Perspektif

Kebangkitan IMM: dari DPP(S) IMM Hingga Fokal

4 Mins read

Selama 10 tahun IMM pernah tidak terurus, laa yamuutu walaa yahyaa, lantaran DPP-nya kurang mampu menjalankan amanat Muktamar, hingga PP Muhammadiyah mengeluarkan kebijakan membentuk DPP IMM dengan SK No.10/PP/1985 dengan ketua Immawan Wahyudi dan beberapa orang ketua, a.l.: M. Din Syamsuddin dan Anwar Abbas.

Kelahiran SK PP Muhammadiyah inilah (1985) yang dalam sejarahnya disebut sebagai tahun kebangkitan kembali IMM, yang kebetulan saya memunyai sedikit kenangan dengan beberapa almarhum di Pimpinan Pusat Muhammadiyah), yaitu antara lain dengan (1) Alm. AR Fachruddin (Pak AR, Ketua PP Muhammadiyah), (2) Alm. H.S. Prodjokusumo (Wakil Ketua), (3) H. Sutrisno Muhdam (Wakil Ketua), dan (4) H.M. Djazman Alkindi (Ketua Majelis Diktilitbang)  –  semuanya, almarhum rahimahumullah.

Kenangan Pertama Bersama Pak AR

Kenangan pertama bersama Pak AR, dimulai ketika IMM Ciputat mengundang Pak AR untuk berceramah di acara Sambungrasa IMM Cabang Ciputat, 1984. Ketika itu, Ketua Umum IMM Cabang Ciputat (Periode 1984-1986) dijabat oleh almarhum Abd. Fattah Wibisono, Ketua PCM Ciputat dijabat almarhum HMA Syarifuddin,

Ketua PDM Tangerang dijabat almarhum H. Muhaimin Nur, dan ketua PWM DKI dijabat H. Amiruddin Siregar. Saya sendiri ketika itu sebagai Sekretaris Umum PC IMM Ciputat sekaligus Ketua Panitia Sambungrasa tersebut.

Yang paling terkesan, yaitu ketika Pak AR memulai berceramah; beliau banyak memuji keberanian dan keberadaan IMM Ciputat. Dengan bahasa humornya yang segar dan pas, Pak AR mengkritik habis peran Pimpinan Muhammadiyah dalam membina IMM.

Menurut Pak AR, bahwa IMM adalah anak bungsu Persyarikatan. Sebagai orangtua, Muhammadiyah tentu memahami sifat dan karakter anak bungsu itu seperti apa. “Dari buntut sampai kepala, saya tahu”, saya tahu katanya bikin gerrr.

Apa yang disampaikan Pak AR, terkait dengan apa yang saya sampaikan ketika memohon kesediaan beliau.

Baca Juga  IMM: Aku Islam, Maka Aku Indonesia

Waktu itu, di kediaman Pak Tris (almarhum Sutrisno Muhdam) saya atas nama panitia mengungkapkan uneg-uneg, bahwa tekad IMM Cabang Ciputat mengundang Pak AR sesungguhnya tidak direstui oleh PCM, PDM, bahkan PWM DKI.

Mungkin karena mereka enggan menyumbang lebih dari nasi bungkus, akhirnya IMM Cabang Ciputat dianggap tidak sopan. Menurut mereka, Pak AR itu orang besar, sebagai Ketua (Umum) PP Muhammadiyah.

Ortom sekelas IMM Cabang, tidak level mengundang Pak AR, dan banyak hal yang saya ceritakan. Kesimpulannya, setelah Pak AR mendengar ocehan saya, Pak AR hanya manggut-manggut lalu berujar: Insya-Allah saya datang. Kemudian, saya pun pamit dengan menahan rasa senang dan bangga.

Kenangan Bersama Almarhum H.S. Prodjokusumo

Kenangan kedua bersama almarhum H.S. Prodjokusumo rahimahullah. Waktu itu, saya melalui almarhum Lukman Harun diterima bekerja di sekretariat PP Muhammadiyah di Menteng Raya 62.

Di samping sebagai karyawan PP, saya juga kala itu sebagai Ketua LPP DPD IMM DKI Jakarta (Ketua Umum DPD IMM DKI waktu itu dijabat oleh Tatang Sutahyar). Suatu ketika, saat saya bekerja tiba-tiba almarhum Prodjokusumo menyodorkan majalah Suara Muhammadiyah yang sudah lama (No.12/Juni 1983) yang di dalamnya ada tulisan beliau yang berjudul, IMM Anakku, Bangkitlah.

Almarhum berpesan supaya tulisan itu digandakan dan disebar untuk aktivis IMM se-DKI Jakarta. Alhamdulillah, Ketua BKP-AMM DKI Jakarta ketika itu dijabat oleh Pak Wardi (almarhum Drs. H.M. Suwardi) berkenan menggandakan, dan tulisan almarhum pun menyebar ke mana-mana, dan kemudian pada 1984 IMM DKI pun bergerak membentuk Care-Taker DPP IMM sebelum akhirnya membubarkan diri setelah PP Muhammadiyah membentuk DPP(s) IMM tahun 1985 sebagaimana tersebut di atas.

Kenangan Bersama Mohammad Djazman Al-Kindi

Ketiga, kenangan bersama almarhum Drs. H. Mohammad Djazman Al-Kindi, M.BA. Rahimahullah; pemrakarsa dan Ketua Pertama DPP IMM.

Baca Juga  Tantangan Ibu Muda Milenial di Era 4.0

Kebetulan, waktu itu almarhum adalah penggagas (sekaligus Ketua Pertama) Majelis Pendidikan Tinggi, (Penelitian dan Pengembangan) PP Muhammadiyah. Ketika berada di Jakarta, saya mengajukan permohonan beasiswa dan alhamdulillah diterima kuliah di IKIP MJ (kini UHAMKA).

Sebagai aktivis IMM, saya mendapat arahan yang intinya menekankan supaya aktivis IMM tidak boleh berputus asa dalam studi. Masalah biaya, gampang. Majelis Diktilitbang (waktu itu) memunyai program antara lain akan membantu masa depan studi kader-kader IMM yang dinilai militant dan berprestasi. Masa depan PTM, ada di tangan IMM, demikian kata dan atau pesan almarhum rahimahullah.

Selain itu, yang paling terkesan dari almarhum, yaitu setelah tulisan saya tentang sejarah IMM dimuat di Bulletin Ta’dib IKIP-MJ, kemudian diterbitkan oleh DPP IMM Periode Dr. H. Nizam Burhanuddin.

Dalam tulisan tersebut, saya menolak anggapan yang sudah merata di kalangan aktivis IMM, bahwa Pak Djazman (panggilan dekatnya) adalah pendiri IMM, dan menolak interpretasi oknum PP Muhammadiyah yang kala itu (dan sekarang) masih ada yang bersikukuh bahwa IMM lahir karena HMI akan dibubarkan.

Karena HMI batal bubar, maka sejarah kelahiran IMM perlu dibungkus dan karenanya pula IMM perlu dicoret dari jajaran Ortom AMM. Bagaimana reaksi almarhum? Tidak ada masalah terhadap sejarah IMM yang saya susun, dan kepada saya almarhum menyampaikan selamat.

Kesan Pertemuan dengan H. Sutrisno

Kesan keempat, yaitu dengan almarhum H. Sutrisno Muhdam. Kedekatan saya dengan almarhum, diawali ketika saya mendengar kabar bahwa Pak AR ada di rumahnya dan sesuai rencana saya akan memohon kesediaan Pak AR untuk menengok IMM Cabang Ciputat.

Waktu itu, almarhum sempat menyodorkan (memberi) kemeja putih yang langsung saya pakai lantaran saya berbasah-basah kehujanan sebelum sampai ke rumah beliau menemui Pak AR.

Baca Juga  Kisah Perjuangan Hidup Sang Marbot, Mengabdi Penuh untuk Persyarikatan

Sejak inilah, saya menilai almarhum Sutrisno Muhdam Rahimahullah, sangat besar perannya dalam proses pemupukan jatidiri IMM di DKI Jakarta. Sampai akhir hayatnya, setiap ketemu dengan saya, tema pembicaraan yang dibuka hanya soal IMM, yang lain hampir tidak ada.

Keterlibatan beliau sejak proses pembentukan DPPs IMM oleh PP Muhammadiyah, bersama almarhum H.S. Prodjokusumo dan almarhum H. Kusnadi, tak pernah lupa untuk membangkitkan semangat ber-IMM kepada saya khususnya dan keluarga besar IMM DKI Jakarta umumnya.

Pembentukan FOKAL IMM

Kesan ke-IMM-an terakhir saya bersama para almarhum di atas, yaitu ketika saya bersama teman-teman alumni berencana membentuk dan mempersatukan kelompok-kelompok alumni IMM secara nasional.

Di Jakarta waktu itu, ada beberapa kelompok alumni IMM; ada yang bernama Alumni 14 Maret dikomandani oleh almarhum Husni Thamrin, Hasanuddin Muhdar, Iskandar Sembiring, dll.

Ada Fosko (Forum Studi dan Komunikasi) Alumni IMM yang diprakarsai oleh antara lain almarhum Sjaiful Ridjal, ada kelompok alumni PERKASA (Pertahanan Kalimat Syahadatain) yang dikomandani oleh antara lain M. Yunan Yusuf, M. Din Syamsudin, Anwar Abbas, dan masih banyak lagi.

Berkat bantuan dan kesungguhan para almarhum tadi itulah saya bersama-sama alumni IMM Ciputat kala itu memprakarsai mengadakan Silaturrahmi Nasional Alumni IMM, yang kemudian dalam acara ini terjadi Deklarasi Pendirian Forum Komunikasi Alumni (Fokal) IMM, dihadir-restui oleh M. Amien Rais, sebagai Ketua PP Muhammadiyah, Syahril Syah, dan Abd. Rohim Ghazali sebagai Ketum dan Sekjen DPP IMM.

Sedangkan, sebagai Ketua Kornas Fokal IMM terpilih, yaitu Sudarnoto Abdul Hakim dengan Noor Chozin Agham sebagai Sekretaris. Kini, Kornas Fokal IMM diketuaumumi oleh Dr. Armyn Gultom, M.Si. dan Azrul Tanjung sebagai Sekjen.

Editor: Yahya FR

Avatar
13 posts

About author
Noor Chozin Agham, dosen UHAMKA dan UMT Indonesia, Penulis Buku : ISLAM BERKEMAJUAN gaya MUHAMMADIYAH - Telaah terhadap Akidah, Akhlak, Ibadah, dan Mu'amalah Duniawiyah - UHAMKA Press, 2015
Articles
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds