Kuala Lumpur, IBTimes.Id. Guyub, akrab, penuh kekeluargaan, dan keramah-tamahan yang tulus. Tua muda berbaur jadi satu dalam satu majlis penuh suka cita dan tanpa rasa canggung. Itulah kira-kira gambaran dan kesan yang dapat ditangkap dalam perjumpaan penulis dengan pimpinan dan aktivis PCIM dan PCIA beserta majlis, dan ortom (MDMC, Lazismu, dan IMM) di Rantau Malaysia pada 29 Februari 2020 lalu. Perjumpaan ini adalah sharing yang produktif. Berkisah tentang bagaimana mengkonsolidasi organisasi, menggerakkan program, membagi peran aktivitas, dan memberikan pencerahan kepada para aktivis PCIM dan PCIA.
Keguyuban, keakraban, kekeluargaan, dan keramah-tamahan untuk menggerakkan organisasi, tanpa rasa iri, dengki, dan ingin menjatuhkan pihak-pihak tertentu, adalah indikasi dari tumbuhnya spirit Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ). Tentu hal ini harus diapresiasi, diperkuat keorganisasian dan rasa perkaderannya. Bagaimana mengembangkan dan mensolidkan lebih hebat dan dahsyat lagi PCIM dan PCIA secara keseluruhan, sehingga bisa diduplikasi strategi dan modelnya.
Amal Usaha PCIM-PCIA di Rantau Malaysia
Sebelum lebih jauh membahas GJDJ, ada baiknya bercerita tentang amal usaha PCIM dan PCIA di Rantau Malaysia terlebih dahulu. PCIM dan PCIA Malaysia saat ini merupakan cabang istimewa yang memiliki amal usaha yang sangat beragam, kreatif, dan berkemajuan. Meski belum menjadi kegiatan yang formal atau masih bersifat non-formal alias tidak terdaftar secara khusus di bawah UU Malaysia (tidak muncul sebagai lembaga resmi di Malaysia), amal usaha itu telah merambah ke berbagai lini dan sektor. Dalam data yang disampaikan Prof. Sonny Zulhuda, Ketua PCIM Malaysia, disebutkan bahwa program amal usaha PCIM dan PCIA Malaysia sebagai berikut:
- PCIM dan PCIA Malaysia memiliki Rumah Dakwah yang digunakan sebagai Sekretariat, Pusat Dakwah dan juga Rumah Tamu.
- PCIA Malaysia memiliki PAUD PCIA Malaysia dengan total 12 anak didik. Pendidikan diadakan dua kali seminggu.
- Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PRIM-PRIA) Kampung Baru memiliki Surau Ar-Rehla sebagai pusat dakwah. Juga sebuah TPA PRIMA yang kini memiliki lebih dari 70 anak didik yang mengaji setiap hari bakda Maghrib.
- PRIM Pandan, KL memiliki Rumah Baitu Darwish yang difungsikan sebagai pusat dakwah dan TPA Baitu Darwish yang kini memiliki sekitar 25 anak didik.
- IMM Malaysia memiliki TPA IMM yang bertempat di Rumah Dakwah di Gombak, Selangor.
- Lazismu Unit Layanan Malaysia.
- MDMC Malaysia.
Islam Berkemajuan
Keseluruhan amal usaha di atas, baik yang berada di level ranting maupun yang terpusat di cabang, menegaskan dirinya sebagai gerakan sosial keagamaan, dan bahkan gerakan sosial baru. Saya sebut demikian, karena teman-teman Muhammadiyah di Malaysia, dengan latar belakang dan interest yang berbeda, disatukan dengan ragam program. Masing-masing berbagi peran dalam gerakan jamaah demi menggapai tujuan bersama: Islam Berkemajuan.
Ini mempertegas suatu harapan yang berangkat dari keprihatinan tentang cabang dan ranting, yang disampaikan oleh Ayahanda dr. Sudibyo Markus pada beberapa tahun lalu. Penggerak utama Muhammadiyah adalah cabang dan ranting. Bila mati gerakan keduanya, mati pulalah kedigdayaan organisasi Muhammadiyah sebagai kekuatan massif dan dahsyat. Menurut Ayahanda dr. Sudibyo Markus, total ranting Muhammadiyah kurang lebih 5000 jumlahnya. Yang bergerak hanya hitungan jari tangan dan kaki. Tentu situasi ini berdampak: Muhammadiyah berada dalam pusaran keropos gerakannya bila tidak segera berbenah. Munculnya Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) yang dibentuk paska Muktamar 2010 di Yogyakarta, adalah wujud gerakan berbenah itu.
Yang diperlukan ke depan adalah bangunan sebuah harapan baru. Harapan untuk menggerakkan cabang dan ranting. Harapan tentang pentingnya upaya pengembangan dan pembinaan cabang dan ranting di Persyarikatan Muhammadiyah dalam bingkai gerakan yang disebut dengan Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) secara konsisten. Ini penting karena merupakan kunci survival dan kokohnya bangunan Muhammadiyah.
GJDJ di Rantau Malaysia
PCIM dan PCIA Malaysia menurut saya telah memainkan peran dan penerapan Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) dengan beragam amal usaha yang telah dikerjakan. Penguatannya pada ranting dan cabang, bahkan gerakan itu telah menjadi semacam gerakan sosial baru yang layak diduplikasi gerakan dan modelnya. Pertanyaannya, apakah GJDJ itu?
GJDJ adalah suatu metode dakwah yang dirumuskan pertama kali oleh Ki Bagus Hadikusumo. Titik tekannya ada pada upaya meramaikan kegiatan jamaah Muhammadiyah di tingkat ranting dan cabang. Dilakukan secara berjamaah, secara solid, bukan gerombolan. Guyub sekaligus tembayan. Jamaah yang guyub, akrab, kekeluargaan, dan ramah, sekaligus gerakan jamaah yang organisatoris, tertata, dan terukur dalam bingkai tertib organisasi.
Yang menarik, metode yang dirumuskan Ki Bagus Hadikusumo ini menggunakaan kata “Gerakan Jamaah,” lalu disusul menjadi “Dakwah Jamaah.” Jadi, gerakannya harus berjamaah (solid dan visioner), dan dengan program dakwah atau pencerahan serta pengetahuan yang dilakukan secara massif dan getok tular semangatnya (dakwah jamaah). Tentu, nama metode dari Ki Bagus Hadikusumo ini mengandung filosofi yang tajam dan keren.
Filosofi GJDJ
GJDJ secara filosofis dan praktis mengandaikan dimilikinya konsep praktis tentang berjamaahnya visi dan misi organisasi yang dilakukan oleh pimpinan, jajaran pimpinan, dan anggota organisasi secara keseluruhan, mulai pimpinan pusat hingga ranting. Cabang dan ranting sebagai ujung tombak gerakan jamaah ini perlu terus bersinergi secara positif. Jadi, kata kuncinya adalah berjamaah. Baik visi misi gerakannya di tingkat filosofis, maupun programnya di tingkat praktis.
Berjamaah visi, berarti berjumpanya hati dan pikiran seluruh pimpinan di segenap level kepemimpinan dalam melaksanakan amanah bermuhammadiyah. Berjamaah manhaj, bermakna saling memberikan pemahaman tentang persyarikatan dan fungsi-fungsinya. Saling mengingatkan tentang bermuhammadiyah yang benar dan relevan dengan kebutuhan internal dan eksternal.
Berjamaah organisasi, berarti berbagi peran dan tugas dalam bidang-bidang dakwah yang digarap oleh Muhammadiyah. Sebagian warga Muhammadiyah harus ada yang berfungsi dalam bidang pendidikan, membangkitkan semangat keterbukaan dan akhlak. Berjamaah komunitas, berarti setiap pimpinan dan anggota harus memiliki kesadaran untuk tidak hidup egois dan mikir diri sendiri saja. Jadi, pada level komunitas harus ditanam selalu tentang keteguhan, kesabaran, dan keterbukaan.
Secara program bisa dimulai dari hal sederhana: perjumpaan dalam kajian Himpunan Putusan Tarjih (HPT); diskusi keagamaan dan sosial masyarakat. Dalam GJDJ yang perlu diperhatikan tidak hanya fasilitas, sikap seolah berjamaah tapi tidak berjamaah sejati, dan berjumpa tetapi seolah tidak berjumpa. Tetapi, yang lebih perlu diperhatikan adalah berjamaah yang disertai rumusan belajar, mencari pengetahuan, dan mengelola interest orang dengan sebaik mungkin. Seperti notulensi Prof. Sonny atas ceramah penulis, dalam melaksanakan GJDJ seorang aktivis Muhammadiyah itu perlu diawali dengan perjumpaan hati, dan disusuli dengan perjumpaan amal. Paguyuban sekaligus patembayan. Dengan gerakan dan model gerakan seperti ini, maka ranting dan cabang sebagai ujung tombak pergerakan Muhammadiyah, akan terkonsolidasikan dengan baik. Untuk PCIM dan PCIA Malaysia, selamat berjuang dan terus berkarya. Terima kasih atas undangan, diskusi, dan kesempatan yang diberikan. Semoga semakin jaya dan berkemajuan. Aamiin. Wallahu a’lam.
Editor: Arif