukan tersebut bermanfaat untuk membentengi wilayah di timur bertahan lebih lama (Nirwana 2015, 29-30).

Baca Juga  Tiga Strategi untuk Membuat Islam Berkuasa

Kekuasaan di Moskow

Idikhu yang merupakan keturunan dari mantan panglima terkenal Dinasti Golden Horde bernama Nogay, berhasil memegang titah kepemimpinan Dinasti Golden Horde, meskipun bukan sebagai khan (walikota istana, menurut Bosworth).

Idikhu menjadi pemimpin terakhir mempunyai kekuatan dan berhasrat untuk mengembalikan kejayaan dinastinya dengan mengalahkan pangeran Lithuania dan merebut kembali Khawarizm dari pasukan Timur Lenk pada tahun 1405 M. Kemudian Idikhu menyerang Moskow tahun 1408 M dan memaksa Grand Duke Moscow kembali membayar upeti kepada Dinasti Golden Horde.

Setelah Idhiku wafat, Dinasti Golden Horde mulai mengalami masa kemunduran kembali pada tahun 1419 M yang mana teritorial kedaulatan dinasti yang awalnya lumayan luas dan besar mulai mengalami penyempitan dan terpecah-belah disebabkan konflik sengit antar kalangan pangeran Dinasti Golden Horde. Mereka saling merebut untuk menguasai tahta di daerah Asia Tengah dan Rusia (Sungai Volga dan Laut Hitam).

Pertikaian tersebut akhirnya melahirkan beberapa dinasti kecil, di antaranya Kazan (1437- 1557 M), Austrakhan (1466-1556 M), dan Krimea (1420-1783 M). Pemerintahan Golden Horde semakin lemah hanya mampu bertahan sampai tahun 1502 M, dengan khan terakhir bernama Sayyid Ahmad II. Namun ia mengalami kekalahan dari penguasa kekhanan Krimea (Mengli Giray) menjadi akhir riwayat dari kekhanan didirikan oleh Batu (Nirwana 2015, 59).

Kekuasaan di Krimea

Pembukaan pelabuhan Kaffa yang menjadikan arus perdagangan di Laut Hitam semakin ramai, sehingga interaksi secara intensif antara penduduk Dinasti Golden Horde dengan para pedagang muslim tersebut menjadikan Dinasti Golden Horde berperan signifikan dalam proses Islamisasi terhadap pelabuhan-pelabuhan kota sekitaran Laut Hitam seperti Krimea dan Kaffa (Nirwana 2015, 64).

Namun, kota pelabuhan Krimea dalam beberapa abad setelah kematian Batu sebelum pendirian Kekhanan Krima, dijadikan sebagai tempat penampungan bagi para pangeran-pangeran keturunan Jochi yang gagal menjadi khan Dinasti Golden Horde yang berpusat di Saray. Mereka merupakan para keturunan dari putra Jochi, yakni Toqa Temur. Ia mulai menetap di Krimea selama konflik internal dalam Dinasti Golden Horde. Mereka inilah yang menjadi pelopor pembentukan kekhanan Krimea (Nirwana 2015, 65).

Baca Juga  Kritik Al-Kindi Kepada Penentang Filsafat

Kekhanan Krimea menjadikan tujuan awal persekutuan dengan pihak lain untuk memperkuat eksistensi kedaulatan mereka secara de jure sebagai sebuah kekhanan yang merdeka. Pada fase berikutnya, kekhanan Krimea tidak ingin berbagi semenanjung dengan Kerajaan Genoa yang mencoba untuk mendapatkan kembali pelabuhan dan kota-kota mereka di bagian selatan dan barat daya Krimea.

***

Upaya Kerajaan Genoa tersebut berhasil ditahan oleh Krimea dengan bekerjasama bersama pihak Dinasti Turki Utsmani. Pada tahun 1454, kedua pasukan sekutu ini melancarkan serangan pertama terhadap pelabuhan Kaffa, namun berakhir dengan kegagalan. Selanjutnya aliansi ini kembali melancarkan serangan pada tahun 1475 dan akhirnya berhasil merebut pelabuhan tersebut dari Genoa.

Dinasti Turki Usmani juga ikut membantu Kekhanan Krimea untuk mempertahankan wilayahnya dari ancaman Rusia dan Polandia. Di sisi lain, sebagai timbal balik kekhanan Krimea juga ikut membantu Dinasti Turki Usmani, seperti ketika mereka ingin mewujudkan pembebasan Konstantinopel dari Kekaisaran Romawi Timur. Kerjasama tentara Dinasti Turki Utsmani dan Tatar membuahkan Kaukasus, Kabardan, Dageshtan, dan Rumelia untuk mereka kuasai (Nirwana 2015, 65-66).

Dengan demikian sangat terlihat jelas mengenai gambaran kedaulatan bangsa Mongol di kawasan Ukraina-Rusia saat ini. Kekuasaan tersebut rata-rata mencakup pada kekuasaan teritorial politik dinasti. Peran besar dari para leluhur Bangsa Mongol yang beragama Islam masa dahulu menjadikan Islam pernah memberikan tapak tilas bagi kehidupan masyarakat kawasan Eropa Timur, terkhusus wilayah Krimea yang ikut serta juga dalam mempertahankan eksistensi Dinasti Turki Utsmani dari gempuran Kerajaan Kristen bagian Eropa utara.

References

Nirwana, Ari. 2015. Sejarah Dinasti Golden Horde di Eropa Timur 1226-1502 M dan Pengaruhnya terhadap Dunia Islam. Skripsi, Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakutlas Adab dan Humaniora, Surabaya: UIN Sunan Ampel, 1-76.

Baca Juga  Islam Kita ini Masih Islam Konten, Belum Islam Kajian!

Editor: Yahya FR

Johan Septian Putra
38 posts

About author
Mahasiswa Pascasarjana Prodi Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds