Alur perkembangan kehidupan di dunia ini berjalan berdasarkan rangkaian keinginan yang dibuat oleh manusia. Dengan adanya keinginan dalam diri seseorang, maka akan menimbulkan dorongan untuk melakukan sesuatu. Namun manusia pada dasarnya bukanlah makhluk yang sempurna, sehingga terkadang keinginan yang muncul malah berakhir menjerumuskan ke arah yang tidak semestinya.
Perkembangan peradaban di era modern saat ini memberikan dampak yang sangat signifikan bagi kehidupan umat manusia. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pola hidup dan kebutuhan manusia di masa kini. Banyak hal baru yang diciptakan dengan tujuan mendatangkan kemudahan dalam segala urusan manusia. Meskipun terdengar positif, nyatanya kehidupan yang serba instan juga dapat mendatangkan keburukan di beberapa sisi.
Berbagai inovasi baru banyak diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Namun terkadang inovasi-inovasi tersebut dapat menimbulkan bias antara kebutuhan utama dan kebutuhan pendukung. Akibatnya manusia menjadi menjadi lebih konsumtif daripada yang seharusnya. Umat Islam diperintahkan agar tidak berlebih-lebihan terhadap sesuatu, oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk belajar memilah dan mengendalikan keinginan dalam hidup di dunia.
Larangan Berlebih-lebihan dalam Islam
Islam merupakan agama yang telah memperhitungkan segalanya agar manusia mendapatkan kebaikan, salah satunya dengan melarang sikap berlebih-lebihan. Adanya larangan ini tidak lain hanya untuk membimbing manusia agar memiliki kehidupan yang seimbang dan teratur. Di samping itu, berlebih-lebihan merupakan sikap yang tidak disukai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, sebagaimana yang tertulis dalam surah Al-A’raf ayat 31:
يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ
Artinya: “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Ayat di atas berisi perintah Allah agar manusia menghindari sikap berlebih-lebihan, contohnya dalam urusan berpakaian, makan dan minum. Hal-hal tersebut telah diciptakan sebagai penunjang dalam menjalankan perintah Allah di dunia. Jika dilakukan secara berlebihan akan dapat mengganggu pelaksanaan ibadah kepada-Nya, sehingga dapat dipahami bahwa sikap berlebih-lebihan dapat mendatangkan keburukan.
Sebagaimana Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa sikap berlebih-lebihan akan mendatangkan celaka bagi pelakunya. Sebagaimana yang disampaikan dalam hadisnya:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ يَعْنِي ابْنَ عَتِيقٍ عَنْ طَلْقِ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ibnu Juraij ia berkata; telah menceritakan kepadaku Sulaiman (maksudnya Sulaiman bin Atiq) dari Thalq bin habib dari Al Ahnaf bin Qais dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya celakalah orang-orang yang berlebih-lebihan dan melampaui batas.” Beliau ucapkan hal itu hingga tiga kali.” (HR. Abu Daud, No 3992).
Tidak hanya pada perkara dunia, dalam mengamalkan praktik keagamaan juga dilarang untuk berlebih-lebihan. Sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah dalam Qur’an surah Al-Maidah ayat 77:
قُلۡ يٰۤـاَهۡلَ الۡـكِتٰبِ لَا تَغۡلُوۡا فِىۡ دِيۡـنِكُمۡ غَيۡرَ الۡحَـقِّ وَلَا تَتَّبِعُوۡۤا اَهۡوَآءَ قَوۡمٍ قَدۡ ضَلُّوۡا مِنۡ قَبۡلُ وَاَضَلُّوۡا كَثِيۡرًا وَّضَلُّوۡا عَنۡ سَوَآءِ السَّبِيۡلِ
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu berlebih-lebihan dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti keinginan orang-orang yang telah tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan banyak (manusia), dan mereka sendiri tersesat dari jalan yang lurus.”
Berdasarkan dalil-dalil di atas, dapat diartikan bahwa Islam ingin umatnya senantiasa mengendalikan keinginan hawa nafsunya. Hasrat duniawi yang tidak terkendali niscaya akan menjerumuskan ke arah keburukan. Oleh karena itu, perintah-perintah yang diturunkan Allah bertujuan untuk mencegah agar hal yang demikian tidak terjadi.
Hikmah Mengendalikan Keinginan
Keberadaan hawa nafsu merupakan fitrah bagi setiap manusia di muka bumi ini. Tidak dapat dibantah apabila kemajuan peradaban di dunia merupakan kontribusi dari nafsu manusia yang berupaya untuk mewujudkan segalanya. Namun perlu bagi manusia untuk mengendalikan keinginan yang dilandasi oleh hawa nafsunya karena tidak semua itu baik untuk dituruti.
Keinginan atau nafsu yang dapat dikendalikan dengan baik dapat mencegah datangnya kehancuran. Contohnya ketika sedang terjadi perselisihan, maka hendaknya tidak mengikuti dorongan untuk menyakiti orang lain karena akan memperpanjang dan memperluas permasalahan yang berujung kehancuran. Dengan demikian, sangat penting bagi kita untuk tetap bersikap tenang ketika menghadapi suatu masalah.
Selain itu, mengendalikan keinginan juga dapat menjadi salah satu jalan menuju kebahagiaan. Ketika kita menginginkan sesuatu namun ternyata takdir Allah tidak mengizinkan hal itu terwujud, maka yang bisa dilakukan adalah mengendalikan keinginan kita dengan cara mengikhlaskan. Perasaan ikhlas akan mendatangkan pikiran positif sehingga mengantarkan seseorang untuk terus berkembang. Sedangkan berlarut-larut dalam mengejar sesuatu yang tidak mungkin diraih hanya akan menenggelamkan seseorang pada rasa sakit dan kesedihan.
Editor: Soleh