Review

Jejak Kafilah Radikalisme di Indonesia

2 Mins read

Islam Indonesia adalah contoh par-excelence Islam sejuk. Toleransi dan sikap moderat merupakan bagian integral Islam. Dakwah Islam yang disebarkan berabad-abad silam dilakukan secara damai serta mempertimbangkan kearifan budaya lokal, bukan dengan paksaan dan kekerasaan. Inilah yang kemudian disebut sejarawan Anthony Reid dengan “penaklukan yang jinak”.

Namun, citra tersebut secara perlahan mengalami keruntuhan. Layaknya sebuah tanaman, radikalisme Islam tumbuh subur dengan tidak segan-segan menggunakan kekerasan dalam melampiaskan perasaan dan kepentingan mereka atas nama Tuhan sebagai sandaran bagi legitimasi tindakan.  Teriakan jihad yang dihentakkan melalui serangkaian teror menyadarkan sisi gelap Islam Indonesia.

Buku Jejak Kafilah

Seiring dengan itu, Islam Indonesia mengalami kelangkaan toleransi. Dalam konteks polemik aliran sesat misalnya, Pengerusakan tempat ibadah, penganiayaan, dan ancaman pembunuhan seakan menemukan pembenarannya.  Kecakapan bertabayun (klarifikasi) dan mujadalah (debat) memudar sama sekali. Akibatnya, bahasa kekerasan digunakan dengan berbagai variannya. Tak hanya itu, kekerasan dipandang sebagai mode keberagamaan suci nan agung.

Kekerasan sebenarnya anomali dalam bentangan ruang sejarah yang panjang Islam Indonesia. Evolusi wajah Islam Indonesia terasa mencenggangkan. Greg Fealy dan Anthony Bubalo mencoba mengali pengaruh Islam radikal Timur Tengah di Indonesia dengan menyorot cara kerja globalisasi dan teknologi memfasilitasi persebaran gagasan-gagasan radikalisme.  

Buku yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tahun 2007 ini berangkat dari asumsi yang mengandaikan radikalisme Islam berwajah tunggal, menyebar dari titik episentrum, Timur Tenggah, ke segenap negeri Muslim di seluruh dunia.  Dalam titik inilah, istilah Islam transnasional mengemuka. Islam transnasional adalah Islam yang menembus sekat-sekat geografis negara, yang direkatkan ukhuwah Islamiyah.

Karakteristik Islam transnasional  bersifat puritan, tidak toleran terhadap berbagai sudut pandang yang berkompetisi dan memandang pluralisme sebagai bentuk kontaminasi atas kebenaran sejati. Hal ini merupakan implikasi jauh terpatrinya otokhtonitas Islam yang mengandaikan Islam tunggal. Abdullah Azzam, ideolog Islam radikal, menyebutnya  sebagai “kawan seperjalanan” dalam sebuah kafilah besar (hlm. 5).

Baca Juga  Haedar Nashir: Moderasi adalah Solusi Menangani Radikalisme dan Ekstremisme

Radikalisme di Indonesia

Penerbitan dan kecanggihan teknologi, terutama internet, merupakan media terbaik penyebaran ideologi. Para mahasiswa Islam di Timur Tengah mengimpor Islamisme lewat hasil pena ideologi gerakan Islam radikal. Perkembangan teknologi memberikan kemudahan persebaran ideologi. Cukup dengan log on sebuah website, proses transmisi ideologi dapat berlangsung.

Meskipun demikian, ideologi radikal Timur Tengah tidak ditelan dengan mentah-mentah. Penyesuaian dengan nalar pikir baru yang berkaitan dengan hubungan antara Islam, politik, dan masyarakat agar mempunyai relevansi.  Karena itu, bermunculan banyak varitas baru Islam Indonesia; dari salafisme hingga fundamentalisme.

Tidak seperti yang diasumsikan, radikalisme ternyata terfragmentasi dalam banyak bentuk  wajah. Stereotipe memang melukiskan ideologi radikal  dalam bentuk tunggal. Kelompok salafi-jihadis yang tersebar di Indonesia dipandang sebagai representasi satu-satunya radikalisme.

Dari semua ideologi radikal Timur Tengah, pengaruh Ikhwanul Muslimin di Indonesia memiliki sejarah yang terpanjang. Kekecewaan terhadap kebijakan politik Soeharto dan kerapuhan integritas pemimpin ormas Islam mendorong sebagian kalangan muda Muslim terkesima dengan model perjuangan Ikhwanul Muslimin.

Salah satu gerakan politik Islam yang terilhami dengan model perjuangan Ikhwanul Muslimin adalah PKS (Partai Keadilan Sejahtera). PKS mempresentasikan aktivisme politik berlandaskan dakwah dan pelayanan sosial persis yang dipraktikkan Ikhwanul Muslimin.  

Akhirnya, sumbangsih utama buku karya dua Indonesianis asal Australia ini terletak sikap rendah hati yang memandang radikalisme Islam Indonesia merupakan  fenomena sosial ‘warna-warni’ dan tidak semata-mata pengaruh Timur Tengah, melainkan juga berdimensi lokal.

Proses pribumisasi dalam transmisi ideologi memunculkan fragmentasi Islam radikal yang berlainan dan bahkan berlawananan secara diametral. Tepat kiranya, Yudi Latif menilai buku ini merobohkan pencitraan naïf radikalisme Islam yang bersifat global dan tunggal.

Baca Juga  Politisasi Isu Agama dan Minoritas Uyghur

Identitas Buku

Judul               : Jejak Kafilah; Pengaruh Radikalisme Timur Tengah di Indonesia
Penulis            : Greg Fealy dan Anthony Bubalo
Penerjemah   : Akh. Muzakki
Penerbit          : Lowy Insitute dan Mizan, Bandung
Cetakan           : I, Desember 2007
Tebal               : 202 halaman

Editor: Nabhan

Muhammad Ainun Najib
7 posts

About author
Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
Articles
Related posts
Review

Ketika Agama Tak Berdaya di Hadapan Kapitalisme

4 Mins read
Globalisasi merupakan revolusi terbesar dalam sejarah kehidupan manusia. Dalam buku berjudul Beragama dalam Belenggu Kapitalisme karya Fachrizal A. Halim dijelaskan bahwa globalisasi…
Review

Kitab An-Naja, Warisan Filsafat Ibnu Sina

4 Mins read
Kitab An-Naja adalah salah satu karya penting dalam filsafat Islam yang berisi tentang gagasan besar seorang filsuf bernama Ibnu Sina, yang juga…
Review

Kitab Al-Fasl Ibnu Hazm: Mahakarya Filologi Intelektual Islam Klasik

3 Mins read
Ibnu Hazm (994–1064 M), seorang cendekiawan Andalusia, dikenal sebagai salah satu pemikir paling produktif dan brilian dalam sejarah intelektual Islam. Karya-karyanya mencakup…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds