Inspiring

Ketika Ahmad Dahlan Mengundang Tokoh Komunis di Forum Muhammadiyah

2 Mins read

KH. Ahmad Dahlan adalah sosok pembaharu Islam legendaris di Indonesia. Personal branding beliau yang terbuka, objektif, dan bersahabat dengan siapa saja, menjadikan Kiai Dahlan di segani oleh banyak kalangan. Dalam hal muamalah atau relasi sosial Kiai Dahlan sangat inklusif dengan siapapun, bahkan dengan kelompok yang berbeda aliran pemahaman.

Kiai Dahlan Sosok Ulama’ Inklusif

Sepulang dari Mekkah dan mulai berdakwah di Indonesia, Wa Bil Khusus di Yogyakarta, Kiai Dahlan menjalin hubungan baik dengan beberapa tokoh lintas agama, priyayi, hingga sosialis. Sekalipun beliau adalah termasuk golongan santri, tapi beliau tak sedikitpun ragu untuk membuka ruang dialog dan pertemanan dengan orang-orang terpelajar hingga abangan.

Karena bagi beliau, ranah muamalah, adalah segalanya mubah. Al-Ashlu fil Asyya’i fil Mu’aamalati Al-Ibahah, Illa Maa Dalla ad-Daliilu ‘alaa Khilafiha. Pada dasar (asalnya), pada segala sesuatu (pada persoalan muamalah) itu hukumnya mubah. Kecuali jika ada dalil yang menunjukkan atas makna lainnya.

Kiai Dahlan tercatat sebagai anggota resmi Boedi Oetomo. Sebuah organisasi yang berisi para priyayi dan PNS nya Hindia-Belanda. Beliau juga dekat dengan tokoh Katholik di Van Lith, Magelang.

Menariknya juga, Kiai Dahlan juga tercatat resmi sebagai anggota ke-770 Jamiat Khair. Sebuah organisasi yang didirikan orang-orang keturunan Arab di Indonesia. Yang kemudian beberapa model pendidikannya diadopsi oleh Muhammadiyah.  

Ahmad Dahlan Dekat dengan Tokoh Komunis

Dalam beberapa catatan, Kiai Dahlan pernah menjalin kedekatan dengan tokoh tinggi komunis di Indonesia. Tokoh yang dimaksud adalah Ir. A. Baars, Semaun, dan Darsono.

Ketiganya merupakan tokoh aktivis Indische Social Democratische Vereniging (ISDV). Sebuah organisasi embrio dari Partai Komunis Indonesia. Mereka diundang ke Kauman untuk mengisi salah satu acara yang dilaksakan Kiai Dahlan.

Baca Juga  Film Pengkhianatan G30S/PKI Propaganda?

Dikutip dari muhammadiyah.or (2021), alasan Kiai Dahlan mengundang tiga tokoh komunis tersebut karena merasa bahwa orang-orang Muhammadiyah perlu dididik agar paham masalah politik.

Selain itu dalam buku KH. Ahmad Dahlan Si Penyantun (2018), Imron Mustofa sang penulis buku menjelaskan bahwa, dalam momen Kiai Dahlan mendatangkan Baars, Semaun, dan Darsono adalah guna memperdalam dan penguatan pemaknaan keadilan dalam Islam.

Persis dengan gagasan utama komunisme ialah mengenai perjuangan sosial. KH. Ahmad Dahlan waktu tersebut berkeinginan untuk belajar praktik keadilan sosial dari ideologi sosialis-komunis.

Komunisme Sebagai Pandangan Alternatif

Perspektif alternatif yang dibawa oleh ketiga tokoh komunis tersebut digunakan sebagai pandangan alternatif untuk memahami serta mendalami makna surat Al-Ma’un yang selama ini mengusung visi dan misi pembelaan dan pemberdayaan kaum dhuafa.

Perjuangan sosial komunis digunakan sebagai perspektif yang menguatkan ajaran teologis Al-Ma’un, yang selama ini mendefinisikan orang-orang miskin bukan hanya pada persoalan ketiadaan harta, namun pada posisi ketidakberdayaan juga.

Orasi Semaun dan Darsono

Kisah pertemuan dan kedekatan Kiai Dahlan dengan tokoh komunis juga direkam oleh HM. Sudja’. Beliau merekamnya dalam buku Cerita tentang Kiai Haji Ahmad Dahlan (2018). Kiai Sudja’ (sapaan akrab beliau), menerangkan perihal pertemuan Darsono dan Semaun dengan Kiai Dahlan dalam kesempatan orasi Darsono pada sebuah forum rapat terbuka Muhammadiyah.

Pada orasi Darsono, ia menyebut jika Pemerintahan Hindia-Belanda sebagai kapitalis dan Imperialis yang tak henti-hentinya menindas dan merampas hak kesejahteraaan rakyat. Semaun yang berikutnya berorasi, membahas perihal si kaya dan si miskin.

Ia menjelaskan bagaimana jurang ketimpangan keduanya semakin dalam dan memprihatinkan. Akhirnya setelah keduanya selesai berpidato, seluruh hadirin yang hadir bertepuk tangan dan mengucapkan terimakasih serta mengapresiasi pidato Semaun dan Darsono.

Baca Juga  Walaupun Dihujat, Mas Dawam Tetap Muhammadiyah Sampai Akhir Hayat

Pengaruh Orasi

Efek dari pidato Semaun dan Darsono pun sangat terasa di tubuh persyarikatan saat itu. Sebagaimana yang ditulis oleh Kiai Sudja’, semangat para muballigh untuk berdakwah semakin kuat. Para muballigh Muhammadiyah saat itu pun yakin, jika ajaran komunisme saja yang banyak ditentang, bisa mempengaruhi banyak orang. Mengapa ajaran Islam yang menjunjung keadilan dan kesetaraan tidak bisa.

Potret di atas merupakan bukti otentik bahwa watak inklusifitas Kiai Dahlan memang tidak pecah kongsi, antara perkataan dan perbuatan. Karena bagi beliau, tidak harus ragu dan gamang jika harus didebat dan berdebat.

Karena bagi KH. Ahmad Dahlan siapapun tak boleh merasa puas diri akan keadaan. Apalagi merasa sudah paling pintar. Karena ilmu itu bisa datang darimana saja. Bahkan, dari orang munafik sekalipun. Bukankah hal itu juga bagian dari seruan Rasulullah juga?

Editor: Yahya FR

Faiz Arwi Assalimi
15 posts

About author
Anggota Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Mahasiswa Magister Administrasi Publik Fisipol UGM
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds