Tajdida

Kesuksesan “Dakwah Ramah” Pak AR

2 Mins read

Membaca ulang buku karya Dr. Mitsuo Nakamura, Bulan Sabit Muncul Dari Balik Pohon Beringin, Studi Tentang Pergerakan Muhammadiyah di Kotagede, Yogyakarta. Buku yang menunjukkan bagaimana proses islamisasi itu bukan hanya untuk segolongan masyarakat Jawa, tetapi untuk seluruh penduduk di mana Islam merupakan bagian integral dalam tradisi spiritual Jawa.

Bulan Sabit di atas pohon beringin artinya unsur-unsur santri yang digambarkan dengan bulan sabit meninggalkan unsur-unsur abangan (pra-Islam) yang digambarkan dengan pohon beringin.

Kotagede adalah sebuah kota yang diperebutkan para pimpinan ideologi di masa lalu. Tercatat HOS. Cokroaminoto, KH. Samanhudi, dan KH. Ahmad Dahlan pernah mengadakan rapat akbar di sana.  Di bagian sayap kiri para tokoh Komunis seperti Semaun, Muso, dan Alimin, juga terjun langsung ke Kotagede. Bahkan tercatat juga nama Ki Hajar Dewantara. Sebuah wlayah yang akhirnya mencatat separuh warganya menjadi PKI.

Fenomena Kotagede Masa Lalu

Namun apa komentar seorang guru Muhammadiyah yang diwawancarai Dr. Nakamura tentang fenomena Kotagede di masa lalu itu ?

“Hampir separuh dari seluruh penduduk Kotagede ikut PKI sebelum 1965. Akan tetapi, sesungguhnya mereka semua orang Islam dan putih (warna untuk orang Islam, khususnya orang Islam yang shalih) di dalam batinnya. Oleh karena itu, begitu keadaan meningkat, dan yang paling penting begitu Muhammadiyah lebih lanjut memperkuat kegiatan pendidikannya, bukan tidak mungkin mengharap bahwa kebanyakan bekas pendukung-pendukung PKI akan menjadi orang Islam sebenar-benarnya.”

Lebih jauh lagi, Pak A.R. Fakhruddin, yang Ketua Muhammadiyah, mewanti-wanti para kadernya di Kotagede pada tanggal 28 November 1971.

“Jadi, untuk bergaul secara baik dengan tetangga kamu, caranya harus betul. Bila tetangga mampir untuk ngobrol denganmu, sambutlah dia dan ngobrollah. Jika dia belum shalat, tidak apa-apa. Kamu jangan mengolok-olok dia. Kamu jangan mengejek dia. Jika dia jatuh sakit, tengoklah, jika dia dalam kesusahan, bantulah, jika dia masuk angin, supaya dikeroki. Baiklah terserah bagaimana kamu akan benar-benar membantu. Akan tetapi itulah yang disebut sesrawungan ingkang sae. Ibu-ibu Aisyiyah dan bapak-bapak Muhammadiyah harus bisa melaksanakan ini.”

Baca Juga  Angka Covid-19 Naik, Muhammadiyah Minta Jokowi Lockdown Jawa

Pendekatan Pak AR yang Sukses

Pendekatan akhlak Pak AR. Fakhruddin itu terbukti, di mana akhirnya Kotagede menjadi salah satu basis Muhammadiyah yang kuat. Kisah sukses seperti ini tidak hanya saya dengar di Kotagede saja, ada beberapa wilayah basis PKI yang kini penduduknya hidup secara santri.

Tidak hanya di Jogja, saat saya berkesempatan diundang bersilaturahmi ke salah satu pesantren di Temanggung, beberapa ustadz disana bercerita tentang desa-desa merah yang kini lebih hijau dan religius dibanding desa-desa yang di masa Orde Lama dulu adalah basis kaum santri.

Dan kini, di beberapa wilayah yang dulu merah dan sekarang hijau itu, saya dengar dan beberapa saya lihat posternya itu, akan dilaksanakan nonton bareng G 30 S PKI. Yang menyelenggarakan, para aktivis dari organisasi dakwah yang sepertinya belum begitu lama berdiri, dan beberapa di antara mereka bukan penduduk setempat. Entahlah saya juga kurang tahu tujuannya.

Editor: Yahya FR
Avatar
1 posts

About author
Dosen Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds