Iqra’. Wahyu pertama yang Allah sampaikan kepada Rasulullah melalui perantara Malaikat Jibril.
“Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5)
Begitu pentingnya literasi dalam Islam, hingga dalam wahyu pertama-Nya, Allah memerintahkan untuk membaca.
Perintah iqra’ bukan hanya mencakup tentang membaca, menulis, berhitung, mengenal, meneliti, atau menganalisis saja. Namun, juga mencakup untuk menghimpun sesuatu, agar menghasilkan ilmu pengetahuan baru.
Dan sangat disayangkan, karena di zaman ini generasi muda kita sangat minim minat dalam literasi. Padahal, literasi adalah salah satu kunci majunya peradaban bangsa maupun agama.
Dikutip dari laman Kominfo, melalui riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.
Kurangnya kesadaran perihal urgensi literasi para generasi muda kita, mengakibatkan mereka tidak dapat berpikir kritis mengenai permasalahan dan sangat mudah terprovokasi dengan isu-isu yang disebarkan, tanpa meng-crosscheck kebenaran.
Dan hal seperti ini, dapat menjadi pemicu perdebatan hingga perpecahan, yang akan mengantarkan bangsa kita dalam kemunduran.
Penyebab Minimnya Literasi
Penyebab minimnya minat literasi mereka pun beragam. Di antaranya:
1. Semakin Canggihnya Teknologi
Kemajuan teknologi yang kita rasakan saat ini, menghasilkan manfaat dalam era globalisasi. Di sisi lain, semakin canggihnya teknologi mengakibatkan kita meninggalkan budaya literasi.
Semenjak adanya sosial media, sebagian banyak waktu dihabiskan untuk menjelajah dunia maya saja. Padahal jika benar-benar dimanfaatkan, kemajuan teknologi dapat menjadi sarana terbaik untuk mencari bahan literasi dan menambah pengetahuan.
2. Kurangnya Minat dalam Membaca
Selama ini, beberapa orang menganggap jika membaca tidak akan memberikan manfaat apa-apa. Membaca hanya membuat jenuh dan buang-buang waktu.
Tidak semua orang memahami, jika dengan membaca lah wawasan dapat bertambah.
3. Disibukkan pada Hal yang Tidak Bermanfaat
Alih-alih memanfaatkan waktu luang untuk membaca, generasi kita saat ini lebih memilih menghabiskan waktu luangnya untuk berfoya-foya.
Mereka lebih sibuk memainkan gawai untuk sekadar scrolling sosial media, streaming film, atau memainkan game online yang hanya memberikan hiburan sementara.
4. Tidak Memanajemen Waktu
Penyebab berikutnya adalah tidak adanya manajemen waktu. Mereka tidak mau menyediakan waktu khusus untuk membaca, di tengah rutinitas kesibukan yang dijalankan.
5. Tidak Ada Motivasi Membaca dari Lingkungan Sekitar
Lingkungan memiliki peran besar dalam pembentukan habit seseorang.
Dan salah satu permasalahan internal yang menjadi penyebab minimnya budaya literasi di Indonesia adalah tidak adanya dorongan/motivasi membaca dari lingkungan sekitar.
Jika kita lihat lagi mengenai buruknya budaya literasi generasi muda di Indonesia, maka jangan heran jika pemuda-pemuda kita kalah bersaing dalam hal akademis dengan pemuda di negara lain.
Pembenahan sangatlah diperlukan, untuk menciptakan generasi-generasi terbaik masa depan. Bangsa kita perlu generasi muda yang kritis, produktif, inovatif, dan solutif. Bukan generasi yang hanya hobi narsis dan konsumtif.
Karena pemuda memiliki peran penting untuk masa depan bangsa dan literasi adalah kunci dasar majunya sebuah peradaban yang selama ini diharapkan.
Editor: Lely N