Report

KH. Abdul Halim Mahfudz: Pemukiman Khusus Muslim Membuat Masyarakat Ekslusif

1 Mins read

IBTimes.ID – Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng (BWPT), K.H. Abdul Halim Mahfudz, menyebut intoleransi dan radikalisme agama semakin menguat karena tumbuhnya ide-ide eksklusivisme dalam masyarakat. Kyai Nahdlatul Ulama (NU) yang biasa disapa Gus Iim itu menyoroti kemunculan sejumlah permukiman khusus umat muslim di beberapa daerah dan pergaulan kelompok masyarakat yang homogen.

“Intoleransi dan radikalisme semakin menguat. Penyebabnya antara lain penafsiran agama dan pergaulan sosial, apalagi yang menggunakan media sosial,” kata Gus Iim dalam webinar internasional yang diadakan BWPT dan Institut Leimena dengan topik “Peran Pesantren Dalam Literasi Keagamaan Untuk Mencegah Perpecahan dan Memperkuat Kerjasama Antar Umat Beragama”, Selasa (22/11/2022) malam.

Gus Iim mengatakan ide-ide eksklusivisme sebenarnya dipengaruhi oleh paham agama dari Timur Tengah, yaitu Wahabisme dari Arab Saudi dan Ikhwanul Muslimin dari Mesir. Penyebarannya mempengaruhi terutama anak-anak muda lewat kelompok-kelompok kecil atau pengajian untuk mahasiswa, pelajar, maupun profesional.

Namun, Gus Iim menegaskan bahwa pengaruh Wahabisme dan Ikhwanul Muslimin tidak bisa masuk ke pesantren. Karena lembaga pendidikan berbasis agama itu memiliki metode dan materi pengajaran sendiri. Pesantren adalah lembaga pendidikan asli Indonesia yang terdiri dari asrama/pondok, masjid, santri, dan fasilitas pengajaran. Beberapa pesantren didirikan ratusan tahun lalu, bahkan sebelum Belanda tiba di Batavia tahun 1596.

“Di pesantren, para santri diajarkan mengenai teks-teks Islam klasik di bawah pengawasan wali yang disebut sebagai Kyai. Pesantren bertujuan memperdalam ilmu Al-Quran. Khususnya lewat kajian bahasa Arab, hadits, hukum, dan logika,” ujar Gus Iim kepada sedikitnya 850 peserta webinar.

KH. Abdul Halim Mahfudz menambahkan eksklusivisme semakin membagi masyarakat dalam kantong-kantong sosial dan ekonomi.

“Misalnya di Bogor ada perumahan khusus orang-orang Muslim dimana mereka pada waktu salat, rumahnya diketuk dan diminta salat berjamaah. Kemudian (mereka) tidak menerima penghuni non-Muslim,” ujarnya.

Baca Juga  Apikan, Loma, Kendel: Tiga Religiusitas Islami untuk Era Disrupsi

Di sisi lain, penyebaran paham-paham Islam dari Timur Tengah berhasil menemukan momentum seiring dengan perkembangan media sosial. Karena media sosial memberikan kemudahan dan kebebasan dalam penyebaran paham-paham Islam eksklusif yang kerap kali berujung kepada hoaks, misinformasi, dan fitnah.

Reporter: Christy/Yusuf

Related posts
Report

Muktamar JIMM 2023: Mendorong Pembaharuan Pemikiran, Pengetahuan, dan Gerakan Muhammadiyah

7 Mins read
IBTimes.ID – Para kader Muhammadiyah yang tergabung dalam Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) kembali menyelenggarakan sebuah agenda yang bernama Muktamar Pemikiran Islam…
Report

Haedar Nashir: Moderasi adalah Solusi Menangani Radikalisme dan Ekstremisme

1 Mins read
IBTimes.ID – Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan, bahwa pendekatan moderasi adalah solusi dalam menangani radikalisme dan ekstremisme. Hal ini…
Report

Riset: Pesantren, Politik Dinasti, dan Oligarki Kekuasaan

5 Mins read
IBTimes.ID – Oligarki kekuasaan dan politik dinasti adalah dua fenomena pemilihan kepala daerah dan pemilihan anggota legislatif secara langsung yang terjadi pasca…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *