Tajdida

Jalan Tengah Islam

2 Mins read

Oleh: Haedar Nashir*

ISLAM agama yang mengajarkan keseimbangan. Raihlah akhirat, tapi jangan lalaikan dunia, begitulah perintah Allah (QS Al-Qashash/28: 77). Dunia itu ladang akhirat. Bertebaran dalam ayat Al-Qur’an, ajaran tentang iman disandingkan dengan ilmu dan amal saleh. Bangunlah fisik disertai ruhani. Masa lalu selalu dirajut dengan masa kini dan masa depan. Bahkan doa sapujagat setiap muslim ialah mengharap keselamatan di dunia dan akhirat, serta dijauhkan dari siksa api neraka. Itulah ajaran tawasuth dalam Islam. Ajaran tentang jalan tengah.

Muslim diajari untuk menempuh jalan tengah sebagai wujud keseimbangan. Sebaik-baik urusan ialah jalan tengah, khayr al-umur awsathuha. Sebaliknya, muslim diiingatkan untuk tidak bersikap ekstrem, al-ghuluw. Sikap ektrem selalu lari dari satu pendulum ke pendulum lain. Kalau tidak di kanan, mengambil posisi kiri. Tidak pernah mengambil garis di antara keduanya. Dalam beragama, merasa mantap kalau berdiri dalam satu posisi ekstrem, di luar itu dianggap tidak jelas. Posisi tengahan dipandang plin-plan, abu-abu, dan tidak kokoh.

Umat Tengahan Perspektif Al-Qur’an dan Rasul

Umat tengahan (ummatan wasatha) disebutkan secara tegas dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah 143. Umatan wasatha diterjemahkan umat yang adil dan unggulan. Ibn Katsir mengaitkan umat tengahan dengan khayra ummah, umat terbaik (QS Ali Imran/3: 110). Itulah umat yang diidamkan. Boleh jadi secara konsep bahwa profil umat tengahan (al-ummat al-wasithiyah) itu masih perlu dirancang-bangun. Tetapi jika dirujuk pada peradaban Islam yang dibangun pada era Rasulullah dan Empat Khalifah Utama sesudahnya, maka terdapat banyak karakter umat tengahan itu, sebagai umat terbaik.

Prof Din Syamsuddin memberi label pada sifat ajaran yang dibawa Rasul akhir zaman Muhammad s.a.w., sebagai “Islam Jalan Tengah”. Berbeda dengan ajaran-ajaran lain yang mengandung sifat ekstrem. Islam itu ajaran jalan tengah. Umat yang diidamkan pun ialah umat tengahan.

Baca Juga  Laki-laki Bukanlah Pemimpin Bagi Perempuan

***

Sebagian kalangan menyebut sifat moderat, meski ada yang mengkritisi kategori ini. Islam dan umat tengahan itu jelas, bukan remang-remang. Bukan ajaran serba boleh dan serba permisif. Bukan Islam dan umat yang kehilangan ketegasan dalam berakidah, beribadah, berakhlaq, dan bermuamalah. Dalam bahasa Prof Buya Syafii Maarif, umat tengahan itu “moderat berprinsip”.

Lantas, ada apa dengan Islam tengahan atau moderat? Benarkah sifat tengahan itu bukan kiri dan bukan kanan, sehingga menjadi yang bukan-bukan. Apa memang benar Islam jalan tengah itu buram dan abu-abu. Kalau begitu, Islam berwajah apakah yang ideal, apakah yang ashab al-syimal (kaum kiri) atau ashab al-yamin (kaum kanan) seperti selama ini diyakini sebagian umat. Banyak hal penting untuk didialogkan secara jernih, cerdas, dan tanpa prasangka. Lebih dari itu tentu saja dikaji dengan dasar keilmuan yang kokoh pada sumber utama ajaran Islam dan ijtihad di tengah tantangan zaman.

Akankah Islam Jalan Tengah Menjadi Pilihan?

Bagaimana Islam jalan tengah di pusaran pandangan dan mazhab-mazhab yang menawarkan ekstremitas? Adakah ajaran tawasuth yang ditawarkan Islam memberikan kepastian nilai ketika banyak pandangan dan situasi kekinian cenderung mengaburkannya. Ketika banyak kalangan umat haus spiritual dan ingin menemukan oase nilai yang mendamaikan, meneduhkan, dan membimbing arah hidup yang pasti.

Tatkala sebagian umat terjebak pada pikiran-pikiran serba bebas di tengah kecamuk sikap keagamaan yang serba sarat larangan dan garang. Di tengah kecenderungan sebagian kecil yang mengajarkan ajaran-ajaran yang aneh-aneh dan direspon dengan sikap saling sesat menyesatkan. Banyak hal penting untuk didialogkan sebagai jalan menemukan dan mengembangkan pandangan-pandangan keislaman yang melampuai dan melintasi. Islam jalan tengah, lantas menjadi perlu menegaskan dirinya. Adakah ia menjadi pilihan Islam yang mencerahkan masa depan umat? Semoga! HN.

Baca Juga  Masyarakat Dusun Sarapati: Penghayat Kejawen yang Sukses Menerapkan Nilai-Nilai Toleransi

.

*Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020

Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds