Akhir-akhir ini jagat dunia maya dihebohkan kelakuan yang tidak menyenangkan dari warganet negara “berflower” (negara berkembang, maksudnya Indonesia .red). Pasalnya ada gerakan-gerakan masif yang menjijikkan di media sosial, hingga sulit diterima akal sehat masyarakat timur pada umumnya. Hal ini pun jadi kelakuan memalukan oleh warganet Indonesia.
Kelakuan Memalukan Warganet Indonesia
Seperti kita ketahui, banyak penikmat medsos ditengah pandemi berubah jadi lebih menakutkan dan terkesan lebih beringas dari Covid-19. Entah terlalu banyak rebahan atau kurang piknik, yang jelas komentar negatif tanpa dibarengi pengetahuan bisa berujung pada sikap primitif. Bahkan memunculkan kelakuan memalukan dari warganet Indonesia.
Di awal masa karantina, media sosial diributkan oleh komentar berbau porno di akun Instagram Pangeran Brunei Darussalam, atau Pangeran Mateen. Tanpa canggung, beberapa wanita di negara yang banyak pengguna internet ini menyelinap masuk di kolom komentar, tanpa basa-basi. Banyak sekali bacotan yang kurang mendidik.
Ada beberapa komentar yang menarik perhatian, namun komentar “rahimku anget yang” dan komentar “rahimku bergetar” menandakan kalau sekolah jangan sampai pamit sama orang tua aja. Tidak sampai di situ, keberingasan tersebut berlanjut ke akun instagram milik Sang pacar Pangeran Brunei itu.
Belum kering banjir komentar di akun instagram milik Pangeran Brunei tersebut, kasus berbeda hasil kelakuan memalukan warganet Indonesia menimpa aktris asal Korea Selatan bernama “Han So Hee”.
Film drama romantis asal negeri gingseng yang berjudul The World of The Married berhasil menarik perhatian pecinta drama. Film yang menceritakan tentang pernikahan dan juga perselingkuhan, membuat netizen budiman salah kaprah dan menyerang Han So Hee di akun Instagram-nya.
Han So Hee
Akting Han So Hee yang apik dalam memerankan sosok pelakor (perebut laki orang) yang bernama Yeo Da Kyun justru ditanggapi sinis oleh penikmat drama Korea tersebut. Seketika akun Instagram Han banjir bully dan banyak komentar buruk dari para netizen negara berflower.
Budaya yang suka marah-marah tak jelas dan buta logika menyasar individu yang tidak salah. Banyak warganet justru tidak bisa membedakan yang mana nyata dan mana fiktif belaka. Mungkin tak sedikit yang marah-marah itu kalau dia belajar PKn justru molor dikelas, makanya tidak beretika dan tidak berfikir dulu dalam berkomentar.
Dari banyak nya komentar, “mba, kamu cantik lo eman-eman kalo jadi pelakor” menjadi komentar yang harus saya kasih jempol ke bawah. Halnya, sejak kapan Warga Negara Korea Selatan bisa berbahasa Indonesia, dan sejak kapan mereka tau huruf non Hangeul? (kecuali mereka ikut kursus bahasa), Kalau mau bego yah jangan kebangetan begonya.
Umpatan demi umpatan dilayangkan di akun media sosial milik Han So Hee, hingga akhirnya mengundang reaksi keras dari warganet Korea Selatan dan juga menjadi sorotan media besar di sana. Kata “pelakor” menjadi buah bibir di negeri ginseng tersebut, nahkan di situs pencarian asal Korea cafe.naver.com kata pelakor menjadi pencarian utama.
Reemar Martin
Tidak sampai di situ, dalam waktu berdekatan kasus serupa akhirnya menyasar ke Reemar Martin, Tiktokers asal Filipina. Usut punya usut, Reemar diserang warganet asal Indonesia karena berbagai alasan. Alasannya pun tidak masuk akal, ada yang beberanggapan kalo Reemar adalah biang keladi kandasnya hubungan seseorang, dan ada pula yang mempermasalahkan kecantikannya.
Merengsek ke media sosial, Sejumlah warganet dari para wanita beramai-ramai me-report seluruh akun media sosial Reemar Martin. Warganet yang membenci dia berhasil menlenyapkan akun media sosial milik Reemar mulai dari Instagram, Facebook, hingga Twitter.
Mau tak mau, memaksa Reemar harus kehilangan akun Instagramnya dan juga ratusan ribu penggemarnya yang telah mengikutinya di media sosial.
Bak gayung bersambut, para penggemar Reemar yang cowok, akhirnya menyerang balik akun media sosial milik BTS karena dianggap lebih berbahaya ketimbang Reemar. Ibarat kata pepatah “Rumput tetangga terlihat lebih hijau”.
“Oalah negeriku… “
Bacotan yang tidak terpuji belakangan ini justru menghilangkan marwah Bangsa Indonesia terutama kaum hawa. Alasannya banyak yang tidak sependapat akhirnya diseret dalam setiap perkara.
Asumsi negatif pun dilayangkan oleh beberapa negara ke Indonesia. Padahal di tengah pandemi Covid-19 kita seharusnya lebih produktif lagi dalam pengolahan kata dan bahasa. Bukan justru melakukan halu tingkat expert seperti dalam kasus di atas.
Seperti kita ketahui, Indonesia memiliki pahlawan wanita yang sangat berjasa tanpa julid terlebih dahulu. Contohnya Malahayati yang mampu menumbangkan Cornelis de Houtman, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, RA Kartini dan masih banyak lagi dengan cerita perjuangannya masing-masing.
Halu Tingkat Expert
“Lalu apa kabar wanita hari ini?”
Penulis tak menyalahkan seratus persen wanita, hanya saja perilaku halu tingkat expert sebagian orang sangat berpengaruh mengubah perspektif terhadap sejumlah orang. Sebagai negara teramah menurut beberapa sumber, kita seharusnya lebih menjaga nalar dalam berfikir dan tangan-tangan jahil kita dalam berkomentar.
Ibarat kata pepatah, nasi sudah menjadi bubur, maka selamanya image negatif bakal tetap menghantui warganet Indonesia, termasuk mereka yang tidak melakukannya.
Terlepas dari pandemi, jargon “Belajar di Rumah” oleh pemerintah justru tidak dipakai oleh sebagian orang, yang mengakibatkan gagap dalam mengambil bahasa. Kawan-kawan justru lupa cara berdialektika dengan baik, mungkin saja sebabnya karena jarang interaksi dengan orang sekitar makanya otak jadi berdebu.
“Uppss…. “
Semoga kita lebih bijak dalam menggunakan media sosial, tidak mudah baper terhadap yang belum pasti benar, terlalu overreacting dan justru memancing keributan.
Editor: Nabhan