Pada suatu hari, Rasulullah Muhammad SAW berjalan dari rumah menuju masjid. Ia melihat seorang pemuda sedang duduk termenung. Raut wajah si pemuda tampak masam dan murung. Rasulullah mendekat dan bertanya, “Mengapa saat ini engkau duduk melamun di masjid? Apa yang sedang engkau derita saat ini?”
Pemuda tadi menjawab, “Aku sedang ditimpa duka cita ya Rasulullah karena utang. Aku tidak punya persediaan untuk membayar. Itu yang saya sedihkan di sini ya Rasulullah”
“Sudikah engkau jika aku ajarkan kepadamu suatu bacaan supaya utang engkau terbayar dan mudah-mudahan seluruh masalahmu turut selesai?” tanya Rasulullah pada pemuda tadi.
“Tentu ya Rasulullah. Jika engkau berkenan mengajarkan, aku akan mendengarkan” jawab si pemuda.
Rasulullah kemudian mengimlakan:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
“Allahumma inni a’udzu bika minal hammi wal hazani wa a’udzu bika minal ‘ajzi wal kasali wa a’udzu bika minal jubni wal bukhli wa a’udzu bika min ghalabatid daini waqahrir rijal.”
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan dan kesedihan. Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir. Aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan kesewenang-wenangan manusia.”
Menurut Buya Hamka dalam salah satu ceramahnya berjudul Pegangan Hidup, doa ini bertujuan untuk menguatkan hati dan pikiran seseorang.
Buya Hamka berkata, “Dalam kehidupan, manusia itu tidak akan berjalan di atas jalan datar yang bertabur kembang. Ada jalan yang mendaki, menurun, melewati ombak dan gelombang. Itu pasti dalam hidup. Tapi tak kusut yang tak selesai. Tak ada keruh yang tak jernih. Apabila pikiran sudah susah, maka gelaplah semuanya.”
Buya Hamka mengingatkan berdasarkan pada riwayat nasihat Rasulullah tadi bahwa kaum muslim jangan sampai berlarut-larut dalam kesedihan. Sebab, kesedihan mendatangkan kebingungan.
***
Memang kita akan selalu menghadapi masa-masa berat. Seperti ketika pandemi ini, banyak orang kehilangan pekerjaan dan kehilangan orang-orang yang kita cintai.
Bersedih boleh selama menjadi sarana bagi kita untuk menciptakan kekuatan hidup. Masalahnya, tidak semua bisa melalui fase kesedihan dengan kepala tegak. Kebanyakan akan tenggelam dalam kesedihan.
Ada pula rasa sedih yang berlarut-larut sehingga jadi sulit mencari jalan keluar. Kesedihan membawa seseorang pada kegelapan. Jika kegelapan tak bisa diatasi, seseorang akan jatuh pada kebingungan.
Pangkal masalah kesehatan mental manusia adalah perasaan sedih, terpuruk, merasa tak berguna, kepedihan dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, Rasulullah mengingatkan supaya kaum muslim senantiasa berdoa pada Allah SWT supaya melindungi kita dari perasaan bersedih.
Karena sedih menjadi pangkal dari semua sifat-sifat yang merugikan seperti kemalasan melakukan sesuatu, pengecut, antisosial, dan laing sebagainya.
Doa dan nasihat Rasulullah tadi jika dibaca berulang-ulang dan dibentengi dengan ikhtiar sekuat tenaga, InshaAllah akan jadi kekuatan bagi kaum yang beriman.
Editor: Yahya FR