Dakwah menjadi bagian penting dari seorang Muslim. Seperti yang pada umumnya masyarakat pikirkan, bahwa dakwah merupakan penyampaian suatu pengetahuan dari seorang Muslim atas apa yang ia peroleh melalui sebuah pembelajaran. Bukan hanya itu, biasanya dakwah dimaknai dengan kegiatan keislaman dalam konteks khutbah atau ceramah.
Padahal, dakwah sendiri memiliki makna yang sangat luas. Tidak terbatas pada kegiatan khutbah, ceramah, maupun ta’lim di masjid-masjid setempat, tapi dakwah adalah upaya amar ma’ruf nahi munkar di segala tempat yang bisa kita jangkau. Ketika seseorang melihat suatu permasalahan atau kemaksiatan, maka upaya pencegahan atas hal tersebut adalah sebuah jalan dakwah.
Dalam hal ini, Jalaluddin Rahmat (biasa dipanggil Kang Jalal) menjabarkan dakwah dalam konteks semangat pendidikan. Kang Jalal adalah seorang pakar komunikasi lulusan Lowa State University dan doktor ilmu politik dari Australian National University.
Selain pakar dalam hal komunikasi, Kang Jalal juga berkonsentrasi pada kajian keislaman. Banyak karya-karya beliau yang tersohor dari berbagai macam cabang keilmuan Islam, seperti Islam Alternatif, Islam Aktual, Rekayasa Sosial, Psikologi Komunikasi dan masih banyak lagi.
Pengalaman Kang Jalal pun turut mewarnai pemikirannya, mulai dari seorang cendekiawan sampai politisi. Namun, orientasi kajian beliau adalah pada semangat pembebasan kaum mustadhafin. Inilah yang nantinya akan penulis ulas dari dakwah dan pendidikan dalam semangat pembebasan.
Dakwah sebagai Langkah Gerakan Berislam
Dalam buku Islam Alternatif, Kang Jalal memberikan pantikan melalui keteladanan Rasulullah sebagai seorang pendidik. Beliau menguraikan apa yang bisa kita pelajari dari metode Muhammad ketika mendidik umatnya. Muhammad sungguh telah membawa ajaran Allah agar bisa terdistribusi ke seluruh elemen masyarakat.
Bukan hanya itu, Muhammad berperan sebagai penerjemah dari ayat-ayat Allah supaya masyarakat bisa memahaminya dan mengamalkannya dengan baik. Melalui dakwah ini, Muhammad melahirkan ketertiban dan stabilitas dalam perkembangan Islam.
Perkembangan konsep negara, militer, hingga sistem tata kelola masyarakat dapat berhasil ketika masyarakat mempunyai akses pengetahuan akan hal tersebut. Maka, inilah yang menjadi fungsi dakwah karena mengangkat perilaku manusia dari ketertinggalan.
Kang Jalal menegaskan kembali apa yang telah disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam komentarnya terhadap Quran surat Yusuf ayat 108 yang meyakinkan Muhammad atas jalan yang ia ambil adalah jalan dakwah. Jadi, jalan yang Muhammad pilih adalah suatu ajaran ketauhidan supaya bisa mengantarkan masyarakat kepada keyakinan atas keesaan Allah. Dari keyakinan inilah yang nantinya dapat menciptakan masyarakat yang sejahtera.
Konsep Pendidikan dalam Islam
Kita sering mendengar bahwa pendidikan adalah proses transfer value dari hubungan guru dan murid. Transfer value ini berfungsi untuk mengubah sikap dan perilaku melalui pengetahuan. Maka, pendidikan di sini sangat identik dengan upaya dakwah.
Jika pemahaman atas amar ma’ruf nahi munkar dijadikan syarat seorang muslim, maka setiap muslim adalah wajib menjadi pendidik. Pendidik yang tidak terbatas pada formalitas kegiatan yang diselenggarakat di institusi-institusi sekolah, tapi pendidik kepada manusia lain yang bisa kita ubah perilakunya menuju kebaikan.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan manusia yang merdeka yang tidak melewati batasan-batasan ajaran Islam. Jadi, pengupayaan pendidikan adalah supaya manusia bisa memahami syariat dan terbebas dari ketertindasan yang tidak diajarkan Islam. Targetnya agar seorang yang terdidik bisa menikmati kehidupan yang telah Allah ajarkan, sehingga tidak lagi dibelenggu oleh orang lain yang berusaha mengeksploitasinya.
Kang Jalal memberikan rician bagaimana pendidikan itu memiliki prinsip dakwah. Pertama, dakwah Islam melalui lembaga-lembaga pendidikan harus membantu proses pencapaian tingkat kesempurnaan iman dan ilmu. Dari iman dan ilmu ini dapat menuntun pada amal saleh dan ilmu yang bermanfaat, prinsip ini mengajarkan bahwa Islam memperhatikan kualitas, bukan kuantitas.
Kedua, menjadikan Rasulullah sebagai uswatun hasanah. Prinsip ini menekankan bahwa pendidikan harus mampu memperkenalkan Muhammad sebagai teladan dan bisa menanamkan rasa cinta serta takzim kepadanya. Muhammad-lah yang telah memberikan motivasi untuk menuntut ilmu.
Menuntut ilmu adalah proses yang mulia, karena proses ini dapat bermanfaat bagi orang lain ketika diajarkan atau dipraktikan, apabila tidak maka dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri sebagai bentuk bertahan hidup.
Ketiga, Al-Quran menunjukkan bahwa pada diri manusia berpotensi dapat melakukan kebaikan dan melakukan kejahatan sekaligus. Potensi negatif meliputi, lemah, tergesa-gesa, berkeluh kesah, sombong, dan sebagainya, di samping bahwa manusia diciptakan dengan bentuk yang paling baik sekaligus makhluk yang sempurna. Maka, dakwah harus ditanamkan supaya meningkatkan potensi-potensi baik manusia dan mengurangi potensi-potensi yang buruk.
Bentuk-bentuk Dakwah dalam Pendidikan
Ada empat poin dalam bentuk-bentuk dakwah Islam menurut Kang Jalal:
- Tilawah. Tujuan tilawah adalah untuk memandang fenomena alam sebagai ayat Allah dan memandang segala yang diciptakannya tidak lah sia-sia. Indikatornya melalui tafakur dan zikir. Contoh kegiatannya kelompok kegiatan keilmiahan yang dibimbing oleh ahli.
- Tazkiyah. Tazkiyah adalah sebuah proses penyucian diri, baik fisik (membersihkan diri dan lingkungan) maupun rohani (menjaga kesucian hati). Hal ini bisa dilihat pada gerakan kebersihan, ceramah, pemeliharaan syiar Islam, hingga pengembangan kontrol sosial.
- Ta’lim. Ta’lim ini lebih bersifat kognitif secara akali maupun ruhaniyah, yakni berproses pada membaca, memahami, merenungkan Al-Quran.
- Islah. Pada poin empat ini merupakan poin yang pragmatis, yakni bagaimana seseorang itu sendiri dapat mempraktikkan apa yang telah ia peroleh melalui emansipasi terhadap penderitaan orang lain, merasa terpanggil kepada kelompok mustadh’afin, maupun berupaya menjembatani perbedaan paham dan memelihara ukhuwah Islamiyah. Islah bisa dilakukan dalam kegiatan kampanye amal saleh, kunjungan ke kelompok dhu’afa, bersedekah, proyek sosial, dan lain-lain.
Semangat dakwah melalui pendidikan yang telah diutarakan di atas menjadi refleksi bagi kita. Pendidikan sebagai hal yang fundamental bagi setiap Muslim patut kita lihat kembali, sejauh mana kita bisa mengedukasi masyarakat akan syariat Islam?
Perlu upaya terus menerus dalam menggelorakan semangat pendidikan ini. Sebab dalam setiap langkah pendidikan adalah bagian dari dakwah Islam, maka bisa kita tanyakan ulang kepada diri kita apakah kita telah mendidik dengan niat karena Allah? Mari renungkan bersama.
Editor: Soleh