Perspektif

Kalah Saing, Bagaimana Literasi Generasi Muda Saat Ini?

2 Mins read

Iqra’. Wahyu pertama yang Allah sampaikan kepada Rasulullah melalui perantara Malaikat Jibril.

“Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5)

Begitu pentingnya literasi dalam Islam, hingga dalam wahyu pertama-Nya, Allah memerintahkan untuk membaca.

Perintah iqra’ bukan hanya mencakup tentang membaca, menulis, berhitung, mengenal, meneliti, atau menganalisis saja. Namun, juga mencakup untuk menghimpun sesuatu, agar menghasilkan ilmu pengetahuan baru.

Dan sangat disayangkan, karena di zaman ini generasi muda kita sangat minim minat dalam literasi. Padahal, literasi adalah salah satu kunci majunya peradaban bangsa maupun agama.

Dikutip dari laman Kominfo, melalui riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

Kurangnya kesadaran perihal urgensi literasi para generasi muda kita, mengakibatkan mereka tidak dapat berpikir kritis mengenai permasalahan dan sangat mudah terprovokasi dengan isu-isu yang disebarkan, tanpa meng-crosscheck kebenaran.

Dan hal seperti ini, dapat menjadi pemicu perdebatan hingga perpecahan, yang akan mengantarkan bangsa kita dalam kemunduran.

Penyebab Minimnya Literasi

Penyebab minimnya minat literasi mereka pun beragam. Di antaranya:

1. Semakin Canggihnya Teknologi

Kemajuan teknologi yang kita rasakan saat ini, menghasilkan manfaat dalam era globalisasi. Di sisi lain, semakin canggihnya teknologi mengakibatkan kita meninggalkan budaya literasi.

Semenjak adanya sosial media, sebagian banyak waktu dihabiskan untuk menjelajah dunia maya saja. Padahal jika benar-benar dimanfaatkan, kemajuan teknologi dapat menjadi sarana terbaik untuk mencari bahan literasi dan menambah pengetahuan.

Baca Juga  Tantangan Ibu Muda Milenial di Era 4.0

2. Kurangnya Minat dalam Membaca

Selama ini, beberapa orang menganggap jika membaca tidak akan memberikan manfaat apa-apa. Membaca hanya membuat jenuh dan buang-buang waktu.

Tidak semua orang memahami, jika dengan membaca lah wawasan dapat bertambah.

3. Disibukkan pada Hal yang Tidak Bermanfaat

Alih-alih memanfaatkan waktu luang untuk membaca, generasi kita saat ini lebih memilih menghabiskan waktu luangnya untuk berfoya-foya.

Mereka lebih sibuk memainkan gawai untuk sekadar scrolling sosial media, streaming film, atau memainkan game online yang hanya memberikan hiburan sementara.

4. Tidak Memanajemen Waktu

Penyebab berikutnya adalah tidak adanya manajemen waktu. Mereka tidak mau menyediakan waktu khusus untuk membaca, di tengah rutinitas kesibukan yang dijalankan.

5. Tidak Ada Motivasi Membaca dari Lingkungan Sekitar

Lingkungan memiliki peran besar dalam pembentukan habit seseorang.

Dan salah satu permasalahan internal yang menjadi penyebab minimnya budaya literasi di Indonesia adalah tidak adanya dorongan/motivasi membaca dari lingkungan sekitar.

Jika kita lihat lagi mengenai buruknya budaya literasi generasi muda di Indonesia, maka jangan heran jika pemuda-pemuda kita kalah bersaing dalam hal akademis dengan pemuda di negara lain.

Pembenahan sangatlah diperlukan, untuk menciptakan generasi-generasi terbaik masa depan. Bangsa kita perlu generasi muda yang kritis, produktif, inovatif, dan solutif. Bukan generasi yang hanya hobi narsis dan konsumtif.

Karena pemuda memiliki peran penting untuk masa depan bangsa dan literasi adalah kunci dasar majunya sebuah peradaban yang selama ini diharapkan.

Editor: Lely N

Avatar
4 posts

About author
Revowriter. Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Berkarya untuk membangun peradaban, dengan menjadikan literasi sebagai landasan.
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds