Perspektif

Jersey sebagai Identitas dan Media Dakwah

3 Mins read

Jersey umumnya identik dengan olahraga. Jersey sepakbola memimpin di pasar Indonesia sebagai jersey yang paling banyak dikonsumsi, dipakai, dikoleksi, dan diperjualbelikan di kalangan kolektor. Menjelang bulan Ramadan tahun 2025, sebuah kejutan muncul dari Masjid Jogokariyan, Yogyakarta. Masjid ini merilis jersey sebagai merchandise jelang Ramadan. Masjid Jogokariyan setiap bulan Ramadan secara rutin menggelar Kampung Ramadan Jogokariyan (KRJ). Tahun 2025, tepat berusia 21 tahun. Agaknya, Masjid Jogokariyan ingin menampilkan jersey sebagai sebuah media dakwah untuk masyarakat.

Dilepas dengan harga Rp 343.000, setiap pembelian juga menjadi bagian dari infaq langsung ke masjid Jogokariyan, jersey masjid Jogokariyan langsung ludes dalam satu hari. Desainer jersey masjid Jogokariyan adalah Fajar Ramadhan, seorang desainer pakaian olahraga profesional. Fajar Ramadan pernah menjadi desainer tim nasional sepakbola Indonesia, serta berbagai klub sepakbola dalam dan luar negeri.

Sedangkan apparel pembuat jersey adalah NTHM, yang juga berasal dari Yogyakarta. Jersey masjid Jogokariyan memiliki banyak detail yang menarik. Misalnya, logo Kampung Ramadan Jogokariyan (KRJ), nomor punggung, dan bagian kerah yang terbuat dari kain jarik. Jersey hanya memiliki satu nomor, yaitu 21. Angka 21 jelas merujuk apda 21 tahun KRJ.

Kemunculan jersey masjid Jogokariyan memperlihatkan bahwa jersey bisa menjadi identitas dan media dakwah. Besar kemungkinan, model kolaborasi yang dikembangkan oleh masjid Jogokariyan dengan desainer jersey dan apparel lokal akan diadopsi masjid-masjid lain.

Sejarah Jersey

Jersey memiliki sejarah yang berkelindan dengan modernisasi olahraga, terutama sepakbola. David Butler, dan Robert Butler, dalam penelitiannya yang dipublikasikan dalam artikel berjudul The Evolution of the Football Jersey – an Institutional Perspective, yang dimuat dalam Journal of Institutional Economics 17, No. 5 (2021), menyebutkan bahwa catatan dari pertandingan sepak bola di Winchester College sebelum tahun 1840, rakyat biasa mengenakan jersey merah dan para siswa sekolah mengenakan jersey biru. Ada aturan Sheffield tahun 1858 menyatakan bahwa setiap pemain harus menyediakan dirinya sendiri dengan topi flanel merah dan biru tua, satu warna untuk dikenakan oleh masing-masing pemain.

Baca Juga  Kenapa Kedatangan Timnas Israel di Indonesia Perlu Ditolak?

Setelah pendirian Football Association  pada tahun 1888, kebutuhan untuk mematuhi aturan formal – terutama yang mengatur jersey tim – menjadi universal setelah liga dimulai. Sejak tahun 1891 ada aturan yang menyatakan bahwa tidak ada dua tim sepakbola yang dapat mendaftarkan warna yang sama, untuk menghindari bentrokan warna.

Dimulainya Liga Primer Inggris pada Agustus 1992 secara signifikan meningkatkan popularitas sepakbola Inggris, termasuk jersey dari klub yang berlaga. Klub-klub sepakbola dari negara lain di Eropa juga menjadi populer. Tayangan langsung liga-liga Eropa mendorong peningkatan popularitas mereka. Jersey juga menjadi ikut populer. Hal yang dengan mudah dijumpai di Indonesia, dimana jersey asli dijual dengan harga yang bisa menembus satu juta rupiah. Sementara itu, pembajakan jersey juga terjadi secara massif.

Jersey, Jembatan Komunitas

Sebelum jersey masjid Jogokariyan, Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Kotagede merilis jersey untuk sebuah kompetisi sepakbola bertajuk Kotagede Cup. Jersey yang menampilkan logo Pemuda Muhammadiyah, dan dua band The Kick dan The Jeblogs yang bertanding dalam laga amal Kotagede Cup 2024. Jersey mengambil nuansa gelap dengan pattern kain keffiyeh khas Palestina, kerinduan akan kebebasan. Tajuk ‘Football for Humanity‘ menjadi grafis utama di bagian depan jersey diiringi dengan siluet Lapangan Karang yang menjadi lokasi pertandingan digelar. Grafis peta palestina dengan warna semangka diletakkan pada lengan sebagai pengingat dan perlawanan zionisme.

Pada bagian belakang jersey juga terdapat angka 8 dengan isi berbagai dukungan dan seruan untuk kemerdekaan Palestina. Angka 8 dipilih karena kedua band sama-sama lahir di tahun 2016 dan setidaknya sudah 8 tahun mereka menelurkan dan menularkan spirit melalui karya mereka masing-masing. Seluruh keuntungan penjualan jersey sebesar 25.007.000 disalurkan untuk kemanusiaan di Palestina melalui LazisMu Kotagede.

Baca Juga  Da'i Agama yang Nir Adab

Jersey Kotagede Cup menunjukan bahwa melalui jersey, komunitas pemuda, penggemar sepakbola, anak skena, dan warga bisa terhubung. Jersey menjadi jembatan dan media komunikasi dari beragam komunitas, yang tertautkan dengan dukungan kepada Palestina melalui penggalangan dana.

Jersey dan Media Dakwah Muhammadiyah

Jersey bukan sesuatu yang baru di Muhammadiyah. Dimainkannya sepakbola oleh aktivis Muhammadiyah di era kolonial, serempak membawa kultur jersey di Muhammadiyah. Melalui perkumpulan sepakbola yang kemudian dikenal dengan Perkumpulan Sepakbola Hizbul Wathan (PSHW), jersey sepakbola dipakai oleh warga Muhammadiyah. Jersey menjadi identitas yang lekat dengan praktek penandaan yang lekat dengan Muhammadiyah. Sampai saat ini, PSHW di berbagai kota memiliki jersey masing-masing. Begitu pula berbagai Sekolah Sepakbola (SSB) Hizbul Wathan yang memiliki jersey.

Penggunaan jersey meluas dalam lembaga pendidikan. Sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah yang juga memiliki jersey.  Ekstra kurikuler dan unit kegiatan mahasiswa di bidang olahraga memiliki jersey yang disesuaikan dengan cabang olahraga. Yang menarik adalah munculnya kesadaran dari sekolah untuk membuat jersey untuk mata pelajaran olahraga yang desainnya lebih kekinian. Dulu, baju olahraga didesain ala kadarnya. Kini, baju olahraga dikemas dalam bentuk jersey yang bukan hanya untuk kebutuhan olahraga, namun juga sebagai media branding sekolah.

Munculnya komunitas olahraga di tingkat akar rumput, seperti komunitas bersepeda, komunitas lari, komunitas panahan, dan sebagainya semakin memperkaya khazanah jersey di kalangan warga Muhammadiyah. Runner Muhammadiyah (RunnerMU) misalnya, memiliki jersey dan bahkan di berbagai event lari yang digelar merilis jersey event.

Di tengah kemeriahan beragai jersey yang berkaitan dengan Muhammadiyah, belum ada jersey Muhammadiyah yang khas. Jersey yang menjadi simbol identitas dan sekalgis media dakwah. Menjadi menarik jika Muhammadiyah merilis jersey. Tentu, sudah seharusnya menggandeng desainer dan apparel jersey yang memiliki jejak rekam yang bagus.

Baca Juga  Refleksi Milad ke-112 Muhammadiyah: Sudahkah Dakwah Muhammadiyah Wujudkan Kemakmuran?

Desainnya bisa dibuat dengan berbagai ide yang relevan dengan Muhammadiyah. Agar terjangkau, elok kiranya jika dibuat dalam beberapa versi. Dalam jersey sepakbola misalnya ada beberapa versi, yaitu supporter version, replica jersey, dan player issue. Setiap versi memiliki spesifikasi yang berbeda. Jersey Muhammadiyah akan menjadi identitas kebanggaan dan sekaligus media dakwah.

Editor: Assalimi

Avatar
6 posts

About author
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sekretaris Lembaga Pengembangan Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Articles
Related posts
Perspektif

Pasca Al-Assad, Bagaimana Nasib Komunitas Alawi?

4 Mins read
Setelah mantan pemimpin Suriah, Bashar Al Assad lengser nasib komunitas Alawi masih belum pasti. Sebelumnya, mereka didukung oleh rezim. Namun, kini kelompok…
Perspektif

Puasa dalam Perspektif Agama-Agama

3 Mins read
Di tengah keragaman budaya dan keyakinan yang membentuk wajah Indonesia, praktik keagamaan menjadi suatu refleksi sakralitas dari nilai-nilai spiritual yang diwariskan secara…
Perspektif

Sejarah dan Perkembangan Islam di Bima

3 Mins read
Pendahuluan Islam memiliki peran penting dalam membentuk sejarah, identitas, dan budaya masyarakat Bima, sebuah wilayah di Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Berbeda dengan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *