Kebahagiaan merupakan hal penting yang menjadi tujuan semua manusia di muka bumi ini. Semua orang rela bekerja keras dan berusaha untuk mencapai kebahagiaan. Sehingga tidak heran jika segala cara akan dilakukan terlepas itu baik atau buruk. Dengan demikian dapat diartikan, bahwa tujuan utama manusia hidup di dunia adalah untuk merasakan kebahagiaan.
Namun, terkadang perasaan-perasaan negatif dalam diri seseorang dapat menghalangi kebahagiaan untuk datang kepadanya. Ketika seseorang sudah memiliki perasaan negatif, maka ia akan lupa terhadap kebahagiaan dirinya yang seharusnya diutamakan. Salah satu contoh perasaan negatif yang sering muncul di tengah masyarakat adalah merasa iri hati terhadap kebahagiaan yang berkaitan dengan orang lain.
Iri hati merupakan bentuk emosi yang timbul akibat adanya rasa tidak nyaman ketika melihat kebahagiaan yang dimiliki atau dirasakan orang lain. Titik terburuk dari perasaan ini adalah ketika seseorang ingin menghancurkan kebahagiaan orang lain. Karena membawa dampak negatif, maka Islam memberi perhatian mengenai hal ini dalam ajarannya.
Pandangan Islam Mengenai Iri Hati
Sebagaimana yang sudah kita ketahui bahwa iri hati merupakan perasaan yang dapat membawa keburukan bagi para pelakunya. Dalam agama Islam, iri hati termasuk dalam salah satu akhlak tercela yang wajib dihindari. Terlebih lagi apabila perasaan iri itu mendatangkan kehancuran. Oleh karena itu, larangan tentang bersikap iri hati telah disampaikan Allah Subhanahu wa ta’ala melalui firmannya dalam Qur’an surah An-Nisa ayat 32:
وَلَا تَتَمَنَّوۡا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعۡضَكُمۡ عَلٰى بَعۡضٍ ؕ لِلرِّجَالِ نَصِيۡبٌ مِّمَّا اكۡتَسَبُوۡا ؕ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيۡبٌ مِّمَّا اكۡتَسَبۡنَ ؕ وَسۡئَـلُوا اللّٰهَ مِنۡ فَضۡلِهٖ ؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمًا
Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Ayat di atas memberi arahan kepada kita agar tidak berangan-angan yang menimbulkan iri hati terhadap karunia yang telah diberikan oleh Allah kepada orang lain. Karunia yang dimaksud disini seperti kecerdasan, jabatan, kemuliaan, atau harta. Ketika menginginkan sesuatu, hendaknya kita berusaha memohon kepada Allah dengan tulus agar diberikan karunia-Nya yang berlimpah, bukan malah merasa tidak senang dengan takdir orang lain.
***
Selain larangan dari Allah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang umatnya untuk bersikap iri hati. Dalam salah satu hadis beliau bersabda:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُماَ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لآحَسَدَ ألآ فيِ اثنَتَينِ رَجُلُ اتَاهُ اللّٰهُ القُرانَ فَهُو يَقُومُ بِه انَأءَ اللًيلِ وَانَأءَ النَهَارِ وَرَجُلُ اعطَاهُ مَالآ فَهُوَ يُنفق مِنهُ انَأءَ الٌلَيِل وَانَأءَ النٌهَارِ. رواه البخارى ومسلم والترمذى والنسائى وأبن ماجه
Artinya: Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak diperbolehkan hasad (iri hati) kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai Allah (kemampuan membaca/menghafal Al-Qur’an). Lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya pada malam dan siang hari.” (HR. Bukhari, Muslim, Tarmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah).
Berdasarkan hadis di atas, dapat kita pahami meskipun gambaran dari sikap iri hati selalu mengarah kepada keburukan. Akan tetapi terdapat sisi lain dari sikap ini yang diperbolehkan, yakni iri hati dalam hal yang diridhai Allah dan rasul-Nya. Karena hal ini dapat memotivasi para pelakunya untuk melaksanakan kebaikan sehingga dapat bermanfaat bagi sesama.
Iri Hati Menghalangi Kebahagiaan
Setiap manusia pastinya memiliki dorongan alami untuk melakukan sesuatu yang ia anggap akan membawa kebahagiaan. Namun perasaan dari manusia itu sendiri juga dapat menjadi penghalang untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah rasa iri hati. Salah satu filsuf terkenal yaitu Bertrand Russel dalam bukunya yang berjudul “The Conquest of Happiness” berpendapat bahwa:
“Dari semua sifat manusia, iri hati adalah yang paling disayangkan. Orang yang iri hati tidak hanya ingin menciptakan kemalangan dan melakukannya kapan pun dia bisa tanpa mendapat hukuman, tetapi dia sendiri juga menjadi tidak bahagia karena rasa iri. Bukannya berbahagia dengan apa yang dimilikinya, ia justru menderita karena apa yang dimiliki orang lain. Jika dia bisa, dia merampas keuntungan orang lain, yang mana ia menggap mendapatkan keuntungan yang sama bagi dirinya sendiri.”
Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Bertrand Russel di atas, dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki rasa iri akan mendapatkan penderitaan dalam hidupnya. Hal ini dikarenakan sikap iri hati membuat seseorang tidak senang bila melihat kebahagiaan orang lain dan berharap kebahagiaan itu berpindah kepadanya.
Hindari Iri Hati dan Perbanyaklah Bersyukur
Sangat wajar bagi setiap orang di dunia ini menginginkan sesuatu terlepas dari penting atau tidaknya hal yang diinginkan. Namun perlu disadari bahwa tidak semua keinginan dapat terwujud sehingga hal ini dapat mendatangkan kesedihan. Di sisi lain, terkadang akan muncul rasa iri jika apa yang kita inginkan malah didapatkan oleh orang lain. Agar terhindar dari hal-hal tersebut, kita perlu meningkatkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dengan senantiasa bersyukur terhadap apa yang diberikan, niscaya Allah akan terus menambahkan nikmat-Nya. Sebagaimana yang tercantum dalam Qur’an surah Ibrahim ayat 7:
وَاِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕنۡ شَكَرۡتُمۡ لَاَزِيۡدَنَّـكُمۡ وَلَٮِٕنۡ كَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِىۡ لَشَدِيۡدٌ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
Dapat dipahami bahwa Allah tidak akan menelantarkan orang-orang yang senantiasa ingat kepada-Nya. Meningkatkan rasa syukur merupakan salah satu cara untuk mengingat kasih sayang dan nikmat yang diberikan. Oleh karena itu, bersyukur dapat mendatangkan kebahagiaan karena telah menerima dengan ikhlas segala hal yang telah ditetapkan oleh Allah.
Editor: Soleh