Pada tahun 1419/1998 yang lalu artikel penulis berjudul “Perlu Paradigma Baru Menuju Kalender Islam Internasional” dimuat di Jurnal Mimbar Hukum yang merupakan salah satu jurnal bergengsi saat itu. Tulisan tersebut terinspirasi dari pemikiran Mohammad Ilyas yang dianggap sebagai peletak dasar pemikiran Kalender Islam Internasional. Oleh karena itu, tidak salah tahun ini pemerintah Malaysia memberikan penghargaan kepada Mohammad Ilyas sebagai “Tokoh Maal Hijrah Peringkat Negeri Pulau Pinang 1445/2023”. Beberapa peneliti telah menjadikan Ilyas sebagai objek penelitian, seperti Sakirman yang melakukan penelitian berjudul “Ilmu Falak Spektrum Pemikiran Mohammad Ilyas” dan Muh Rasywan Syarif yang berjudul “Perkembangan Perumusan Kalender Islam Internasional (Studi Atas Pemikiran Mohammad Ilyas).Â
Para pemikir kalender Islam global tidak bisa melupakan jasa Mohammad Ilyas dengan cara merujuk karya-karyanya yang tersebar di berbagai jurnal. Hampir setiap pertemuan Internasional yang membahas kalender Islam Internasional beliau diundang termasuk Konferensi Istanbul 1437/2016 yang menghasilkan keputusan Kalender Islam terpadu. Hanya saja pada pertemuan Istanbul 1437/2016 beliau tidak bisa hadir dan diwakilkan oleh murid kesayangannya Baharuddin Zainal. Legasi Ilyas selain karya tulis adalah Pusat Falak Syekh Tahir yang merupakan salah satu tempat observasi yang menjadi rujukan penting di Malaysia.
***
Awalnya perbincangan seputar penyatuan kalender Islam lebih mengarah pada titik temu antara hisab dan rukyat. Cara pandang ini bagi Ilyas tidak menyelesaikan masalah bagi penyatuan umat Islam dalam memulai dan mengakhiri Ramadan. Berbagai dokumen penting bisa dibaca kembali bagaimana peran Ilyas dalam mewujudkan kalender Islam global. Salah satunya adalah buku yang berjudul “New Moon’s Visibility and International Islamic Calendar For The Asia-Pacific Region, 1407-1421”. Kehadiran kalender Islam global hasil Konferensi Turkiye 1437/2016 merupakan kesinambungan dari gagasan yang dicanangkan oleh Ilyas dengan modifikasi sesuai tuntutan zaman.
Sebelum hadirnya konsep kalender Islam global Turkiye 1437/2016 para ahli telah mewacanakan berbagai konsep kalender Islam global. Salah satunya Ahmed M. Kalnad mengusulkan wilayah Tamatagi sebagai Garis Batas Tanggal Islam Internasional dalam pembuatan kalender Islam internasional. Gagasan Ahmed ini kurang memperoleh respons dari para ahli kalender Islam global. Hal ini dibuktikan dalam berbagai pertemuan internasional tidak dijadikan salah satu isu penting dalam perumusan kalender Islam global. Gagasan Ahmed ini juga tidak disertai contoh sebagaimana yang dilakukan oleh Ilyas dan hasil Konferensi Turkiye 1437/2016.Â
Umat Islam sudah lama merindukan hadirnya kalender Islam pemersatu yang dapat dijadikan rujukan bersama dalam bidang muamalah dan ibadah. Menurut imam besar masjid Hagia Sophia Ferruh Mustuer Kimdir bahwa kehadiran kalender Islam global merupakan sebuah keniscayaan dan ide brilian untuk menyatukan umat Islam se-dunia. Kini secara perlahan kalender Islam global Turkiye 1427/2016 mulai dilirik untuk diimplementasikan. Bahkan menurut penuturan Ahmed Jaballah masyarakat muslim Eropa mayoritas telah menggunakan kalender Islam global.
***
Muhammadiyah yang aktif melakukan kajian dan memasyarakatkan kalender Islam global juga berencana akan melaunching penggunaan kalender Islam global dengan mempersiapkan 100 tahun hasil perhitungan untuk dijadikan rujukan. Langkah Muhammadiyah ini diapresiasi oleh Ahmed Jaballah Wakil Ketua Majelis Fatwa dan Riset Eropa (European Council for Fatwa and Research) yang disampaikan pada Diskusi Ketarjihan tanggal 5 Safar 1445/21 Agustus 2023 dengan tema “Kalender Hijriah Global Terpadu dan Pengalaman Muslim di Eropa”. Selanjutnya implementasi dan sosialisasi perlu digerakkan bersama secara terus-menerus. Dalam konteks global pihak Diyanet Turkiye bisa melanjutkan rencana yang telah disusun.
Sementara itu kawasan anggota MABIMS terus berikhtiar dan mengambil bagian dengan cara memadukan hasil Turkiye 1437/2016 dan hasil rekomendasi Jakarta 1438/2017. Hal ini dilakukan sebagai “jalan tengah”. Dengan kata lain konsep dasar Kalender Islam Global merujuk hasil Turkiye, sedangkan kriteria merujuk hasil Rekomendasi Jakarta. Dalam pandangan penulis konsep kalender Islam global Turkiye 1437/2016 merupakan konsep jalan tengah yang terbaik saat ini dan terbuka untuk disempurnakan. Sementara itu kriteria ketinggian 3 derajat dan elongasi 6 derajat dapat diadopsi dalam implementasi pembuatan kalender Islam pemersatu ke depan. Namun perlu disadari perubahan ini harus melalui mekanisme yang telah disepakati.
Dengan demikian sambil menunggu proses perubahan dan perbaikan. Implementasi hasil Konferensi Turkiye dapat dilakukan bersama-sama sehingga dapat diketahui titik kelemahan dan kelebihan konsep kalender Islam yang dikembangkan. Disinilah arti penting dilakukan monitoring dan evaluasi berkelanjutan sehingga dapat dipetakan negara-negara mana saja yang siap mengimplementasikan dan negara-negara mana saja yang masih mengalami kendala untuk mengimplementasikan. Selanjutnya kendala tersebut juga perlu dipetakan. Apakah kendala bersifat pola pikir keagamaan atau penerimaan terhadap sains dan teknologi. Pemetaan ini menjadi penting sekaligus dapat belajar dengan masyarakat muslim Eropa dalam menerima kalender Islam global sebagai acuan bersama.
Editor: Soleh