Sa’id Mursi | Perkembangan dan tumbuh kembang anak merupakan hal yang urgen dalam kehidupan. Sebab, proses itulah yang akan dilihat, dialami, dan dipantau oleh orang tua setelah mereka melahirkan seorang anak. Proses perkembangan anak, tidak lepas dari perawatan dan penjagaan orang tua. Sehingga proses tumbuh kembang anak adalah prioritas bagi mereka. Dalam literatur lain, kegiatan ini dinamai dengan parenting.
Sebelum mengkaji penelitian tahnik, alangkah baiknya mengetahui sedikit ilmu tentang parenting. Parenting adalah upaya pendidikan yang dilaksanakan oleh keluarga dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dalam keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Parenting sebagai proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anak-anak mereka yang meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut: memberi makan (nourishing), memberi petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anak-anak ketika mereka tumbuh berkembang. Penggunaan kata “parenting” untuk aktivitas orang tua dan anak di sini karena memang sampai saat ini belum ada pendanaan kata dalam bahasa Indonesia yang tepat.
Buku Fann At-Tarbiyah al-Aulad Karya Sa’id Mursi
Berkaitan dengan perkembangan anak, Islam menjabarkan tentang hal ini. Dalam sebuah kitab yang dikarang oleh Syaikh Muhammad Sa’id Mursi dengan judul “Fann At-Tarbiyah al-Aulad” (Seni Mendidik Anak) yang terdiri dari dua jilid, penulis mengambil pembahasan dari jilid pertama pada judul “Khasa’isu At-Tifli” (Kekhususan Anak Kecil).
Syaikh Sa’id Mursi menuturkan bahwa periode bayi ini dianggap periode yang paling penting dalam kehidupan seorang manusia. Sebab, menurut Sa’id Mursi, pada periode inilah anak mengalami proses perubahan bentuk, gerak-gerak, dan hingga berproses menjadi manusia yang sesungguhnya.
Usia bayi hingga enam tahun juga dianggap penting, karena ada perlakuan tertentu terhadap anak ditahap itu. Sa’id Mursi juga menuturkan ciri-ciri dan karakteristik anak bayi. Adapun beberapa karakteristik yang digambarkan sebagai berikut:
Banyak Gerak dan Tidak Diam
فالطفل يتحرك كثيراً ولا يجلس في مكان واحد لفترة طويلة ورسول الله له يقول : عراقة الصبي في صغره زيادة في عقله عند كبره ) رواه الترمذي.
أى إن الحركة الكثيرة واللعب الدائم وعدم الاستقرار والصعود والنزول وغير ذلك يزيد ذكاء الطفل وخبرته بعد أن يكبر
Anak bayi (batita/balita) itu melakukan banyak gerakan dan tidak bisa diam disatu tenpat tertentu, karena demikian itulah merupakan fitrah seorang anak. Rasulullah Saw bersabda:
عراقة الصبي فى صغره زيادة فى عقله عند كبره. رواه الترمذي
Kenakalan seorang anak laki-laki di masa kecilnya adalah tanda kelebihan kecerdasannya sebagai orang dewasa (HR. Tirmidzi).
Sesungguhnya anak kecil yang banyak gerak, dan selalu bermain dan tidak bisa diam suka naik ataupun turun itu menambah kecerdasan anak dan akan membekas ketika dia besar.
Namun tentu harus ada pendampingan juga dari orang tuanya. Beberapa anjuran bagi orang tua untuk mengarahkan anak agar memaksimalkan banyak geraknya anak di usia ini sebagai berikut:
- Ibu membawa anak dengan mengisi dan memberikan contoh dengan ketaatan dan perbuatan yang bermanfaat, sebab jika tidak diisi dengan ketaatan, maka akan diisi dengan maksiat dan perbuatan yang tidak bermanfaat.
- Mendatangi kerabat, teman dan tetangga yang mempunyai anak yang seumur dengan anak bunda agar bergaul dengan anak yang saleh yang dapat mendidik anak-anak mereka kepada kepribadian yang lurus dan akhlak yang baik agar terselamatkan dari ucapan-ucapan dan perangai yang buruk.
- Mengajak anak keluar untuk bertamasya, minimal seminggu sekali (Fannu Tarbiyah al-Aulad: 13-14)
Peniruan yang Kuat
فالطفل يقلد الكبير خاصة الوالدين والمدرسين في الحسن والقبيح، فالأب يصلى فيحاول الابن تقليده، ويشرب الدخان فيحاول الابن تقليده وهكذا
Pada fase ini, anak akan meniru secara khusus apa yang dilakukan oleh kedua orang tua, guru yang mencakup perbuatan baik dan buruk. Maka ketika seorang ayah shalat, anak akan mengikutinya shalat. Ketika ayah merokok, maka sang anakpun akan ikut merokok (Fannu Tarbiyah al-Aulad: 13-14).
Orang tua pada fase ini harus memberikan contoh yang baik kepada anak. Dengan membiasakan amalan-amalan ibadah, mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, dan memberi tahu sang anak tentang perbuatan baik dan ibadah yang dilakukan. Niscaya akan membekas pada pikiran anak.
Banyak Bertanya
فهو يسأل عن أى شيء و فى أى وقت وبأي كيفية
Tabiat dari seorang anak adalah suka bertanya. Maka seorang anak akan bertanya tentang apa pun dan kapanpun dan dengan cara bagaimana. Sehingga orang tua dan guru perlu sabar menanggapi dan merespon pembelajaran anak. Sebab, hal itu yang justru akan menambah kembang pertumbuhan sang anak (Fannu Tarbiyah al-Aulad: 15).
Suka Bermain dan Bersenang-Senang
وهذا ليس عيباً بل إن اللعب قد يكون وسيلة لاكتساب المهارات وتجميع الخبرات وتنمية الذكاء وأفضل وسيلة للتعليم هى اللعب
Rasa gemar bermain dan bersenang-senang bukanlah sebuah aib. Justru permainan merupakan wasilah untuk mengungkap kemampuan dan mengumpulkan kabar-kabar serta mengembangkan kecerdasan. Adapun sebaik-baiknya cara/wasilah untuk mengajar adalah bermain.
Orang tua harus faham dan peka kepada anak jika anak pada usia 3-6 tahun sering bermain, maka itu merupakan fitrah bagi dunia mereka. Justru pada tahap itulah kemampuan atau potensi anak terungkap, dan kecerdasannya berkembang.
Suka Bersaing dan Berbantah
وهذه إن رشدت ووجهت لكانت عاملا مهما في التفوق والابتكار فتقول لابنك: لا أحب أن تكون متاخرا في شيء بل لابد أن تكون الأول دائماء.
Pembahasan gemar bersaing dan berbantah sudah diberikan petunjuk dan dilakukan dan diamalkan bagaimanapun pada persaingan dan pemikiran. Maka engkau berkata pada anakmu, “Aku tidak suka engkau menjadi terakhir, akan tetapi engkau harus jadi yang pertama.”
Sehingga sang anak gemar untuk melakukan persaingan dalam kondisi apapun. Akademik, kompetisi, perlombaan dan lain-lain yang berkaitan dengan persaingan maka perlu dipahami bahwa itu adalah fasenya.
Oleh karena itu, sebagai orang tua yang sudah memahami karakteristik perkembangan anak dalam perspektif Islam bagaimana, dan satu hal lainnya harus mengerti dan mampu bersikap sesuai dengan anaknya dan kondisi terhadap suatu pencapaian.
Editor: Yahya