Ilmu Islam itu ada dua kutub di dunia ini, yakni ilmu yang berada di Timur dan ilmu yang berada di Barat. Kedua kutub tersebut senantiasa saling berseberangan kadangpula saling bersinergi.
Ilmu Keislaman yang Ada di Timur
Ilmu yang berada di Timur merupakan ilmu yang banyak dituntut oleh sebagian mayoritas muslim penjuru dunia. Tujuan memperdalam ilmu agama dari berbagai disiplin bahkan lintas disiplin sebagai adalah keinginan mereka menjadi ahli agama (kyai, ulama).
Kebanyakan ilmu yang berada di Timur lebih mengutamakan akhlak daripada ilmu itu sendiri. Karena ilmu bersama dengan akhlak senantiasa ilmu akan selalu terpagari dengan keadaban. Tidak suka menyombongkan dan semua ada koridornya.
Hampir mereka yang memperdalam ilmu keagamaan di Timur ialah yang mau menerjunkan diri untuk menjadi bagian dari pensyiar Islam. Mereka dalam berilmu mengutamakan tradisi salaman dan mencium tangan guru-guru mereka.
Adab ini, senantiasa menyebar luas hingga penjuru dunia, sebagai bagian dari kemulyaan guru-guru yang telah mengajarkan ilmu itu ketika ilmu dituntut di negeri Timur. Adapun negeri Timur ialah Maroko, Tunisia, Sudan, Mesir, Suriah, dan negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Ilmu Keislaman di Barat
Sedangkan ilmu dari kutub Barat, ialah ilmu yang dipelajari oleh sebagian orang. Baik Muslim maupun non-Muslim yang kadang mengkaji kajian disiplin ilmu yang sama.
Sifat ilmu di Barat ialah keterbukaannya. Mereka senantiasa selalu merasa bahwa ilmu itu dari buku, pengajaran pindah dari kepala ke kepala, bukan sedang mendoktrin agama dari misi ke misi.
Apalagi mereka yang mengambil studi Islam di Barat. Perdebatan yang alot di antara Timur dan Barat, tidak lain karena kesanadan ilmu yang dipelajarinya.
Menurut ilmu Timur, ilmu yang hendak dipelajari harus terus bersumber dari kesanadan yang jelas. Sedangkan di Barat, terlalu rumit dan panjang ketika ilmu harus berlama-lama dalam perihal tersebut.
Konsep ilmu Barat ialah mengajarkan dengan daya pikir dan historikal. Kerena ilmu diajarkan murni untuk keilmuan bukan karena doktrin agama. Karena tujuan studi di Barat ialah bukan soal meluluskannya sebagai ahli, tapi karena memang tujuan ilmu dan pengembangannya. Adapun negeri Barat ialah Kanada, Amerika, Inggris, dan beberapa negara dari kawasan Barat.
Lebih Baik Kajian Islam di Timur atau di Barat?
Dari kedua kawasan antara Timur dan Barat, studi Islam di manapun tergantung minat dari masing-masing pelajar. Hampir di Timur diminati oleh sebagian mereka yang sudah memiliki bekal mantap dari berbagai bidang agama dan disiplin keilmuannya.
Tidak sedikit di antara mereka ialah para santri, pelajar Islam dari berbagai madrasah swasta maupun negeri dari studi formal maupun non-formal. Namun, bukan berarti ketika mereka studi Islam di Barat belum mantap dalam disiplin ilmu pengantar.
Justru mereka membekali dari dua sisi, baik sisi agama maupun sisi luarnya. Karena studi di Barat akan berbenturan dengan budaya yang memang berbeda. Sehingga kedua pembekalan tersebut senantiasa menjadi benteng bagi keberlangsungan hidup dalam berilmu di Barat, termasuk mereka yang Muslim.
Kedua poros ilmu tentang studi Islam tersebut, mengajarkan bahwa ilmu memang begitu sangat luas. Perihal kajian dari doktrin Timur dan Barat, tidak lain kerena terdapat beberapa budaya dan dominasi dari suatu agama.
Namun, ketika Islam mendiaspora ke Barat dan dibalut dengan kajian ala Barat, Islam ditempatkan sebagai ilmu. Yang artinya bahwa Islam itu terdapat pada tataran ilmu yang derajatnya sama layaknya belajar ilmu-ilmu lain.
Sehingga dari situ, ilmu senantiasa memiliki sisi yang sama. Dan, terkait budaya Barat tidak mengajarkan sama sekali terkait bertemu guru harus mencium tangan, cukup kasih sapa, kalaupun salaman, juga tidak apa-apa tapi tidak sampai mencium tangan.
Sedangkan di Timur, mereka senantiasa bahwa guru ialah sumber, maka untuk memuliakannya ialah dengan mencium tangan dan melayaninya. Karena kelebihan di Timur ialah keberkahan dalam berilmu.
Dari keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kajian konsep Timur banyak diaplikasikan oleh pelajar Indonesia yang ada di pesantren-pesantren, ribath-ribath, majelis-majelis, madrasah-madrasah, dan kampus-kampus Islam.
Sedangkan mereka yang dari Barat, seringkali menjadi akademisi, yang kebanyakan di antara mereka ialah mengisi profesi dosen di kampus-kampus Islam negeri, negeri umum, maupun swasta.
***
Tapi untuk hari ini, di antara sejumlah pelajar Islam Indonesia, tak sedikit dari mereka juga mencoba merasakan studi Islam dengan keunikan Barat. Tak sedikit pula dari pelajar lain yang tidak memiliki latar belakang studi Islam dari pesantren atau madrasah, mencoba studi di kawasan dunia Timur.
Keduanya memberikan informasi begitu penting bagi perkembagan ilmu, terutama Islam. Ketika Islam dikaji di Barat, Islam menemukan poros baru dan terus berkembang dalam lintas disiplin keilmuan, dari berbagai pendekatan bahkan teori.
Sedangkan di Timur, akan banyak karya yang terus lahir yang mereka kaji dari banyak perspektif. Terutama mereka yang mengkaji dari sudut lokal atau kawasan negara asal mereka yang dibawa dalam sebuah kajian ilmiah dan menjadi tesis baru dalam perkembangan Islam. Wawllahu ‘alam bis showabb.
Editor: Yahya FR