Keutamaan ilmu, belajar, dan mengajarkan ilmu sangat penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an juga disebutkan beberapa keutamaan ilmu. Apa sajakah keutamaan ilmu dan dalil dalam Al-Qur’an tersebut?
Rasulullah Saw. bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al-Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913)
Pahala yang Agung bagi Orang-Orang yang Menuntut Ilmu Agama
Pahala yang besar itu sekadar dengan besarnya kedudukan.
Ketika menuntut ilmu agama (ilmu syar’i) memiliki kedudukan yang besar di dalam agama ini, maka Allah Ta’ala pun telah mempersiapkan bagi para penuntut ilmu syar’i, pahala yang sangat besar dan agung.
Sehingga apabila para hati orang beriman mendengarnya, maka dia akan senang dan gembira, serta akan berusaha untuk meraihnya.
Pahala yang besar yang telah dipersiapkan oleh Allah Ta’ala kepada para penuntut ilmu syar’i tersebut adalah surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 7028)
Keutamaan Ilmu dalam Al-Qur’an
Pertama, orang berilmu memiliki pahala yang kekal. Ilmu akan kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya, walaupun ia telah meninggal. Disebutkan dalam sebuah hadis tentang keutamaan ilmu dalam Islam:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata kepada Rasullullah shallallahu’alaihi wasallam:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَه
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh.” (HR. Muslim no. 1631)
Kedua, orang berilmu akan diberi kebaikan dunia dan akhirat. Dalam surat Al-Baqarah [2]: 269, Allah Swt. berfirman:
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”
Ketiga, orang yang berilmu adalah pewaris para nabi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada kita; bahwa para ulama memiliki kedudukan yang agung di sisi Allah Ta’ala yang tidak diraih oleh seorang pun selain mereka.
Yaitu bahwa karena mereka adalah pewaris para Nabi dalam membawa agama dan menyebarkannya di dunia ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Keutamaan orang berilmu di atas ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi. Para Nabi tidaklah mewariskan dirham dan dinar, akan tetapi mereka mewarisi ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya, sungguh dia telah mengambil keberuntungan yang besar.” (HR. Abu Dawud. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abu Dawud no. 3641)
***
Al-Khathib Al-Baghdadi rahimahullah menceritakan, bahwa pada suatu hari, ada seorang Arab Badui lewat. Ketika Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengajarkan hadis kepada para muridnya yang berkumpul di sekelilingnya.
Maka orang Arab Badui tersebut berkata, ”Untuk apa mereka berkumpul?”
Maka Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
على ميراث محمد ، صلى الله عليه وسلم يقتسمونه
“Untuk membagi-bagi warisan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.“ (Syarfu Ash-haabil Hadits, 1:102)
Editor: Zahra